Tubektomi – Prosedur, Manfaat, Efek Samping dan Biaya

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela pada kedua tuba fallopi (saluran telur) wanita dengan cara mengikat, memotong atau memasang cincin yang bertujuan mencegah sperma bertemu dengan ovum agar tidak terjadi kehamilan. Prosedur ini merupakan salah satu kontrasepsi mantap pada wanita yang termasuk dalam salah satu program Keluarga Berencana (KB).

Tubektomi saat saat ini cukup banyak diminati oleh wanita sebagai salah satu cara untuk mencegah kehamilannya. Akan tetapi masih banyak pula wanita yang masih belum mengetahui informasi mengenai tubektomi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dan didiskusikan sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan ini. Maka dari itu sebelum memutuskan untuk melakukannya, dianjurkan untuk mengetahui metode, manfaat dan kerugian serta biaya yang dibutuhkan.

Apa saja syarat sebelum melakukan tubektomi?

Tidak semua wanita bisa untuk melakukan tubektomi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan dipertimbangakan oleh wanita dan pasangannya sebelum melakukan tubektomi, yaitu:

  1. Syarat sukarela

Syarat ini berhubungan dengan pengetahuan pasangan mengenai cara-cara kontrasepsi lain, risiko dan keuntungan dari melakukan kontrasepsi mantap atau tubektomi serta pengetahuan tentang sifat permanen dari tubektomi ini.

  1. Syarat bahagia

Syarat ini dapat dilihat dari ikatan perkawinan yang sah dan harmonis, umur istri minimal 25 tahun dengan minimal telah mempunyai 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun.

  1. Syarat medik

Setiap calon peserta tubektomi harus dapat memenuhi syarat kesehatan, dimana tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalankan tindakan ini. Dokter wajib melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap wanita yang akan melakukan tubektomi guna mencegah timbulnya komplikasi selama operasi maupun setelah operasi.

Apa tujuan melakukan tubektomi?

Menurut BKKBN, terdapat 3 tujuan melakukan kontrasepsi, yaitu:

  1. Untuk menunda kehamilan bagi pasangan usia subur.
  2. Untuk menjarangkan kehamilan bagi pasangan usia subur.
  3. Untuk menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan.

Apa saja indikasi wanita yang dapat melakukan tubektomi?

Wanita yang ingin melakukan tubektomi, tidak serta merta akan dapat melakukan tindakan ini. Dokter harus memastikan apa indikasi terhadap wanita yang ingin melakukan tindakan ini. Secara umum, terdapat beberapa indikasi yang bisa diketahui untuk melakukan tubektomi, yaitu:

  1. Indikasi medis umum

Wanita yang memiliki gangguan fisik atau psikis yang akan menyebabkan gangguan tersebut menjadi lebih berat apabila hamil lagi. Gangguan fisik diantaranya adalah menderita penyakit kronis, seperti tuberkulosis (TBC), penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker payudara. Gangguan psikis diantaranya yaitu menderita skizofrenia, epilepsi dan gangguan kejiwaan lainnya.

Tidak semua penyakit-penyakit tersebut menjadi indikasi dalam melakukan tubektomi, hanya penyakit yang membahayakan keselamatan ibu ketika hamil yang menjadi indikasi untuk tindakan ini. Oleh karena itu dianjurkan untuk berkonsulatasi dengan dokter anda sebelum melakukan tubektomi. (baca: jenis-jenis penyakit sakit jiwa)

  1. Indikasi medis obstetrik

Indikasi obstetrik ialah kondisi dimana wanita memiliki resiko mudah untuk hamil meskipun secara medis umum tidak ada kelainan yang mengganggu kehamilannya nanti. Seperti wanita yang sudah memiliki banyak anak, apalagi dengan usia yang sudah lanjut. Wanita yang memiliki riwayat toksemia gravidarum berulang, seksio sesar berulang (>3), histerektomi, mioma uteri dan kondisi yang berhubungan dengan penyakit kandungan lainnya.

  1. Indikasi medis ginekologik

Kondisi ini misalnya pada wanita yang sedang melakukan operasi ginekologis dengan pertimbangan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.

