Mungkin Anda pernah mendengar tentang penyakit klamidia di mana kondisi ini adalah salah satu jenis penyakit menular seksual atau PMS. Mengapa dinamakan klamidia? Ini karena penyebab utamanya adalah bakteri Chlamydia trachomatis dan sebenarnya penyakit ini sudah cukup umum. Sayangnya, sudah banyak penderita klamidia namun tidak menyadari bahwa mereka sedang mengidapnya.
Karena berasal dari bakteri, maka tidak heran kalau akhirnya terjadi infeksi dan kabar buruknya, tidak ada tanda maupun gejala yang nampak sehingga penderitanya tak tahu akan kondisi yang mereka tengah alami. Bakteri ini dapat menginfeksi tanpa diketahui oleh orang yang terinfeksi sehingga memang terkadang penanganannya agak terlambat sebab gejala tak terdeteksi.
Infeksi dari bakteri Chlamydia trachomatis bisa menyerang bagian-bagian tubuh tertentu, seperti saluran kencing, anus, serviks, tenggorokan dan juga mata. Mungkin sebagian dari kita belum pernah mendengar istilah penyakit klamidia ini, padahal klamidia ini sudah sangat umum, bahkan di Indonesia sekalipun. Diperkirakan sudah ada 131 juta lebih orang di dunia yang mengidap klamidia.
(Baca juga: penyebab pms – kista ovarium)
Penyebab Klamidia
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor paling jelas dan utama menyebabkan klamidia dialami seseorang adalah bakteri Chlamydia trachomatis. Penularan bisa terjadi pada penderita terutama ketika berhubungan seksual tanpa penggunaan kondom. Melakukan hubungan intim secara vaginal, anal, oral, hingga meski hanya alat kelamin yang bersentuhan.
Penularan bakteri pun dapat terjadi lewat alat bantu seks, terutama alat yang tak memiliki lapisan kondom atau yang tak bersih dicuci pasca penggunaan. Klamidia bisa terjadi melalui banyak faktor yang seringkali dianggap aman oleh banyak orang. Terkadang orang-orang tak akan berpikiran sampai pada penularan bakteri klamidia ini ketika melakukan hubungan intim dengan pasangannya.
Selain dari bakteri tersebut, Anda pun perlu mengetahui apa saja faktor penting dalam meningkatkan potensi terserang klamidia. Di bawah ini adalah sejumlah faktor risiko yang perlu dikenali agar dapat menjadi perhatian dan kewaspadaan:
- Usia <18 Tahun Aktif secara Seksual
Bagi orang-orang yang masih tergolong remaja atau dengan usia di bawah 18 tahun tapi sudah aktif secara seksual, maka potensi untuk terkena klamidia pun makin besar. Itulah mengapa pendidikan seksual sangat penting untuk anak-anak usia di bawah 18 tahun agar mereka mengerti apa saja kekurangan dan kerugian bila aktif secara seksual sebelum benar-benar matang.
- Berganti-ganti Pasangan dalam Berhubungan Intim
Ada banyak orang yang suka coba-coba dalam hal seksual demi memuaskan hawa nafsunya dan salah satunya adalah dengan bergonta-ganti pasangan. Mungkin kesenangan dan kepuasan menjadi hal yang utama pada orang-orang yang melakukan hubungan seksual semacam ini, namun risikonya bisa sangat fatal. Bakteri penyebab klamidia dapat menular dengan mudah bila melakukan hubungan intim dengan lebih dari 1 orang.
- Punya Riwayat PMS
Riwayat kesehatan seseorang yang pernah mengalami penyakit menular seksual sebelumnya justru memperberat dan memperbesar risiko terserang bakteri klamidia. Apabila pernah mengidap salah satu penyakit menular seksual, sebaiknya Anda harus lebih hati-hati dalam menjaga kesehatan dan juga dalam melakukan hubungan seksual.
- Melakukan Hubungan Intim tanpa Kondom
Melakukan hubungan seksual secara tidak aman salah satunya dalah dengan tidak menggunakan kondom. Inilah yang kemudian memperbesar risiko tertular penyakit menular seksual, tak terkecuali klamidia. Penting untuk menggunakan kondom dan mengetahui seperti apa praktik seks yang dianggap aman agar potensi klamidia juga bisa berkurang.
(Baca juga: gejala darah kental – cara mengobati kista)
Gejala Klamidia
Karena klamidia dapat menyerang pria dan wanita, maka gejala yang muncul pada keduanya pun berbeda. Meski pada beberapa kasus ada yang tidak terdeteksi gejalanya karena seakan baik-baik saja, tetap ada beberapa kondisi yang mungkin menjadi keluhan penderita klamidia. Biasanya, gejala tak muncul hanya di awal penularan penyakit klamidia ini.
