Obat bius sering kita dengan, namun apakah obat bius itu?? Anestesi merupakan istilah kedokteran yang merupakan nama lain dari proses pembiusan. Pemakaian obat bius merupakan upaya mematikan atau menghilangkan rasa pada bagian (area) tertentu bahkan menghilangkan kesadaran. Hal ini bertujuan untuk menetralisir rasa sakit ketika melakukan prosedur kesehatan seperti operasi bahkan pembedahan organ tubuh manusia. Cara kerja obat bius ini akan mempengaruhi syaraf dan kinerja otak sehingga memicu ketidaksadaran (mati rasa) pada tubuh manusia. Penggunaan obat bius ini bisa melalui pernafasan dan injeksi dengan memasukkan jarum suntik pada area yang diperlukan.
Tindakan Dasar Sebelum Pembiusan atau Anestesi
Sebelum menjalani tindakan medis di ruang bedah seorang pasien akan mendapatkan dua tindakan dasar, yakni:
- Tidak makan atau minum dalam beberapa jam sebelum dilakukannya operasi
- Pencukuran atau Shaving terhadap bulu dan rambut yang tumbuh disekitar area yang akan dilakukan pembedahan atau tindakan medis lainnya.
Jenis Anastesi
Penggunaan obat bius secara medis membutuhkan perhitungan yang akurat dengan memperhatikan sifat dan cara penggunaannya.
Jenis Obat Bius menurut Sifatnya
Berikut 3 jenis obat bius atau anestesi menurut sifatnya :
1. Anestesi atau Pembiusan Lokal
Merupakan tindakan medis yang menggunakan obat bius untuk menghilangkan rasa sakit hanya pada area tertentu dan dalam kurun waktu yang singkat. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan cara injeksi atau memasukkan obat bius melalui jarum suntik sebelum melakukan tindakan medis. Setelah obat bius bekerja maka saraf tepi pada area yang diinjeksi akan terblokade sehingga impuls nyeri tidak terkirim ke otak.
Pembiusan lokal ini bersifat ringan dan hanya mampu bertahan singkat yakni sekitar 30 menit setelah dilakukannya injeksi. Akan memerlukan injeksi obat bius tambahan setelah injeksi pertama jika tindakan medis memerlukan waktu yang lebih lama.
2. Anestesi atau Pembiusan Regional
Merupakan tindakan medis yang digunakan untuk membuat pasien tetap bertahan dalam keadaan sadar walaupun tanpa rasa nyeri atau sakit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko operasi bila dilakukan pada pasien ketika dalam keadaan tidak sadar. Obat bius akan diinjeksi pada area sumsum tulang belakang yang merupakan organ yang bertugas sebagai register atau mengantarkan rasa nyeri ke otak.
Hal ini menyebabkan impuls rasa nyeri terhenti pada area saraf yang diinjeksi sehingga tidak sampai ke otak. Jenis pembiusan ini akan membuat area injeksi mengalami mati rasa lebih luas dalam kurun waktu yang lebih lama dibandingkan pembiusan lokal.
3. Anestesi atau Pembiusan Total (Umum)
Merupakan tindakan medis yang memanfaatkan obat bius untuk membuat pasien kehilangan kesadaran secara total dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi tenang secara total dari pasien ketika dilakukan tindakan medis. Untuk mengurangi resiko organ jantung gagal melakukan fungsinya, selama tubuh berada pada kondisi tidak sadar maka diperlukan alat deteksi jantung untuk memantau kondisi dan kerja jantung.
- Cara Kerja Obat Bius pada Anetesi Total
Tubuh yang mendapatkan pembiusan total akan kehilangan rasa nyeri karena berada dibawah sadar dan pada sebagian kasus akan memicu amnesia atau hilangnya ingatan jangka pendek. Hal ini disebabkan karena cara kerja obat bius yang dimasukkan secara inhalasi atau intravena akan membuat aliran listrik yang menuju otak terhambat sehingga memori tidak akan tersimpan oleh sel otak.
Secara bersamaan otak juga tidak akan mengenali impuls rasa nyeri dan tubuh akan mengalami loss of consciousness atau kondisi tidak sadar secara total.
- Hal yang Harus diperhatikan Sebelum Pembiusan atau Anestesi Umum
Sebelum dilakukannya prosedur pembiusan pra operasi atau pembedahan, sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal yang bisa berakibat fatal nantinya. Berikut hal yang harus diperhatikan :
Riwayat Kesehatan – Untuk mempertimbangkan dampak atau efek samping pembiusan total atau anestesi umum harus melihat riwayat kesehatan bahkan penyakit yang diderita sehingga dokter anestesi bisa menerapkan bagaimana prosedur pembiusan yang sesuai.
