Tiroiditis – Jenis, Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Terjadinya pembengkakan atau adanya peradangan pada kelenjar tiroid, itulah yang dinamakan dengan tiroiditis. Tiroiditis merupakan sebuah istilah medis untuk kondisi tersebut dan pembengkakan yang terjadi mampu menjadi sebuah faktor yang memicu peningkatan kadar hormon tiroid pada darah. Tak hanya menyebabkan peningkatan, tapi juga bisa membuat kadar hormon tiroid dalam darah justru lebih rendah dari normalnya.

Untuk masalah seberapa umum penyakit ini, tiroiditis sebenarnya cukup umum dan mampu menyerang orang dengan usia berapa saja. Hanya saja, para wanitalah yang mempunyai risiko jauh lebih besar untuk terkena tiroiditis ini ketimbang pria 10 kali lipat. Untuk dapat mengatasinya, tentu saja informasi penyebab, gejala dan lainnya bisa disimak lebih dulu.

Baca juga:

Jenis dan Penyebab

Ada beberapa jenis tiroiditis yang perlu untuk Anda tahu dan penyebab dari penyakit ini juga tidaklah sama karena tergantung dari jenisnya. Itulah mengapa di bawah ini perlu Anda ketahui apa saja jenis serta penyebabnya.

  • Tiroiditis Akut/Infeksi – Pada kondisi jenis tiroiditis ini, infeksi bakterilah yang memicunya. Namun untuk jenis ini memang cukup jarang dan kalaupun terjadi, kasus tiroiditis jenis ini justru rata-rata menyerang anak.
  • Tiroiditis Hashimoto – Jenis tiroiditis satu ini adalah yang paling umum dan artinya sering terjadi dan penyebab utamanya adalah kondisi autoimun. Kemudian pada akhirnya sistem daya tahan tubuh malah menyerang kelenjar tiroid secara tak sengaja sampai pelan-pelan akhirnya membengkak dan mengalami kerusakan. Kelenjar tiroid kemudian tak mampu lagi secara maksimal memroduksi hormon tiroid akibat kerusakan tersebut sehingga jumlahnya pun kurang (kondisi ini disebut juga dengan hipotiroidisme).
  • Tiroiditis Silent/Painless – Pada kondisi jenis tiroiditis satu ini, kondisi autoimun jugalah yang menjadi penyebab utamanya. Akan terjadi peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah di awal yang dikarenakan kinerja berlebihan dari kelenjar tiroid. Sesudah itu, ada fase kelelahan yang dialami oleh kelenjar tiroid dan akhirnya kadarnya justru drastis menurun hingga berada di bawah normal. Biasanya, tiroiditis jenis ini bisa sembuh tanpa adanya pengobatan khusus, alias sembuh dengan sendirinya dalam waktu 12-18 bulan.
  • Tiroiditis Postpartum – Pada kondisi jenis tiroiditis ini memang bisa dikatakan mirip dengan tiroiditis Hashimoto dengan penyebab utama adalah autoimun yang kelainan. Hanya saja bedanya adalah tiroiditis satu ini hanya wanita saja yang mengalami terutama sesudah menjalani proses bersalin. Diketahui sebagian besar kasus ini tidaklah begitu serius karena kadar hormon tiroid bakal normal kembali hanya dalam waktu setahun alias 12 bulan pasca persalinan.
  • Tiroiditis de Quervain/Subakut – Jenis tiroiditis ini adalah kondisi pembengkakan kelenjar tiroid di mana penyebab utamanya adalah infeksi virus, seperti penyakit gondok atau flu. Umumnya, jenis tiroiditis ini diderita oleh wanita dengan rentang usia antara 20 hingga 50 tahun.
  • Tiroiditis yang Diinduksi Radiasi – Pada kondisi jenis tiroiditis satu ini, kelenjar tiroid mengalami kerusakan akibat pengobatan radioaktif yodium atau radioterapi di mana pengobatan tersebut adalah yang digunakan untuk menyembuhkan kanker. Tak hanya merusak kelenjar, bahkan jumlah hormon tiroid pun menjadi terpengaruh.
  • Tiroiditis yang Diinduksi Obat – Sejumlah obat diketahui bisa memicu tiroiditis dan biasanya obat yang dimaksud di sini adalah obat kanker, interferon, amiodarone, dan lithium. Obat-obat ini mampu menjadikan kelenjar tiroid lebih aktif dari biasanya atau malah justru sebaliknya, yakni rusak dan tak berfungsi maksimal. Ketika penggunaan obat berhenti, maka gejala akan langsung hilang pada kasus-kasus yang sudah pernah ada.

