Vaksinasi : Pengertian – Fungsi – Jenis – Waktu dan Prosedur

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sedari usia dini, tentu kita sudah mendapatkan vaksinasi maupun imunisasi. Pemerintah kita sudah lama mencanangkan pelaksanaan vaksinasi dan juga pekan imunisasi bagi rakyatnya. Hal ini guna mendukung pembangunan pemerintah dan menyehatkan kehidupan masyarakat Indonesia. Vaksinasi yang kita dapatkan biasanya ada waktu-waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh badan kesehatan pemerintah, sehingga kita tak perlu khawatir akan keterlambatan proses vaksinasi.

Vaksin adalah suatu bahan antigenik yang berasal dari bakteri atau galur virus yang telah dilemahkan fungsinya, diperuntukkan meningkatkan kekebalan dan imunitas aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi oleh organisme dari luar.

Vaksinasi yaitu proses atau tindakan memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia dengan tujuan meningkatkan atau menimbulkan kekebalan tubuh manusia terhadap suatu penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi adalah polio, difteri, tetanus, tuberkulosis, campak, hepatitis B, penyakit hepatitis A, influenza, meningitis akibat infeksi haemophilus. Agar tercapai manfaat yang optimum pada manusia, vaksin harus diperlakukan sesuai dengan sifat vaksin tersebut dan cara pemberian vaksin yang benar.

Vaksin biasanya mengandung bahan berupa mikroorganisme penyebab penyakit tertentu dengan sifat keganasannya yang telah dilemahkan atau mikroba penyakit yang mati atau salah satu unsur protein bakteri penyebab penyakit. Dalam sistem kerjanya, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga akan terdeteksi sebagai benda asing. Kemudian sistem dalam tubuh akan merusak atau menghancurkan vaksin tersebut, dan tubuh akan mengingat vaksin tersebut sehingga sistem kekebalan tubuh akan dapat mengenali dan menghancurkan mikroba sejenis tersebut bila masuk ke dalam tubuh lagi.

Produk vaksin ini sangat berbeda dengan produk obat pada umumnya. Karena produk vaksin ini merupakan senyawa yang sangat kompleks, tidak bisa diurai komponennya. Banyak sekali macam jenis vaksin yang beredar, hal ini menyebabkan perlakuan tiap vaksin pun berbeda. Begitu juga dengan cara pemberian vaksin tiap-tiap vaksin.

Jenis- Jenis Vaksinasi

Berdasarkan cara pembuatan dan bahan dasar pembuatannya, vaksin dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Live Attenuated Vaccine

Vaksin yang dibuat dari bakteri atau virus yang masih hidup dan dilemahkan daya virulensinya dengan perlakuan yang berulang-ulang. Tetapi masih bisa menimbulkan reaksi imun yang sama seperti infeksi alaminya. Sifat vaksin ini yaitu:

  • Respon imunologi yang mirip/sama seperti infeksi alami, tidak perlu diberikan dosis ganda
  • Vaksin bisa tumbuh dan berkembangbiak sampai mencetuskan reaksi imun, sehingga hanya diberikan dalam bentuk antigen dosis kecil
  • Vaksin ini dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik
  • Bisa menyebabkan penyakit serupa dengan infeksi alaminya
  • Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan tingkat efektif diatas 90%
  • Virus dalam vaksin yang dilemahkan bisa bereplikasi dalam tubuh, sehingga meningkatkan dosis aslinya dan menjadi imunisasi berulang

Contoh dari vaksin ini adalah vaksin MMR, campak, vaksin demam thypoid, vaksin polio, dan cacar air (varicella).

2. Inactived Vaccine

Vaksin ini dikenal dengan killed vaccine, yang dibuat dengan cara mematikan bakteri atau virus menggunakan bahan kimia atau dengan pemanasan tinggi.Vaksin ini biasanya diambil dari seluruh bagian tubuh bakteri atau virus, bagian dari bakteri atau virus, atau bagian toksoidnya saja. Sifat dari vaksin ini yaitu:

  • Vaksin tidak dapat hidup atau berkembang, sehingga diberikan dalam bentuk antigen dosis besar
  • Respon imun yang ditimbulkan hanya sedikit, tidak menimbulkan imunitas seluler
  • Tidak menyebabkan penyakit yang serupa infeksi alamiahnya
  • Vaksin tidak bermutasi menjadi bentuk patogenik
  • Diperlukannya dosis ulangan karena terjadi penurunan titer antibodi. Pada pemberian dosis pertama tidak menghasilkan imun protektif, baru setelah pemberian dosis kedua dan ketiga menghasilkan imun protektif.

Contoh vaksin ini yaitu vaksin influenza, vaksin kolera, vaksin pertusis, vaksin rabies pada manusia, vaksin demam tifoid.

3. Vaksin Toksoid

Vaksin ini dibuat dari beberapa bakteri penyebab penyakit tertentu, dengan melemahkan racunnya yang kemudian dimasukkan ke dalam aliran darah. Bahan utama yang digunakan bersifat imunogenik, yang berasal dari toksin bakteri. Hasil jadi pembuatan bahan toksoid mampu merangsang pembentukan antibodi antitoksin. Vaksinasi toksoid efektif digunakan selama satu tahun. Pada vaksin ini menggunakan bahan tambahan (adjuvan) yang bisa memperpanjang waktu rangsangan antigenik dan meningkatkan imunogenetisnya. Contoh dari vaksin ini adalah vaksin tetanus dan vaksin difteri.

4. Vaksin Acellular dan Subunit

Vaksin dibuat dari suatu bagian dari virus atau bakteri dengan cara  replikasi atau kloning gen virus atau bakteri tersebut melalui DNA-recombinant, rekayasa genetika/DNA. Vaksin hepatitis B merupakan salah satu contohnya.

5. Vaksin Idiotipe

Idiotipe adalah sifat Fragmen Antigen Binding (FaB) dari antibodi yang dihasilkan suatu klon sel. Tiap-tiap klon sel mengandung suatu asam amino yang bersifat sebagai antigen. Vaksin ini menghambat pertumbuhan virus dengan cara netralisasi dan pemblokiran pada reseptor pre sel B.

6. Vaksin Rekombinan

Prospek produksi dari vaksin ini sangatlah besar. Gen virus yang diinginkan kemudian diekspresikan ke dalam sel hidup, sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi yeast, bakteri E.coli, dan baculovirus. Penggunaan dan pengembangan teknologi DNA rekombinan juga bisa menghasilkan produk lainnya yaitu DNA-vaccine. Komposisi dari vaksin ini memerlukan epitop (area tertentu molekul antigen yang mengikat antibodi) organisme yang patogen. Proses sintesis dari antigen vaksin ini dapat melalui isolasi dan penentuan gen epitop bagi sel penerima vaksin.

7. Vaksin DNA

Vaksin jenis ini merupakan teknologi vaksin jenis baru yang memiliki potensi dalam penginduksian imunitas seluler. Dalam vaksin, gen DNA dari bakteri tertentu akan diklon ke dalam plasmin bakteri rekayasa, guna meningkatkan ekspresi gen yang kemudian akan disisipkan (insersi gen) ke dalam sel hidup / mamalia (invivo). Didalam sel hidup, DNA palsmid akan menetap dalam sel nukleus sebagai epison, yang kemudian akan melakukan sintesis kode dari antigen. Pun plasmid akan memicu induksi imunitas seluler, karena didalam plasmid terdapat nukleotida sekuens bersifat imunostimulan.

Pembuatan vaksin ini berdasar pada isolasi DNA suatu mikroba yang mengandung antigen bersifat patogen. Hasil penelitian invivo menunjukkan bahwa vaksin DNA ini merangsang respon selular yang sangat kuat. Penelitian dan pengembangan vaksin DNA ini dalam tahap percobaan pada obyek manusia.

