6 Jenis Kelainan Pada Plasenta

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Plasenta adalah jaringan pendukung yang mempertahankan bayi dalam kandungan seerta membantu dalam suplai nutrisi dan oksigen pada janin. Kelainan plasenta yang terjadi dapat menyebabkan terhambatnya suplai nutrisi dan oksigen melalui sirkulasi darah. Kejadian ini bahkan dapat membahayakan nyawa janin (kekurangan oksigen) serta membahayakan kondisi Ibu (akibat perdarahan). Ada banyak gejala terjadinya kelainan plasenta, misalnya mulai dari perdarahan, nyeri perut, aktivitas bayi yang kurang. Sedangkan penyebab terjadinya tergantung dengan kondisi, bisa akibat faktor usia, jumlah kehamilan dan trauma pada perut.

(Baca juga: Penyebab HCG meningkat – Bahaya zat fenilanin)

Kelainan plasenta bukan hal yang jaring terjadi pada kehamilan. Dirumah sakit, kejadian kelainan plasesnta hampir tiap hari ditemukan dan tidak sedikit yang Ibu ynag kehilangan nyawa karena kelainan tersebut. Beberapa kelainan plasenta yang perlu diketahu antara lain :

1. Kelainan bentuk plasenta

Ada banyak jenis kelainan bentuk plasenta. Ada yang bentuk plasenta besar, ada yang memiii 2 plasenta dan dipisahkan selaput ketuban, plasenta yang tipis dan lebar. Kelainan-kelainan bentuk plasenta bisa disebabkan faktor genetik, riwayat yang sama sebelumnya dan infeksi. Gejala yang timbul biasanya mudah terjadi perdarahan pada masa kehamilan, ataupun terjadi abortus. Namun bukan berarti tidak dapat hamil.

Beberapa kelainan bentuk memungkikan penderita masih bisa hamil, namun kelainan plasenta ini dapat mempersulit proses persalinan, dapat menyebabkan perdarahan sebelum dan sesudah kehamilan (jika plasenta tidak keluar secara sempurna biasanya pada kasus 2 plasenta). (Baca juga: Penyebab bibir sumbing pada bayi)

Namun kelainan plasenta ini biasanya sulit dideteksi. Penanganan biasanya dilakukan pada pasien yang sudah terdeteksi, dengan melakukan perawatan rutin untuk mejaga kesehatan ibu dan janin. Selain itu ibu perlu perawatan Intensif saat proses kelahiran untuk menghindari perdarahan. Jika terjadi plasenta masih ada yang tertinggal, biasanya pasien dikuret. Jika terjadi perdarahan pasien baisanya dilakukan resusitasi cairan. Pencegahan untuk kelainan bentuk cenderung sulit dihindari, yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan vagina untuk menghindari infeksi, selain itu saat diawal kehamilan pasien perlu beristrahat untuk menjaga proses implantasi dan pembentukan janin. (Baca juga: Bahaya high heels bagi wanita dan ibu hamil)

2. Plasenta previa

Plasenta previa merupakan kelainan implantasi, atau dengan kata lain kelainan letak menempelnya plasenta pada rahim. Sifat plasenta previa bisa menutup selurh jalan lahir (totalis), sebagian jalan lahir (parsialis), dan tepat di pinggir jalan lahir (marginalis). Penyebab pasenta previa belum diketahui, namun diduga sifat dinding rahim yang belum matang pada baigan atas (fundus) membuat plasenta harus menempel pada segmen bawah rahim. Selain itu faktornya sering terjadi pada orang dengan riwayat hamil usia tua, hamil lebih dari 1 kali, riwayat operasi sesar dan kelainan janin.

(Baca juga: Penyebab hormon prolaktin tinggi pada ibu menyusui)

Gejala nya biasa terjadi perdarahan saat kehamilan tanpa penyebab, tidak ada nyeri berulang, darah berwarna merah segar dan janin masih belum memasuki pintu bawah panggul. Penanganan segera yang dilakukan adalah melakukan perawatan terhatap perdarahan kehamilan, mengontrol keadaan ibudan janin hingga kemungkinan perlu dilakukan operasi sesar untuk mencegah perdarahan berlebih. (Baca juga: Bahaya jeruk nipis untuk rahim)

3. Solusio plasenta

Solusio plasenta merupakan salah satu kelainan plasenta, dimana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum terjadinya proses persalinan. Penyebabnya bisa dari faktor usia, taruma pada perut, perokok, beban janin lebih berat, dan riwayat pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Gejala yang dapat dirasakan berupa perut yang terassa sakit, perdarahan vagina, kontraksi cepat, nyeri punggung dan pergerakan bayi berkurang (karena pasokan oksige terputus). (Bbaca juga: Bahaya kopi bagi penderita kista ovarium)