Faktor Risiko

Selain penyebab-penyebab di atas yang berdasarkan pada jenis tiroiditis, ada pula sejumlah faktor risiko yang juga perlu diketahui sekaligus diwaspadai, antara lain:

  • Jenis kelamin wanita biasanya akan jauh lebih rentan terkena tiroiditis, terutama jenis tiroiditis Hashimoto.
  • Faktor keturunan juga bisa jadi meningkatkan risiko tiroiditis.
  • Jenis penyakit autoimun tertentu mampu menjadikan seseorang mengalami tiroiditis, seperti diabetes tipe 1, rheumatoid arthritis, serta lupus erythematosus.
  • Faktor usia juga berpengaruh dan rata-rata tiroiditis terjadi pada orang-orang paruh baya.

(Baca juga: obat kelenjar tiroid jari tangan bengkak tiba-tiba – obat tradisional kaki bengkak)

Gejala Tiroiditis

Benar memang, adanya pembengkakan pada tiroid merupakan gejala paling utama dan kelihatan dari tiroiditis. Namun sebenarnya ada pula gejala-gejala lain yang kiranya pasti akan dikeluhkan oleh penderitanya. Gejala juga diketahui bisa dialami penderita tergantung dari jenis kerusakan dan apabila hal ini menyangkut hipertiroidisme atau kerusakan kelenjar tiroid yang memicu peningkatan kinerja tiroid, maka gejalanya adalah:

  • Gatal-gatal
  • Lebih sering buang air kecil.
  • Otot menjadi lebih lemah dari biasanya.
  • Selalu merasa cepat lelah.
  • Sering merasakan haus.
  • Mudah marah.
  • Mudah cemas.
  • Mudah gugup.
  • Mudah mengalami perubahan suasana hati.
  • Tidak betah berdiam diri alias sulit untuk tetap dalam keadaan diam.
  • Diare
  • Sensitivitas terhadap panas meningkat.
  • Gairah seksual menurun atau bahkan bisa sampai hilang.
  • Susah tidur.
  • Nafsu makan meningkat.
  • Siklus datang bulan tak teratur.
  • Lebih cepatnya detak jatung.

Ada juga gejala-gejala khusus yang kemungkinan terjadi sebagai akibat dari rusaknya kelenjar tiroid dan menyebabkan produksi hormon menurun. Ketika aktivitas kelenjar tiroid mengalami penurunan, maka kondisi ini adalah yang dinamakan dengan hipotiroidisme. Keluhan-keluhan umum yang kiranya bakal dialami oleh penderita adalah:

  • Depresi
  • Konstipasi/sembelit
  • Kuku lebih rapuh.
  • Rambut lebih rapuh sehingga ada kemungkinan patah dan rontok.
  • Lemah pada otot.
  • Nyeri pada otot.
  • Kram pada otot.
  • Kulit terasa lebih kering dari biasanya.
  • Kulit bersisik.
  • Pergerakan tubuh mengalami penurunan.
  • Cara berpikir mengalami penurunan.
  • Sensitivitas terhadap dingin meningkat.
  • Nafsu makan mengalami penurunan atau bisa hilang.
  • Mengalami kenaikan berat badan.
  • Gairah seksual menurun atau bisa juga sampai hilang sama sekali.
  • Mati rasa pada jari dan tangan.
  • Terasa sakit atau nyeri pada bagian jari dan tangan.
  • Periode datang bulan tak tentu atau bisa juga jumlah perdarahan ketika menstruasi sangat berlebihan.

Untuk gejala-gejala umum yang rata-rata dirasakan oleh penderita, terutama pada tahap awal adalah tiroid yang membengkak di mana ini juga diikuti dengan rasa sakit dan tegang di bagian tersebut. Selain itu, mulut serta mata akan menjadi lebih kering dari biasanya, hanya saja tak terlalu sakit.