Riwayat Alergi – Pada beberapa kasus tubuh manusia mempunyai reaksi penolakan atau alergi dengan suatu zat yang terdapat dalam makanan bahkan obat, tidak terkecuali zat yang terkandung pada obat bius atau anestesi ini.
Obat Bius berdasarkan Cara Pemberiannya
Penggunaan obat bius pada tubuh manusia mempunyai beberapa cara pemberian yang bisa disesuaikan berdasarkan kebutuhan. Berikut klasifikasi jenis pembiusan berdasarkan cara penggunaannya :
1. Anestesi Inhalasi
Anestetik gas bisa dikombinasikan dengan nitrogen oksida yang terdapat pada suhu dan tekanan ruangan secara stabil. Zat cair yang telah terbukti sangat mudah menguap yakni Halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan metoksifluran. Kloroform merupakan anestetik inhalasi yang pemakaiannya telah dibatasi karena bersifat toksik terhadap fungsi hati. Sedangkan anestetik inhalasi yang dibatasi selanjutnya yakni eter dan siklopropan karena mudah terbakar.
Efek Samping Anestesi Inhalasi pada Organ Tubuh Berdasarkan Penyebabnya
- Efek terhadap kardiovaskuler : penurunan tekanan darah akan melemah katekolamin akan dibebaskan oleh hiperkapnia.
- Efek terhadap Sistem Pernafasan : voulumetidal akan menurun sedangkan frekuensi pernafasan akan meningkat.
- Efek terhadap Otak : Obat bius atau anestesi inhalasi akan menurunkan laju metabolik otot
- Efek terhadap Ginjal : autoregulasi aliran darah ginjal akan terganggu jika aliran darah ginjal menurun
Anestesi Intravena (Aliran Darah)
Obat bius atau anestesi yang diberikan secara intravena bisa dikombinasikan dengan anestesi yang lain bahkan hanya dengan obat anestesi itu sendiri secara tunggal. Hal ini bertujuan agar pasien dapat mencapai stadium anestesi dan rasa tenang dengan cepat. Berikut zat yang termasuk pada anestesi intravena :
- Barbiturat (thiopental, metoheksital)
- Benzodiazepine (midazolam, diazepam)
- Opioid analgesic
- Neuroleptik
- Obat-obatan lain seperti profopol dan etomidat
- Ketamin, arilsikloheksilamin yang disebut juga disosiatif anestetik.
Stadium Pembiusan
Untuk menentukan stadium dan tanda setelah penggunaan obat bius memang tidak mudah. Terlebih pada pengguna jenis kombinasi obat bius yang diterapkan secara inhalasi dan intravena. Stadium atau tingkatan pembiusan ini nantinya bisa digunakan untuk memperkirakan efek apa saja yang mungkin terjadi pada pasien. Dalamnya depresi susunan saraf pusat akan menentukan efek enestesi secara tradisional. Berikut stadium atau tingkatan pembiusan:
- Stadium Analgesi
Pada stadium analgesi yang merupakan tahapan atau stadium awal dalam pembiusan ini pasien akan mengalami reaksi analgesi dalam keadaan sadar. Pasien baru dapat merasakan analgesi disertai amnesia jangka pendek ketika memasuki tahap akhir stadium satu.
- Stadium Terangsang
Setelah memasuki stadium terangsang seorang pasien akan merasa gelisah tanpa disertai kesadaran. Rasa mual bahkan muntah disertai volume dan kecepatan pernafasan akan berjalan tidak teratur. Ketika kecepatan pernafasan kembali normal maka lama dan berat stadium ini harus dibatasi
- Stadium Operasi
Pernafasan yang berjalan teratur dan berlanjut merupakan tanda pasien memasuki stadium terangsang. Selanjutnya pasien akan mengalami perubahan gerak pada mata, reflex penglihatan mata, dan ukuran pupil mata. Gejala inilah yang dapat menunjukan seberapa dalam tingkatan anestesi yang di rasakan oleh pasien.
- Stadium Depresi Medulla Oblongata
Pda stadium ini pusat pernafasan di medulla oblongata dan pusat vasomotor akan mengalami depresi berat. Ketika pasien memasuki stadium ke empat ini. Ketika pernafasan berhenti secara total maka pasien akan mengalami kematian. Untuk mengantisipasi gagalnya fungsi organ vital pada tubuh manusia maka dibutuhkan bantuan respirator dan sirkulasi.