Beberapa contoh vaksin yang ada di Indonesia, antara lain:

  • Vaksin Hepatitis B
  • Vaksin Polio
  • Vaksin BCG
  • Vaksin DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis)
  • Vaksin Pneumokokus (PCV)
  • Vaksin Rotavirus
  • Vaksin Influenza
  • Vaksin Campak
  • Vaksin MMR
  • Vaksin Varisela
  • Dan lain-lain

Waktu dan Prosedur Vaksinasi

Sesuai dengan program dari kementrian kesehatan dan rekomendasi dari persatuan dokter anak Indonesia, vaksinasi wajib diberikan kepada bayi baru lahir, bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa. Banyak sekali macam vaksin yang diperuntukkan sesuai umurnya, seperti vaksin BCG yang diberikan untuk bayi yang berusia 0-3 bulan, dengan optimal pemberian pada usia 2 bulan.

Berikut penjelasan terkait pemberian vaksin pada manusia sesuai yang tercantum dalam program pemerintah untuk jadwal pemberian vaksin kepada anak-anak. Berikut penjelasannya pemberian vaksin pada manusia :

1. Vaksin Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B. Di Indonesia sendiri masih menjadi penyakit endemis yang sering menyerang ibu hamil sebanyak 2%. Virus ini ditularkan melalui gen pembawa, bisa jadi dari ibunya sendiri. Manfaat vaksin hepatitis B bisa mencegah terjadinya infeksi virus hepatitis B dan penularannya dari ibu saat proses kelahiran.

Vaksin hepatitis B ini diberikan kepada bayi yang baru lahir. Dalam jurnal yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengenai informasi vaksin kepada orangtua, dosis vaksin hepatitis B ini diberikan sebanyak tiga dosis kepada bayi, yaitu pada saat bayi baru lahir dengan usia sebelum 12 jam, saat usia 1-2 bulan, dan usia 2-6 bulan. Untuk bayi baru lahir, pemberian vaksin hepatitis B didahului dengan pemberian suntikan vitamin K1. Anak-anak dan remaja yang belum mendapatkan vaksinasi hepatitis B, akan diberikan vaksin ini sebanyak 3 dosis.

2. Vaksin Polio

Polio ditularkan oleh virus polio. Virus polio dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang tercemar dan menyebabkan kelumpuhan pada manusia. Vaksin polio diberikan sebanyak 4 dosis, yaitu pertama kali saat baru lahir kemudian dosis berikutnya diberikan pada umur 2, 4 ,6 bulan. Dan dosis diulang saat mencapai usia 18 bulan dan 4-6 tahun.

Orang dewasa yang berusia lebih dari 18 tahun tidak perlu mendapatkan vaksin polio dikarenakan sudah mendapatkan vaksin saat masih anak-anak. Akan tetapi perlu diperhatikan apabila orang dewasa tersebut sedang pergi ke daerah endemis polio maupun petugas kesehatan yang merawat pasien terduga polio.

3. Vaksin BCG

Vaksin ini ditujukan untuk mencegah terjangkitnya dan penyebaran penyakit tuberkulosis (TBC). Vaksin ini diberikan kepada semua bayi yang berusia kurang dari 3 bulan. Apabila terdapat bayi berusia lebih dari 3 bulan, maka harus diuji tuberkulin terlebih dahulu sebelum diberikan vaksin BCG.

4. Vaksin DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis)

Vaksin ini ditujukan untuk ketiga penyakit tersebut, yang semuanya disebabkan oleh bakteri. Difteri dan pertusis menyerang saluran pernapasan anak-anak melalui percikan ludah penderita. Untuk tetanus disebabkan bakteri yang masuk melalui luka dalam dan kotor, bagi bayi yang baru lahir bakteri tetanus dapat masuk melalui tali pusat yang dipotong menggunakan alat tidak steril.

Vaksin DTP ini diberikan sebanyak 5 kali dosis pada rentang usia 2, 4, 6, 18 bulan, dan 4-6 tahun. Vaksin ini bisa diberikan bersamaan dengan vaksin yang lainnya juga. Sedangkan untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td / Tdap yang diulang setiap 10 tahun sekali. Dalam pemberian vaksin ini perlu diperhatikan bahwa sering terjadi efek samping pada anak-anak, dari efek samping ringan (panas/demam, rewel, nafsu makan turun, muntah) hingga berat (syok tapi jarang sekali).