Lewat 1-3 minggu biasanya akan mulai timbul gejala-gejala yang baru dan ini akan kelihatan. Meski demikian, masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa kondisi yang muncul merupakan gejala dari klamidia dan malah cenderung mengabaikannya. Kebanyakan orang menganggap kondisi yang terjadi tak serius dan nantinya bakal sembuh sendiri sehingga tak ada tindakan lanjutan untuk segera memeriksakannya.
Diketahui bahwa gejala yang dialami oleh pria dan wanita sangat berbeda, namun satu-satunya keluhan yang sama adalah terasa sakit sewaktu buang air kecil. Bahkan gejala ini tidaklah dialami oleh setengah dari pria yang mengidap klamidia sementara setengahnya lagi baru merasakan keluhan tersebut. Untuk keluhan lainnya bisa disimak di bawah ini:
Gejala pada Pria
Pada pria ada beberapa gejala umum klamidia yang bakal dialami, seperti:
- Testikel terasa sakit. Ketika merasakan adanya rasa nyeri atau tak nyaman di bagian testikel, hal ini seharusnya sudah memunculkan kecurigaan akan adanya penyakit seksual. Sebaiknya tidak diabaikan dan Anda bisa langsung memeriksakannya.
- Saat berkemih terasa gatal. Hanya gatal biasa, mungkin itulah yang dipikirkan dan dianggap oleh para pria saat merasakan gatal sewaktu proses berkemih. Padahal bila rasa gatal ini muncul dan lebih dari 1-2 kali, selalu ada kemungkinan bahwa hal tersebut merupakan sebuah gejala dari penyakit menular seksual. Jika disertai rasa sakit di testikel, jangan ragu untuk ke dokter.
- Saat berkemih ada sensasi terbakar. Selain rasa gatal, biasanya pria yang mengalami klamidia akan merasakan juga adanya sensasi panas sewaktu berkemih. Sensasi ini adalah seperti sensasi terbakar dan pada umumnya menyertai rasa gatal tadi. Untuk keamanan, sebaiknya segera memeriksakannya ke dokter supaya lebih jelas.
- Cairan putih kental/encer keluar dari ujung penis. Selain dari tanda-tanda yang telah disebutkan, keluarnya cairan yang encer/kental dengan warna putih pada ujung penis adalah hal yang patut dicurigai juga. Bila hal ini terulang beberapa kali, Anda sebaiknya langsung ke dokter saja, apalagi kalau ada beberapa gejala lain yang telah disebutkan turut menyertai.
(Baca juga: makanan untuk endometriosis – efek kelebihan dan kekurangan hormon)
Gejala pada Wanita
Untuk kasus klamidia pada wanita, diketahui bahwa hanya 30 persen saja yang mengalami adanya gejala, sementara 70 persen sisanya malah tidak merasakan apa-apa. Lalu, gejala atau keluhan apa yang kiranya dialami oleh wanita pengidap klamidia sebenarnya?
- Cairan tidak wajar keluar dari vagina. Apabila mendapati adanya cairan (keputihan) yang tidak biasanya keluar dari vagina dan ciri-cirinya pun terlihat tak normal, Anda perlu segera ke dokter, khususnya kalau terjadi terlalu sering. Pada kasus klamidia, biasanya cairan tak biasa tersebut akan keluar tepat seusai melakukan hubungan intim dengan pasangan. Jika tak yakin, konsultasikan dengan dokter agar segera ditangani.
- Perdarahan. Terjadi juga perdarahan pada beberapa wanita yang menderita klamidia. Darah ini juga akan keluar saat atau sesudah melakukan hubungan intim. Apabila merasakan kejanggalan satu ini lebih dari 1 kali, hendaknya langsung dipastikan saja dengan menemui dokter agar tidak terlambat penanganannya.
- Masa haid lebih berat. Pada kondisi tubuh wanita yang menderita klamidia biasanya akan mengalami yang namanya masa haid lebih berat. Kalau biasanya datang bulan hanya paling lama 5 hari-1 minggu, namun ini kemungkinan bisa lebih lama dengan keluarnya darah yang juga lebih banyak.
- Perdarahan pada rektal. Sebagian wanita dengan klamidia pun bakal mengalami yang namanya perdarahan berikut juga rasa sakit pada rektal. Ketika klamidia menyerang dubur, maka otomatis perdarahan pun dapat terjadi berikut juga rasa nyeri. Jangan ragu untuk ke dokter saat Anda mengalami gejala semacam ini karena sangat penting untuk memperoleh penanganan yang tepat sesegera mungkin.
- Sakit perut bagian bawah. Biasanya, keluhan jenis sakit perut ini dapat terjadi ketika masa menstruasi berat dialami oleh wanita dengan klamidia. Ketika tak segera mendapatkan penanganan, maka biasanya akan ada komplikasi seperti radang panggul yang terjadi.