  1. Indikasi genetik

Indikasi genetik berkaitan dengan ada tidaknya penyakit keturunan (herediter) pada wanita usia subur. Sehingga apabila wanita tersebut hamil maka akan membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungnya. Contoh, penyakit hemofilia, penyakit thalasemia dan penyakit keturunan lainnya. Disisi lain, adapula wanita hamil dengan pasangan yang memiliki perbedaan rhesus, jika janin yang dikandungnya memiliki rhesus yang berbeda, dapat mengancam keselamatan janin dan dirinya. Apabila tetap menginginkan hamil, dianjurkan wanita yang memiliki penyakit keturunan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan untuk mencari jalan keluar terbaik.

  1. Indikasi kontrasepsi

Indikasi ini merupakan murni keinginan dari wanita dan pasangannya untuk menghentikan kesuburan, meskipun pada wanita tersebut tidak terdapat kondisi medis lain yang membahayakan keselamatan dirinya apabila hamil.

  1. Indikasi sosial ekonomi

Bagi pasangan yang sudah memiliki banyak anak dan merasa beban ekonomi semakin lama semakin bertambah berat. Melakukan tubektomi merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kehamilan.

Info penting lainnya:

Apa saja kontraindikasi untuk melakukan tubektomi?

Kontraindikasi dalam tindakan tubektomi harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi selama proses tubektomi ataupun setelahnya. Secara umum, terdapat kontraindikasi mutlak dan relatif bagi wanita yang akan melakukan tubektomi, diantaranya ialah:

  1. Kontraindikasi mutlak
  • Wanita tersebut sudah terdeteksi atau curiga dalam keadaan hamil.
  • Adanya perdarahan vaginal yang belum ditemukan penyebab pastinya.
  • Adanya infeksi sistemik atau pelvik yang akut dan harus disembuhkan terlebih dahulu.
  • Adanya peradangan pada liang senggama, seperti vaginitis atau servisitis akut.
  • Adanya perlekatan kavum douglas.
  1. Kontraindikasi relatif
  • Wanita dengan obesitas.
  • Adanya bekas laparotomi.
  • Tidak adanya kepastian atau masih ragu-ragu dalam memutuskan untuk tubektomi ini.
  • Belum adanya persetujuan tertulis dari pihak yang bersangkutan.

Kapan waktu yang tepat untuk melakukan tubektomi?

Bagi wanita yang ingin melakukan tubektomi disarankan untuk memilih waktu yang tepat dengan memperhatikan indikasi dan kontraindikasi yang ada. Secara umum, ada beberapa waktu untuk melakukan tubektomi, yaitu:

  1. Pada masa interval yaitu selama waktu siklus menstruasi.
  2. Setelah persalinan.
  3. Setelah mengalami keguguran.
  4. Bersamaan dengan tindakan menggugurkan kandungan.
  5. Pada saat tindakan operasi besar pada wanita diantaranya bersamaan dengan operasi kandungan

Info penting lainnya:

Persiapan dan Prosedur Tubektomi

Tubektomi merupakan prosedur yang cukup rumit dan perlu dokter spesialis yang melakukannya. Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan tubektomi. Pasangan yang ingin melakukan tindakan ini harus melakukan konseling terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan untuk mendiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan jalannya operasi nanti. Konseling merupakan suatu proses untuk memberikan bantuan kepada pasien supaya memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai tindakan tubektomi.

  1. Persiapan

Adapun hal-hal yang harus disiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan tubektomi ialah:

  • Pasien harus puasa makan minimal selama 8 jam sebelum operasi. Bagi yang memiliki riwayat penyakit maag, agar mengkonsumsi obat maag sebelum dan sesudah puasa. (baca: gejala maag kronis)
  • Pasien diberikan obat pencahar ringan (misal dulcolax), bertujuan supaya pasien BAB dan untuk mengosongkan usus sebelum operasi.
  • Pasien dianjurkan untuk tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku dan sejenisnya.
  • Sebelum menuju tempat pelayanan kesehatan, pasien dianjurkan untuk mandi dan membersihkan area perut bagian bawah, rambut kemaluan dipotong atau dicukur dan membersihkan vagina.
  • Datang ke pusat pelayanan kesehatan tepat waktu dengan ditemani anggota keluarga, dianjurkan suami yang menemani.
  • Di tempat pelayanan, pasien dan pasangannya dianjurkan mengisi informed consent terkait tindakan ini. Informed consent ini merupakan surat persetujuan oleh pasien terhadap tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan rinci terhadap tindakan tersebut. Informed consent bertujuan sebagai perlindungan hukum kepada pasien dan dokter terhadap hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.
  • Pasien wajib memberikan surat keterangan sehat ataupun riwayat medis yang berisikan kondisi saat ini dan penjelasan mengenai riwayat penyakit yang pernah diderita. Biasanya sebelum tindakan, dokter akan memberikan beberapa pertanyaan yang behubungan untuk mengetahui adanya indikasi dan kontraindikasi pada pasien tersebut. Selain itu dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai status kesehatan terkini pada pasien tersebut.
  • Untuk memastikan bahwa kondisi pasien benar-benar siap untuk tindakan tubektomi, perlu adanya pemeriksaan laboratorium terkait hasil yang didapat selama anamnesis pasien. Hasil laboratorium nantinya akan menjadi penunjang buat dokter untuk memutuskan apakah tubektomi ini dapat dilakukan atau tidak.
  • Selanjutnya pasien diminta untuk mengosongkan kandung kencingnya. Selain itu nantinya sebelum operasi petugas kesehatan akan memasang kateter urin untuk mengontrol jumlah cairan yang keluar selama operasi.
  • Selanjutnya dokter akan melakukan anastesi pada pasein dan melakukan tindakan asepsis dan antisepsis di daerah abdomen yang akan dioperasi.
  1. Prosedur Operasi

Prosedur operasi dilakukan oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya di dalam ruang operasi. Ada beberapa cara tindakan yang dapat dilakukan untuk tubektomi, antara lain:

  • Laparotomi biasa

Tindakan ini diketahui menjadi yang paling banyak dilakukan pada proses tubektomi di Indonesia yang tepatnya adalah sebelum tahun 70-an. Tubektomi dengan cara ini biasa dilakukan setelah persalinan atau bersamaan dengan seksio sesarea. Dokter akan melakukan melakukan pengikatan dan memotong serta mengangkat atau menghilangkan sebagian tuba. Saat ini tindakan ini sudah jarang diminati dan hanya dilakukan apabila ada indikasi.

  • Laparotomi mini suprapubik

Tindakan biasanya paling mudah dilakukan setelah 1-2 hari pasca persalinan. Operasi ini dimana dokter akan membuat sayatan kecil sepanjang 1-2 cm pada dinding perut di bawah pusat. Kemudian tuba fallopi dicari dan dilakukan tindakan mengikat dan memotong serta mengangkat atau menghilangkan sebagian tuba. Tindakan ini lebih sederhana dan lebih mudah dari pada laparotomi.

  • Kolpotomi

Terdapat dua jenis kolpotomi, yaitu kolpotomi posterior dan anterior. Namun dokter saat ini lebih banyak menggunakan cara kolpotomi posterior dari pada kolpotomi anterior. Dikarenakan cara kolpotomi posterior lebih mudah dan rendah resiko perlukaan kandung kencing. Tindakan pada tuba adalah mengikat dan memotong dan menghilangkan sebagian tuba.

  • Laparoskopi

Laparoskopi merupakan tindakan terbaru dan canggih, dengan cara melihat isi rongga perut dengan menggunakan lensa sejenis teleskop. Karena laparoskopi bukan merupakan operasi terbuka sehingga resiko infeksi selama operasi lebih rendah daripada operasi cara lainnya. Laparoskopi tidak boleh dilakukan pada wanita yang pernah mengalami laparotomi, karena adanya perlengketan pada organ yang mempersulit masuknya alat laparoskopi. Tindakan yang dilakukan pada tubah adalah mengoklusi dengan cara cincin falope atau kauterisasi. Keuntungan dari prosedur laparoskopi adalah tindakan pembedahan yang lebih mudah, lebih cepat dan lebih aman. Namun terdapat juga kerugian yang apabila terjadi perlukaan organ dalam maka perlu untuk dilakukan operasi terbuka (laparotomi).

Bagaimana perawatan setelah tubektomi?

Wanita yang baru saja melakukan tubektomi akan dirawat inap selama beberapa hari di rumah sakit. Pasien dianjurkan untuk memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Sebaiknya istirahat total selama 1-2 hari dan tidak dianjurkan melakukan pekerjaan berat selama 7 hari.
  • Menjaga kebersihan area luka bekas operasi dan usahakan jangan sampai terkena air selama 1 minggu atau sampai benar-benar kering.
  • Tidak dianjurkan berhubungan badan sampai luka benar-benar sembuh, kurang lebih 1 minggu. Akan tetapi apabila tubektomi dilakukan pasca persalinan atau keguguran, hubungan badan hanya bisa dilakukan setelah 40 hari.