5. Vaksin Campak

Penyakit campak disebabkan oleh virus morbili, dengan gejala awal demam tinggi, batuk, pilek, mata kemerah-merahan, kadang-kadang disertai diare. Selanjutnya timbul ruam merah pada kulit dari belakang telinga hingga menjalar ke seluruh tubuh. Penularan penyakit ini bisa melalui percikan air liur seperti batuk dan bersin.

Pemberian vaksin campak pada usia 9 bulan dan diberikan lagi pada umur 2 tahun dan saat masuk sekolah dasar. Untuk anak usia lebih dari 12 bulan diberikan vaksin kombinasi MMR yang diulang saat masuk sekolah dasar. Setelah pemberian vaksin, biasanya terjadi efek samping yang mungkin timbul antara lain demam dan ruam kulit dalam beberapa hari, yang akan menghilang dengan sendirinya.

6. Vaksin Rotavirus

Rotavirus merupakan salah satu nama virus yang menyebabkan penyakit diare pada anak-anak dan balita. Diare yang disebabkan rotavirus dapat menyebabkan anak-anak / balita kekurangan cairan (dehidrasi), mual-muntah, dan disertai demam.

Vaksin rotavirus bisa diberikan kepada anak-anak atau balita sebanyak 2 atau 3 dosis, dan diberikan saat usia 2, 4 bulan, bila diberikan 3 dosis. Cara pemberian vaksin ini melalui oral atau diminum. Vaksin rotavirus sangat bagus untuk mencegah diare, muntah yang disebabkan rotavirus.

7. Vaksin Pneumokokus (PCV)

Penyebab dari penyakit pneumokokus adalah bakteri / kuman Streptococcus penumoniae yang ditularkan penderita kepada lingkungan sekitar melalui percikan air ludah (droplet). Kuman ini dapat menyebabkan berbagai macam penyakit antara lain radang paru (pneumonia), radang telinga tengah (otitis media), hingga infeksi selaput otak (meningitis).

Banyak faktor resiko yang mempengaruhi manusia dapat terinfeksi kuman ini, yaitu anak berusia <2 tahun, penurunan sistem kekebalan tubuh, geriatri dengan usia >65 tahun, dan perokok. Dengan melihat faktor resiko yang ada, pemberian vaksin pneumokokus sangat dianjurkan untuk anak-anak, bayi, balita, dan lansia agar terhindar dari penyakit pneumokokus.

Pemberian vaksin ini diperuntukkan bayi usia 2, 4, 6 bulan, dan 12-15 bulan. Ini dikarenakan pada usia tersebut masih rentan terserang infeksi pneumokokus. Adapun juga vaksin pneumokokus yang diberikan kepada anak yang lebih besar dan dewasa, yaitu tipe vaksin PPSV23. Usia yang dianjurkan anak berusia lebih dari 2 tahun dan orang tua lebih dari 65 tahun.

8. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)

MMR (Measles, Mumps, Rubella) merupakan tiga penyakit yang sering menyerang anak-anak dan balita. Penyakit ini sangat mudah ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui udara, jadi diperlukan kewaspadaan bila terdapat seseorang yang menderita penyakit ini di dekat anda. Dalam pemberian vaksin MMR dibagi 2 dosis, pada dosis pertama di usia 12-15 bulan, dosis kedua pada usia 4-6 tahun.

9. Vaksin Varisela (Cacar Air)

Penyakit cacar air atau varisela disebabkan adanya infeksi oleh virus varicella zoster. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja baik anak-anak maupun dewasa, dengan gejala demam yang tidak begitu tinggi disertai keluarnya bintil-bintil berwarna putih yang terasa gatal pada dada dan punggung hingga menjalar ke seluruh tubuh.

Bagi anak-anak yang belum pernah terkena cacar air, bisa mendapatkan vaksin cacar air pada usia 12-15 bulan. Sedangkan untuk anak-anak 13 tahun ke atas, baik yang belum pernah mendapatkan vaksin maupun belum pernah menderita cacar air, harus diberikan vaksin dalam dua dosis dengan interval waktu kurang dari 28 hari. Jarang sekali ada kasus efek samping pemberian vaksin cacar air. Namun apabila terjadi reaksi samping yang serius, segera bawalah ke klinik atau rumah sakit terdekat.