Perlu juga untuk diketahui bahwa infeksi dan penularan masih bisa terjadi walaupun Anda sudah tak merasakan adanya gejala. Jadi, gejala hilang bukan berarti infeksi juga berhenti.
Infeksi klamidia tak hanya terjadi pada alat kelamin saja, tapi juga mampu menyerang bagian mata. Itulah yang kemudian menyebabkan adanya konjungtivitis ketika cairan sperma atau vagina yang sudah terkena infeksi mengenai indera penglihatan. Jika mata mulai terserang, maka ada berbagai kondisi muncul, seperti iritasi, bengkak, perih dan bahkan bisa-bisa keluar cairan dari sana.
Selain mata, gejala yang muncul juga ada pada bagian anus di mana anus ini juga ikut terkena infeksi sehingga akhirnya mengalami perdarahan. Hal ini dapat terjadi pada wanita serta pria dan akan menimbulkan ketidaknyamanan pada penderitanya. Jika memang sudah merasakan gejala-gejala tersebut, langsung saja ke dokter dan jangan mengabaikan apalagi menunggunya untuk sembuh sendiri.
(Baca juga: cara menjaga kesehatan alat reproduksi wanita)
Metode Diagnosa Klamidia
Setelah gejala dirasakan dan Anda pergi ke rumah sakit atau klinik untuk memeriksakannya. Maka biasanya dokter akan melakukan beberapa langkah atau metode diagnosa untuk memastikan bahwa gejala yang dikeluhkan benar-benar adalah kondisi klamidia.
- Menggunakan Alat Penyeka
Untuk mendiagnosa gejala klamidia, dokter pada umumnya bakal menggunakan alat penyeka seperti cotton bud di mana cara ini tak akan menimbulkan rasa sakit dan bahkan tergolong mudah. Biasanya, alat penyeka yang tipis tersebut akan dokter masukkan ke ujung penis supaya bisa memperoleh sampel yang berasal dari saluran uretra. Untuk pasien wanita, alat penyeka juga dibutuhkan untuk bagian dalam dan bawah vagina maupun serviks.
Alat penyeka tersebut tidak hanya berguna untuk mengumpulkan sampel cairan dari alat kelamin saja, tapi juga berguna untuk memperoleh sampel cairan yang berasal dari kelopak mata apabila memang infeksi menyerang bagian mata juga. Apabila pasien diketahui melakukan seks anal atau oral, maka alat penyeka akan digunakan untuk pengambilan sampel di bagian anus dan tenggorokan.
- Tes Urine
Selain tes dengan penggunaan alat penyeka tersebut, tes urine juga diperlukan di mana sampel urine tersebut juga akan diperiksa lebih dulu di laboratorium. Fungsi tes urine ini cukup penting dan kiranya perlu dilakukan namun juga tergantung dari pertimbangan dokter serta kondisi gejala yang dialami oleh pasien.
Dianjurkan juga untuk melakukan kembali tes diagnosa klamidia ini sesudah lewat 3 bulan. Tujuan dari penempuhan tes diagnosa kembali adalah supaya dapat dipastikan bahwa infeksi klamidia telah hilang secara total. Kalau banyak jenis penyakit lainnya membutuhkan metode tes darah atau pap smear, pada kasus klamidia cara tersebut tidaklah dapat mendeteksi.
(Baca juga: penyakit yang menyerang tuba fallopi – cara menjaga kesehatan organ reproduksi)
Cara Mengobati Klamidia
Klamidia adalah jenis penyakit yang sebenarnya bisa diatasi dan bila Anda mengalaminya dan sudah memeriksakan diri, biasanya akan ada beberapa cara pengobatan yang bisa diikuti oleh pasien yang sudah positif terdeteksi mengidap klamidia.
- Pemberian Antibiotik
Jenis antibiotik dan manfaatnya sangat beragam dan ternyata jenis obat ini pun sangat berguna untuk para penderita klamidia. Bahkan dokter terkadang mengombinasikan antibiotik untuk menyembuhkan gejala klamidia. Contoh beberapa jenis antibiotik yang dokter resepkan antara lain adalah amoxicillin, azithromycin, erythromycin, doxycycline, dan ofloxacin yang memang diketahui paling efektif dalam menurunkan gejala dari klamidia serta membasmi infeksi secara ampuh.
Jangan lupa bagi Anda yang tengah hamil atau menyusui, konsultasikan dengan dokter apa saja obat antibiotik yang aman dikonsumsi. Anda yang juga menggunakan alat kontrasepsi dan mempunyai alergi antibiotik sebaiknya berkonsultasi juga. Biasanya, erythromycin, azithromycin, dan amoxicillin adalah contoh obat antibiotik yang paling aman bagi ibu hamil.