Kapan Harus ke Dokter?

Pertanyaan ini mungkin sangat umum karena banyak orang tak tahu kapan seharusnya mereka memeriksakan diri ke dokter. Segera hubungi dokter apabila:

  • Mengalami peningkatan detak jantung serta sesak napas sesudah memulai terapi hormon tiroid.
  • Tengah hamil, menyusui atau sedang merencanakan kehamilan. Ini karena peran tiroid adalah sebagai pengendali metabolisme tubuh, jadi tiroiditis bisa saja berpengaruh besar terhadap aktivitas harian kita.
  • Mengalami kelelahan ekstrem.
  • Alergi obat.
  • Menderita demam tinggi.

(Baca juga: kelenjar di leherpenyebab benjolan di leher – penyebab bibir atau mulut bengkak tiba-tiba)

Diagnosa dan Pengobatan

Jika sudah merasakan keluhan-keluhan tak wajar, maka segeralah ke dokter di mana nantinya dokter akan melakukan proses diagnosa dengan langkah-langkah seperti:

  • Mengajukan pertanyaan tentang riwayat penyakit pasien. Biasanya hal ini juga disertai sekaligus tentang keluhan gejala apa saja yang dialami atau dirasakan selama ini.
  • Melakukan pemeriksaan fisik. Hal ini tentunya menyeluruh dan dengan tujuan agar bisa menemukan pembengkakan pada area tiroid.
  • Melakukan tes fungsi tiroid. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk bisa menentukan jenis tiroiditis yang pasien miliki. Tak hanya itu, dengan tes ini jugalah dokter bisa mendeteksi fungsi serta jumlah kadar hormon tiroid yang dihasilkan di dalam darah.
  • Melakukan MRI scan. Biasanya hal ini akan dilakukan pada bagian otak apabila memang ada kecurigaan bahwa penyebab tiroiditis adalah gangguan di pituitari atau hipotalamus.
  • Melakukan tes radioaktif yodium. Metode pemeriksaan ini kiranya diperlukan juga oleh pasien supaya kemampuan tiroid dalam proses penyerapan yodium sebagai pemroduksi hormon tiroid bisa diukur.
  • Melakukan ultrasonografi. Metode pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter biasanya dengan tujuan untuk mengetahui apakah besarnya kelenjar sampai menekan bagian trakea, esofagus serta area lainnya di dekat sana.

Setelah serangkaian metode diagnosa tersebut dijalani oleh pasien, maka dokter barulah bisa mendapatkan hasilnya dan sekaligus menentukan pengobatan yang paling tepat untuk penyakit ini. Karena kasus penyakit tiroiditis paling umum dan banyak dialami adalah tiroiditis Hashimoto, maka sebaiknya Anda tahu betul apa saja yang bisa digunakan untuk mengobati jenis penyakit tersebut.

  • Hormon tiroid (levothyroxine). Tujuan obat ini adalah sebagai pengganti hormon yang makin rendah dan juga hilang.
  • Obat anti-radang nonsteroid. Tujuan dari penggunaan obat ini tentunya adalah sebagai penghilang rasa sakit yang diakibatkan oleh pembengkakan dan peradangan yang terjadi.
  • Beta-blocker propranolol/atenolol. Tujuan dari menggunakan obat jenis ini adalah untuk meredakan gejala peningkatan detak jantung. Dengan menggunakan obat ini, ritme jantung akan kembali teratur dengan baik dan cukup cepat.

Karena pada dasarnya rata-rata jenis tiroiditis dapat sembuh dengan sendirinya, maka memang pengobatan secara medis tak diperlukan untuk beberapa kasus. Hanya saja, jika memang gejala yang dialami pasien begitu serius, dokter tentu akan memberikan obat yang paling sesuai untuk mengurangi atau menyembuhkan gejala tersebut.

Baca juga:

Supaya bisa mencegah tiroiditis kembali kambuh atau datang, selalu rajinlah ke dokter untuk mengecek kondisi kesehatan tubuh Anda. Tak ada salahnya juga untuk mengenal lebih dalam tentang jenis-jenis tiroiditis. Dalam masa perawatan, jangan lupa juga untuk selalu mengonsumsi obat dari dokter sesuai resep yang sudah diberikan supaya cepat membaik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn