Transfusi darah seperti kita tahu merupakan satu proses cara untuk menyalurkan darah ke dalam tubuh. Ini adalah suatu tindakan medis di mana biasanya dilakukan supaya nyawa seseorang yang tengah kekurangan darah dapat terselamatkan. Transfusi darah memang menawarkan banyak manfaat, hanya saja perlu diketahui pula bahwa ada bahaya transfusi darah yang perlu diwaspadai.
Transfusi darah pada dasarnya diketahui sebagai kegiatan di mana PMI atau Palang Merah Indonesialah yang menjadi pengelolanya di Indonesia. Dengan memperoleh pendonor, maka kantong-kantong darah pun terkumpul yang kemudian didistribusikan ke lokasi-lokasi yang memang tengah memerlukan suplai darah, khususnya ke rumah sakit.
Tak sembarangan tentunya bagi PMI untuk menerima pasokan darah dari pendonor karena mereka akan melakukan lebih dulu analisa pemeriksaan serologi. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk menguji apakah darah dari pendonor memang layak didistribusikan dan memang sudah bebas dari penyakit. Berikut adalah sejumlah bahaya yang perlu diwaspadai jika hendak melakukan transfusi darah.
Baca juga:
- Infeksi
Setiap orang yang berniat mendonorkan darah selalu akan diperiksa lebih dulu untuk mengetahui apakah ia memiliki infeksi yang kiranya berpotensi ditularkan lewat darah ke orang lain. Meski begitu, tetap saja ada beberapa kasus kesalahan dan seseorang dengan infeksi bisa lolos dari pemeriksaan sehingga infeksi seperti di bawah ini mampu terjadi:
- HIV – Tahukah Anda bahwa salah satu cara penularan virus HIV AIDS merupakan kontak langsung antara darah dan darah yang sudah terkena infeksi HIV? Memang benar bahwa ada potensi besar penularan terjadi lewat suntikan penyalahgunaan obat-obatan, namun tak menutup kemungkinan HIV menular dengan mudah melalui suntikan medis, transfusi darah atau limbah medis.
- Hepatitis B dan C – Infeksi virus bukan hanya HIV saja, melainkan hepatitis B dan C juga cukup besar risikonya. Bahkan diketahui bahwa hepatitis ini adalah penyakit paling umum yang bisa ditularkan secara mudah lewat transfusi darah. Hingga kini terus ada beragam penelitian yang dilakukan supaya mampu membuat risiko infeksi berkurang meski memang pada banyak kasus tak memiliki gejala.
- Penyakit Lyme
- Malaria
- Babesiosis
Bahaya lainnya yang kiranya terjadi adalah reaksi demam di mana biasanya dapat terjadi secara cepat baik itu selama atau sesudah proses transfusi darah dilakukan. Memang benar ini bukan bahaya atau efek yang mengancam jiwa, tapi biasanya demam ini menjadi gejala dari sejumlah reaksi serius. Jadi supaya berjaga-jaga, transfusi akan dihentikan dan dokter akan menyarankan pemeriksaan lebih lanjut.
(Baca juga: akibat kelebihan bilirubin – bahaya kelebihan sel darah putih – thalassemia)
- Kelebihan Zat Besi
Ada beberapa kasus juga di mana salah satu bahaya dari transfusi darah adalah kelebihan zat besi. Tentu sebelum melakukan transfusi darah, harus benar-benar dicek kondisi darah di dalam tubuh karena kalau tidak, kelebihan zat besi dapat terjadi dan malah berpengaruh buruk terhadap organ jantung maupun hati.
- Graft-versus-host Disease
Bahaya lainnya yang patut diwaspadai dari transfusi darah adalah GVHD atau Graft-versus-host Disease di mana hal ini dialami seseorang yang sistem daya tahan tubuhnya sangat rendah dan memperoleh sel darah putih dari darah yang ditransfusikan. Dari transfusi tersebut, sel-sel darah putih bisa menyerang jaringan tubuh si penerima darah.
Hal seperti ini berpotensi lebih besar apabila darah berasal dari seseorang dengan jenis jaringan sama atau justru dari keluarga. Sistem daya tahan tubuh penerima darah tak akan mampu mengenali sel-sel darah putih pada darah yang tertransfusikan. Itulah mengapa sistem menganggap sel darah putih sebagai benda asing.
- Alergi
Bukan tidak mungkin alergi bisa terjadi karena transfusi darah di mana hal ini disebabkan oleh sistem daya tahan tubuh yang mengeluarkan reaksi terhadap protein maupun zat lain yang ada di dalam darah penerima transfusi darah.
Reaksi alergi pada umumnya dialami secara cepat baik selama atau sesudah melakukan proses transfusi. Gejala-gejala umum pun kemungkinan akan langsung dirasakan, seperti misalnya kulit yang gatal-gatal dan disertai kemerahan maupun ruam yang memang menjadi tanda umum dari kondisi alergi. Cobalah untuk ke dokter dan memeriksakannya supaya cepat tertangani dengan benar.
(Baca juga: makanan penambah sel darah putih – cara meningkatkan sel darah putih – cara melancarkan peredaran darah)
- Cedera Paru
Bahaya dari transfusi darah dapat mengancam kesehatan paru-paru dan pada beberapa kasus, ada penerima darah yang mengalami radang di bagian paru-paru hanya dalam waktu 6 jam pasca prosedur transfusi darah. Paru-paru dapat terancam mengalami kekurangan oksigen apabila peradangan yang terjadi tergolong serius. Penderita pun akan menjadi lebih sulit untuk bernapas karenanya.
- Kelebihan Cairan
Transfusi darah nyatanya menjadi tindakan medis yang juga mampu memicu kelebihan cairan di dalam tubuh penerima darah. Kondisi seperti ini bakal menjadi penyebab jantung tak lagi mampu secara maksimal memompa darah ke seluruh tubuh. Paru-paru yang dipenuhi cairan akan menyebabkan penderitanya sesak napas dan risiko seperti ini lebih banyak terjadi pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit jantung.
- Kontaminasi Bakteri
Kasus yang jarang memang akan kontaminasi bakteri ketika transfusi darah. Namun tak bisa dipungkiri pula bahwa komponen darah yang berisiko paling besar terkontaminasi bakteri adalah trombosit. Itulah mengapa, penyimpanan trombosit harus sangat ekstra, yaitu di suhu kamar mengingat pertumbuhan bakteri terjadi begitu pesat.
Jika pasien penerima darah mendapat trombosit yang sudah terkontaminasi bakteri, sesudah transfusi dimulai penyakit lebih serius sangat mengancamnya. Namun tak perlu terlalu khawatir sebab banyak rumah sakit yang malah justru memakai trombosit apheresis di mana risiko kontaminasi bakteri lebih rendah.
Baca juga:
- gejala kelebihan sel darah putih
- tanda-tanda darah putih naik
- makanan yang dilarang untuk golongan darah b
Itulah sejumlah bahaya transfusi darah untuk diwaspadai di mana jika setelah melakukan transfusi darah Anda merasa tubuh mengalami perubahan kondisi, segera hubungi dokter. Transfusi darah juga paling baik dilakukan di rumah sakit, jadi hati-hati terhadap prosedur yang kurang wajar.