Info penting lainnya:

Manfaat dan Efek Samping Tubektomi

Setiap tindakan medis memiliki keuntungan dan kerugian yang bisa saja terjadi pada setiap orang, tidak terkecuali tubektomi. Maka dari itu, ada baiknya sebelum melakukannya, kita lebih banyak mencari informasi mengenai keuntungan dan kerugian dalam tindakan ini. Pertama akan kami sebutkan beberapa keuntungan melakukan tubektomi, yaitu:

  • Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi.
  • Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri.
  • Tidak mempengaruhi proses menyusui.
  • Tidak mengganggu siklus menstruasi.
  • Lebih aman, praktis, efektif dan ekonomis.
  • Baik bagi wanita yang apabila kehamilan menjadi ancaman serius bagi kesehatannya.
  • Pembedahan yang sederhana dan dengan anestesi lokal.
  • Tidak ada perubahan fungsi seksual.
  • Berhubungan badan dengan pasangan lebih nyaman.

Adapun kerugian yang dapat terjadi apabila melakukan tubektomi yaitu:

  • Harus dipertimbangkan sifat permanen tubektomi ini, dimana tidak dapat dipulihkan kembali.
  • Kemungkinan akan adanya penyesalan dikemudian hari.
  • Resiko komplikasi yang kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum.
  • Rasa sakit atau ketidaknyamanan jangka pendek yang dirasakan.
  • Dibutuhkan dokter spesialis kandungan yang terlatih dan berpengalaman untuk tindakan pembedahannya.
  • Tidak memberikan jaminan untuk terlindung dari infeksi menular seksual (IMS/PMS).
  • Bebarapa prosedur memerlukan biaya yang mahal.

Selain keuntungan dan kerugian dari tubektomi, ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam tindakan ini. Komplikasi tubektomi dibagi menjadi dua kategori, yaitu komplikasi akibat anestesi dan komplikasi akibat tindakan operasi. Komplikasi akibat anestesi yang dapat terjadi antara lain adalah perasaan mual dan muntah, pusing, pneumonia aspirasi, alergi sampai syok anafilaksis hingga dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, pasien harus benar-benar memberikan informasi yang lengkap terhadap riwayat penyakit atau pengobatan yang pernah dialami.

Komplikasi akibat tindakan operasi menurut WHO dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi minor dan komplikasi mayor. Komplikasi minor adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan dan infeksi luka yang tidak memerlukan rawat inap. Adapun komplikasi mayor adalah perdarahan hebat yang memperlama tindakan operasi dan membutuhkan transfusi, perlukaan usus atau kandung kemih, infeksi panggul berat, sepsis dan bahkan kematian.

Info penting lainnya:

Biaya Tubektomi

Pada dasarnya biaya tubektomi tergantung dari jenis tubektomi mana yang akan kita pilih. Biasanya dokter akan menyampaikan cara terbaik yang sesuai dengan kondisi kita saat ini. Untuk laparotomi biasa dan mini laparotomi, biaya relatif murah dan terjangkau sekitar 1-2 juta rupiah. Sedangkan untuk tindakan laparoskopi memerlukan biaya yang lebih mahal, kemungkinan sekitar 4-6 juta rupiah.

Semua harga tersebut hanya perkiraan saja, harga kemungkinan berbeda berdasarkan wilayah, dokter atau instansi yang bersangkutan. Disarankan bagi wanita yang ingin melakukan tubektomi untuk berkonsultasi mengenai harga pasti dengan dokter yang memeriksa. Sebenarnya saat ini di Indonesia, apabila ada wanita yang ingin melakukan tubektomi, tidak perlu khawatir dengan besarnya biaya, karena tubektomi saat ini sudah dijamin oleh BPJS. Anda hanya perlu mendaftar ke BPJS dan melengkapi berkas-berkas yang diminta.

Info penting lainnya:

Itulah beberapa penjelasan mengenai tubektomi, dianjurkan kepada wanita yang ingin melakukan tubektomi untuk benar-benar mendiskuskan dengan suami secara matang supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari. Mari sukseskan program Keluarga Berencana, 2 anak cukup.

fbWhatsappTwitterLinkedIn