Ketika mengalami kejadian digigit anjing atau hewan-hewan yang berpotensi menularkan virus rabies, maka kita wajib memperoleh vaksinasi anti rabies. Vaksin ini sangat mudah ditemukan. Fasilitas kesehatan dan rumah sakit pasti menyediakannya. Pada dasarnya vaksin ini aman dan tidak mengakibatkan efek yang berbahaya akan tetapi lebih baik tidak diberikan kepada para ibu hamil.
Jenis-jenis Vaksin Rabies
- Vaksin HDVC – Adalah jenis vaksin rabies yang pembuatannya memakai sel diploid atau contoh (sampel) sel manusia.
- Vaksin PCEC – Adalah jenis vaksin rabies yang pembuatannya memakai contoh (sampel) embrio ayam.
- Vaksin Jaringan Saraf – Adalah vaksin yang terbuat dari sumsum tulang belakang kelinci, dikeringkan memakai potassium soda api dalam waktu berbeda-beda.
Akan tetapi WHO hanya menyarankan dua vaksin (PCEC dan HDVC) yang aman digunakan. Sementara satu vaksin lainnya yaitu vaksin jaringan saraf tidak disarankan untuk dipakai. Sebabnya adalah menurut penelitian, vaksin jaringan saraf bisa mengakibatkan kelumpuhan otot, cacat permanen, kaki sering kesemutan atau tangan yang diiringi lumpuh sementara dan kerusakan sistem saraf tetap (jarang terjadi). Walau demikian, kemungkinannya kecil terjadi komplikasi yang berbahaya. Mintalah dokter untuk tidak memberikan vaksin jaringan saraf tatkala kita terkena rabies, sebaiknya diganti vaksin yang lain.
Ada beberapa efek setelah melakuan vaksinasi rabies, yaitu :
- Bagian yang disuntik terasa sakit dan kadang bengkak
- Kemerahan pada bagian suntikan
- Demam biasa (ringan)
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Ruam
Pada dasarnya vaksinasi rabies aman dan tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan. Seperti pada poin nomor tiga hingga enam, walaupun ada yang mengalami efek tersebut, namun sangat jarang terjadi.
Pemberian Vaksin Anti Rabies
- Ketika digigit (pre exposure)
Pemberian vaksin dilakukan pada hari ke-7 dan hari ke-21 atau hari ke-28 setelah kita digigit. Dengan dosis 0,5 ml, 1,5 ml, dan kembali ke 0,5 ml. Vaksinasi akan diberikan kembali di tahun selanjutnya, lalu akan diulang setiap 3 tahun - Sesudah digigit (post exposure)
Pemberian vaksin ini sama saja dengan vaksin pre exposure. Akan tetapi vaksinasi pertama dilakukan 2 kali (dosis 0,5 ml). Dosis yang sama akan dipakai saat dilakukan vaksinasi kedua dan ketiga. - Gigitan yang berulang-ulang (re exposure)
Pemberian vaksinasi ini perlu dilakukan jika kita kembali digigit dalam 3 bulan hingga setahun (dosisnya 0,5 ml). Namun dibawah 3 bulan, tak perlu suntik karena antibodinya masih memadai. Apabila terkena gigitan lebih dari setahun berikan suntikan re exposure yang cara pemberiannya sama dengan post exposure.
Orang-orang yang Beresiko Terkena Rabies
- Penduduk yang daerahnya rawan penyakit rabies
- Orang yang bekerja di toko binatang
- Dokter hewan
- Wisatawan di tempat rawan rabies
- Peneliti hewan rabies yang bekerja di lapangan
- Pecinta alam penjelajah hutan
- Petugas laboratorium menangani contoh virus rabies
- Petugas kebun binatang
Pengobatan Ketika Masa Inkubasi Virus Rabies
Penanganan pofilaksis pasca pajanan adalah penanganan yang pertama dilakukan ketika digigit hewan dengan virus rabies. Penanganan ini ada tiga tahapan, yang petama luka dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan air mengalir, setelah itu bisa pakai alkohol, larutan yodium, etanol, ataupun antiseptik agar lukanya steril.
Lalu berikan immunoglobulin rabies yang dapat menetralkan virus rabies ini, yang ketiga adalah vaksinasi rabies. Vaksinasi akan selalu dilakukan pada tiap-tiap kasus, meskipun sebelumnya pernah dapat vaksin.
Penanganan bagi yang Sudah Timbul Gejala
Apabila gejala sudah muncul (seperti badan yang sakit tak tertahan), berarti penderita sudah tidak bisa disembuhkan. Pada tahapan ini, dokter akan memberi obat bius ataupun obat penenang kepada penderita, supaya tidak terus berteriak karena sakit yang ia rasakan.
Berikut ini beberapa hal lainnya mengenai rabies :