10. Vaksin Influenza

Influenza, yang sering kita kenal sebagai flu, salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang mudah sekali menyebar melalui batuk, bersin. Biasanya gejala yang timbul dari penyakit ini adalah demam, sakit kepala, tubuh menggigil, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat / pilek, dan batuk-batuk.

Pemberian vaksin influenza kepada anak-anak usia 6 bulan hingga usia 8 tahun, dengan pemberian 2 dosis dasar. Vaksin ini diberikan atau didistribusikan tiap tahun, karena virus influenza selalu bermutasi maka tiap tahun dibuat vaksin yang disesuaikan dengan jenis virus yang berjangkit. Aktivasi perlindungan vaksin ini terjadi setelah 2 minggu pasca pemberian vaksin dan bertahan dalam beberapa bulan hingga 1 tahun.

Efek samping pasca pemberian vaksin influenza antara lain merah/bengkak pada tempat suntukan, demam, sakit kepala, nyeri otot pada tubuh. Namun gejala tersebut akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Apabila terjadi gejala efek samping yang serius, segera bawa ke unit gawat darurat terdekat.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, pemberian vaksin lebih diperuntukkan kepada bayi, balita, dan anak-anak. Akan tetapi bagi orang dewasa vaksin juga bisa diberikan, dengan melihat resume pemberian vaksin sebelum.

Juga ada beberapa vaksin yang dapat diberikan kepada orang dewasa, antara lain:

  1. Vaksin cacar air (varisela) dapat diberikan kepada orang dewasa, jika belum pernah mendapatkan sebelumnya atau belum pernah menderita penyakit cacar air.
  2. Vaksin Hib (haemophilus influenza tipe b) diberikan kepada orang dewasa saat akan menjalani transplantasi sumsum tulang.
  3. Vaksin DTP (difteri, tetanus, pertusis) bisa diberikan dengan dosis pengulangan tiap 10 tahun sekali.
  4. Vaksin PCV, tipe PPSV23 diberikan pada usia lebih dari 2 tahun dan dewasa usia lebih dari 65 tahun.
  5. Vaksin polio, hanya diberikan apabila seseorang tersebut memiliki risiko tertular virus polio, yaitu orang yang bepergian menuju daerah endemik, petugas laboratorium dan petugas kesehatan yang merawat pasien penderita polio.

Efek Tidak Vaksinasi Sejak Dini

Pada pembahasan di atas telah dijelaskan manfaat dari masing-masing vaksin yang diberikan kepada anak-anak. Pemberian nama vaksin tersebut sesuai dengan nama penyakit yang akan dicegah, jadi dapat kita ketahui kerugian yang diperoleh apabila tidak melakukan vaksinasi dini, yaitu:

  • Vaksin hepatitis B, berguna untuk mencegah terjadinya infeksi virus hepatitis B pada bayi baru lahir dari ibu pembawa virus aktif. Apabila vaksin ini tidak diberikan, bayi akan terkena infeksi langsung dan menderita penyakit hepatitis B
  • Virus polio dapat menyebabkan kelumpuhan anggota gerak tubuh (seperti lengan atau tungkai) apabila terkena infeksi virus ini. Terkadang bisa menyebabkan radang selaput otak (meningitis) hingga kematian
  • Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat ditangkal menggunakan vaksin BCG. Bila tidak, dapat menyebabkan penyakit tuberkulosis (TB) berat
  • Difteri, tetanus, pertusis merupakan infeksi bakteri yang menyerang sistem pernapasan kecuali tetanus yang menyebabkan kekakuan otot
  • Campak sangat berbahaya bagi bayi dan balita, bisa menyebabkan komplikasi yang serius terutama radang paru dan radang otak
  • Diare pada bayi biasanya disebabkan oleh virus rotavirus. Apabila tidak ditangani serius dapat menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi), muntah, dan demam

Sudah barang tentu, pemberian vaksin diwajibkan oleh pemerintah kita, tak lain tujuannya yaitu menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat secara jasmani dan rohani. Semoga kita sehat selalu dan terlindungi dari berbagai macam penyakit.

fbWhatsappTwitterLinkedIn