Efek Samping Pembiusan
1. Tingkat Kejadian Cukup Sering 1 : 100
Efek samping yang disebabkan oleh prosedur pembiusan atau anestesi pada tingkat kejadian cukup sering ini yaitu :
- Mual
- Muntah
- Batuk kering
- Pandangan kabur
- Tenggorokan kering
- Batuk kering
- Kepala dan punggung terasa nyeri
- Gatal-gatal (Alergi pada kulit)
- Luka Lebam pada area injeksi
- Amnesia atau hilang ingatan jangka pendek dan sementara
2. Tingkat Kejadian Jarang 1: 1.000
Efek samping yang disebabkan oleh prosedur pembiusan atau anestesi pada tingkat kejadian jarang ini yaitu :
- Infeksi dada
- Infeksi Pernafasan (baca juga : ISPA)
- Inkontinensia urin
- Nyeri otot
- Cedera bibir, gigi, lidah
- Perubahan mood dan perilaku
- Mengalami nightmare atau mimpi buruk
3. Tingkat Kejadian Sangat Jarang 1 : 10.000
Efek samping yang disebabkan oleh prosedur pembiusan atau anestesi pada tingkat kejadian jarang ini yaitu :
- Cidera mata
- Alergi obat akut (Serius)
- Cidera saraf
- Kelumpuhan
- Kelumpuhan saraf
- Infeksi dada disertai penyakit jantung
- Komplikasi penyakit jantung akut
- Kematian mendadak
Efek Samping Pembiusan Spinal
Setelah dipaparkan efek samping dari pembiusan umum atau total, maka kali ini akan dijelaskan apa saja efek samping dari pembiusan spinal yang mungkin terjadi. Komplikasi pembiusan spinal ini berupa:
- Darah rendah (hipotensi) yang disesabkan oleh dilatasi pembuluh darah yang mencapai maksimal
- Bradikardi yang disebabkan tingginya blok
- Hipoventilasi
- Mual bahkan muntah yang disebabkan hipotensi yang drastis
- Total spinal yang disebabkan naiknya obat bius ke atas
- Komplikasi setelah tindakan medis
- Rasa nyeri pada area injeksi obat bius
- Nyeri punggung (Backache) dan kepala
- Retensi urin
- Meningitis yang disebabkan munculnya bakteri pada subarachnoid jika penanganan medis tidak berjalan sesuai prosedur.
Adakah Resiko Pembiusan pada Lansia?
Prosedur pembiusan dan tindakan medis pada lansia memiliki resiko lebih besar daripada pembiusan yang diberikan pada muda dan dewasa. Kemunduran sistem fisiologis dan farmakologis yang dialami lansia karena pertambahan usia inilah yang menyebabkan proses anestesi harus di lakukan secara lebih detail dan memerlukan teknik khusus guna meminimalisir dampak negatif pembiusan.
Umumnya lansia berumur diatas 40 tahun dimana kekuatan otot pernafasan dan kemampuan kardiovaskuler semakin menurun. Ditambah lagi menurunnya kemampuan bertahan dari kelebihan beban zat terlarut yang terkandung dalam obat bius. Bisa disimpulkan bahwa manula akan lebih rentan mengalami kesulitan bernafas pasca pembedahan. Untuk meminimalisir bahkan mengantisipasi dampak negatif pembiusan pada lansia maka dosis obat bius harus dikurangi dan hanya diberikan sesuai kebutuhan saja.
Catatan Penting dan Saran tentang Pembiusan
Sangat penting diperhatikan bahwa :
- Melakukan konsultasi perihal riwayat penyakit yang diderita sebelum melakukan pembiusan
- Pasca pembiusan dan tindakan medis sangat tidak disarankan mengendarai kendaraan atau melakukan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi karena efek obat bius masih berfungsi dalam tubuh.
- Dibutuhkan istirahat dalam beberapa hari untuk mendapatkan kondisi normal seperti semula
- Dalam jangka waktu tertentu tidak disarankan untuk mengkonsumsi obat-obatan lain tanpa saran dokter. Sebaiknya konsultasikan sebelum mengkonsumsi obat maupun makanan yang dikhawatirkan mempunyai efek samping.
Saran :
Dalam artikel ini telah dipaparkan pada kita mengenai apa itu Obat bius atau anestesi. Obat bius merupakan zat kimia yang digunakan untuk menetralisir rasa nyeri ketika melakukan pembedahan. Akan tetapi disisi lain obat bius mempunyai efek samping yang harus diperhatikan sebelum memberikan pembiusan dengan metode tertentu. Dosis obat bius yang digunakan kepada anak kecil dan lansia memerlukan perkiraan yang lebih detail guna menghindari dampak buruk anestesi. Ini tentu demi kebaikan bersama.