- Tidak Melakukan Hubungan Intim
Kegiatan seksual dalam bentuk apapun sebaiknya dihindari lebih dulu oleh para penderita klamidia. Sebelum infeksi benar-benar dinyatakan hilang dan kondisi dinyatakan sembuh oleh dokter, lebih baik hindari dulu kegiatan ini. Ini adalah cara terbaik demi tidak menularkan infeksi lebih pada pasangan Anda.
- Praktik Seks Aman
Dalam berbagai jenis hubungan atau kegiatan seksual, ada baiknya untuk mencoba memraktikkan seks yang aman. Penggunaan kondom di sini sangatlah penting karena kondom pada dasarnya memiliki fungsi sebagai penjaga air mani, cairan vagina dan dara dari bakteri yang berpindah ke orang lain, terutama yang terjadi ketika sedang melakukan hubungan seksual.
- Setia pada Satu Pasangan
Supaya Anda dapat mengatasi klamidia dan mencegahnya, solusinya adalah dengan setia pada 1 pasangan saja. Ketika memiliki pasangan seks lain, alias bergonta-ganti pasangan seks, ini akan meningkatkan risiko klamidia. Dengan menjadi setia, otomatis ini akan menurunkan potensi klamidia dengan efektif.
(Baca juga: makanan yang dilarang saat haid – bahaya berenang saat haid)
Bahaya Klamidia
Klamidia tak boleh diabaikan karena memang penyakit menular seksual ini dapat berbahaya bagi tubuh. Ingat bahwa klamidia memiliki potensi untuk menyebar dan kemudian memicu banyak gangguan kesehatan yang berjangka panjang apabila tak diatasi secara benar.
- Cystitis – Klamidia mampu menjadi penyebab dari komplikasi berupa cystitis. Cystitis ini dapat dialami oleh penderita klamidia apabila di bagian kandung kemih mengalami peradangan.
- Infertilitas – Ketidaksuburan bisa menjadi bahaya yang diakibatkan oleh klamidia, terutama bagi para wanita. Wanita akan menjadi lebih sulit untuk hamil ketika klamidia tak ditangani dengan tepat.
- Prostatitis – Hal ini sangat memungkinkan untuk terjadi pada penderita klamidia yang mengalami pembengkakan di kelenjar prostatnya.
- PID/Pelvic Inflammatory Disease – Inilah yang kita juga kenal dengan istilah radang panggul. Saat bakteri penyebab klamidia telah menyebar hingga akhirnya ovarium, saluran tuba, rahim dan serviks terkena infeksi, otomatis radang panggul pun terjadi.
- Salpingitis – Radang pada tuba fallopi ini mampu menjadi penyebab sulitnya sel telur yang berasal dari ovarium untuk menuju rahim. Dari kondisi ini akan meningkatkan juga risiko kehamilan ektopik.
- Bartholinitis – Kelenjar yang khusus menjadi penghasil cairan pelumas ketika wanita sedang melakukan hubungan intim alias kelenjar bartholin bisa membengkak karena klamidia. Ketika terjadi penyumbatan di sana sekaligus infeksi, otomatis kista kelenjar Bartholin pun dapat muncul.
- Cervicitis – Pada wanita, penyakit kelamin seperti radang serviks atau radang leher rahim juga dapat terjadi dan biasanya ditandai dengan adanya rasa sakit di bagian bawah perut yang disertai dengan perdarahan ketika sedang atau sesudah melakukan hubungan intim.
- Uretritis – Radang pada saluran uretra mampu diakibatkan oleh klamidia dan kondisi ini biasanya dialami oleh para pria. Gejalanya antara lain adalah perih ketika berkemih, sering buang air kecil dan cairan kental putih keluar dari ujung penis.
- Reactive arthritis – Radang sendi ini justru lebih besar risikonya terjadi pada para pria ketimbang wanita. Dan pemberian obat antiradang adalah solusinya.
- Epididimitis – Radang ini terjadi di sistem reproduksi pria, terutama area pengalir sperma yang berasal dari testikel. Selain rasa sakit di bagian alat reproduksi, biasanya akan keluar juga cairan tak normal maupun nanah dari ujung penis. Kemandulan adalah risiko dari kondisi ini.
(Baca juga: bahaya minum kopi pada saat haid – cara mengatasi nyeri haid)
Itulah sedikit informasi mengenai klamidia yang bisa Anda ketahui mulai dari penyebab hingga cara mengobati dan bahayanya. Diperlukan keterbukaan terhadap pasangan seksual tentang kehidupan seksual serta adanya kondisi infeksi bila terjadi pada Anda. Cegah sebelum terjadi dan bila sudah telanjur mengalami gejala, silakan langsung ke dokter untuk penanganan lebih cepat.