Penanganan yang dapat dilakukan pada pasien dengan solusio yang ringan dan usia janin kurang dari 34 minggu, maka pasien perlu dirawat hingga kondisi janin cocokuntuk lahir. Namun jika kondisi janisn sudha lebih dari 34 minggu dan solusio yang dialami berat, maka perlu dilakukan operasi sesar untuk menolong ibu dan janin. Jika terjadi perdarahan, maka dibutuhkan transfusi segera. Hal yang dapat dilakukan sebagai pencegahan ialah, mengurangi aktivitas berat di usia kehamilan tua, hindari hamil pada usia diatas 40 tahun dan hindari faktor yang bisa menyebabkan terjadinya trauma pad perut. (Baca juga: Penyebab darah beku saat haid)

4. Retensio plasenta

Retensio plasenta merupakan kalinan lasenta dimana plasenta tidak segera keluar (dilahirkan) 30 menit setelah kelahiran bayi. Jika plasenta tidak segera keluar, akan menyebabkan terjadinya perdarahan setelah kelahiran. Penyebab retensi bisa karena kontraksi rahim yang tidak kuat, plasenta sulit lepas (implantasi pada tempat yang sulit), implasntasi terlalu dalam (akreta, inkreta dan perkreta). Gejala yang dapat terjadi adalah terjadinya perdarahan dan ditemukan bukti bahwa plasenta belum lahir setelah kelahiran bayi lebih dari 30 menit.

Penanganan segera adalah dengan melakukan manual plasenta (oleh ahlinya), yaitu mengeluarkan plasenta dengan bantuan dari penolong persalinan, bisa juga dengan menggunakantang cunam untuk menarik plasenta. Untuk penanganan perdarahan diberikan obat oksitosin, pemberian oksigen dan antibiotik. (Baca juga: Penyebab kram perut normal dan pada wanita hamil)

5. Rest plasenta (Retensio sisa plasenta)

Rest plasenta merupakan kelainan plasenta yang terjadi akibat tidak sempurnanya plasenta yang keluar (lahir). Rest plasenta hampir mirip dengan retensio plasenta, hanya saja pada rest plasenta,  plasenta dapat keluar dari rahim namun tidak seluruhnya atau tidak bersih. Penyebabnya bisa dikarenakan penolong kelahiran tidak melakukan pengeluaran plasenta secara hati-hati atau terlalu buru-bur dalam mengeluarkan plasenta (Kala III). Gajalanya berupa perdarahan setelah persalinan dan ditemukannya ada bagian plasenta yang tidak keluar atau tertinggal pada pemeriksaan plasenta. (Baca juga: Makanan yang memperlancar menstruasi)

Penanganan yang perlu dilakukan yaitu melakukan kuret atau dengan manual plasenta yang dilakukan oleh ahlinya. Pasien diberi oksitosin, oksigen serta cairan untuk mempertahankan resusitasi. Untuk mencegah terjadinya rest plasenta, pada saat akan melahirkan plasenta perlu dilakukan secara hati-hati, jangan terlalu buru-buru atau menarik plasenta, namun jangan sampai terlambat melahirkan plasenta (lebih dari 30 menit). (Baca juga: Penyakit yang menyerang tuba fallopi)

6. Disfungsi plasenta

Disfungsi plasenta merupakan kalianan plasenta yang tidak mampu memenuhu kebutuhan janin akan nutrisi atau oksigen. Kejadian ini dapat terjadi pada orang dengan kehamilan resiko tinggi, misalnya diabete melitus, hipertensi, hamil ganda (kembar), penyakit jantung, dan hamil di usia tua. Akibat kurangnya pasokan nutrisi, maka akan menghambat pertumbuhan janin, sehingga biasanya janin tampak kecil dari usia kehamilan bahkan dapat membahayakan nyawa janin. (Baca juga: Akibat kelebihan estrogen)

Penanganan yang dilakukan adalah memonitor keadaan janin dengan sering malkukan pemeriksaan. Kurangi aktivitas berat agar suplai oksigen ke janin bisa berjalan lancar. Seain itu penuhi selalu nutrisi janin dengan mengkonsumsi berbagai sumber nutrisi. Pencegahan yang dilakukan bisa berupa mencegah terjadinya kehamilan usia tua, mencegah terjadinnya pgangguan kesehatan (hindari faktor memperberat penyakit jantung dan hipertensi). (Baca juga: Penyebab menopause)

fbWhatsappTwitterLinkedIn