Masa perkembangan anak-anak adalah masa ketika mereka mempelajari apa yang ada di sekitar mereka. Sebagian besar waktu mereka dihabiskan dengan bermain. Meskipun masa anak-anak merupakan masa yang menyenangkan namun nyatanya anak-anak sangat rentan terkena depresi. Meskipun presentase penderita depresi pada anak-anak tidak sebesar pada remaja dan orang dewasa namun ada baiknya Anda memperhatikan tumbuh kembang anak Anda. Bukannya tidak mungkin pergaulannya di luar rumah memberikan tekanan tersendiri bagi si anak hingga memicu depresi.
Menurut data yang dipublikasikan oleh Women’s and Children’s Network yang berbasis di Australia, ada beberapa data yang berkaitan dengan tingkat depresi pada anak-anak, yaitu:
- Sebanyak 4% anak-anak usia dini menunjukkan gejala depresi
- Sebanyak 10% anak-anak berusia 6 sampai 12 tahun mengalami sedih yang berkepanjangan, hal tersebut dapat berlangsung dalam beberapa minggu hingga hitungan bulan. Sedangkan sebanyak 2% anak-anak mengalami depresi dalam tahapan yang serius.
- Angka-angka yang telah disebutkan di atas terus mengalami jumlah peningkatan seiring dengan peningkatan usia. Sekitar 5% remaja di atas 12 tahun mengalami depresi berat yang berlangsung beberapa minggu hingga hitungan bulan.
Gejala-gejala Depresi pada Anak
Ada berbagai gejala yang menunjukkan anak terkena depresi. Jika anak anda terkena hal tersebut, ada baiknya anda melakukan beberapa hal berikut ini:
- Merasa cemas dan sedih dalam kurun waktu yang lama.
- Kehilangan minat pada berbagai aktivitas yang sebelumnya ia minati.
- Mudah merasa lelah dan lemas (Baca juga Tubuh lemas – Penyebab sering mengantuk dan lemas)
- Sulit untuk berkonsentrasi.(Baca juga Cara meningkatkan konsentrasi )
- Sering melamun dan terlihat murung.
- Menjadi anak yang pemalas.
- Terjadi perubahan pola tidur (menjadi sulit tidur atau justru terlalu sering tidur). (Baca juga akibat kurang tidur – Akibat kebanyakan tidur )
- Terlihat gelisah.
- Mudah marah.
- Perubahan nafsu makan (bisa penurunan atau peningkatan nafsu makan yang berlebih). (Baca juga cara meningkatkan nafsu makan – Cara mengurangi nafsu makan )
- Ada ungkapan atau perilaku yang menunjukkan anak ingin melakukan bunuh diri atau berbuat sesuatu yang merusak dirinya seperti minum obat – obatan (Baca juga Bahaya zat psikotropika )
- Menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap perubahan atau kegagalan.
- Tidak menunjukkan reaksi terhadap pujian dan juga pemberian hadiah.
- Sulit berinteraksi.
- Penurunan prestasi di sekolah.
Selain beberapa gejala ataupun tanda yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa gejala lain yang ditunjukkan oleh penderita depresi pada anak-anak. Biasanya, orang tua atau guru di sekolahnya bisa mengetahui melalui pengamatan karena anak akan menunjukkan perilaku dan kepribadian yang berbeda dibandingkan biasanya. (Baca juga Jenis jenis kepribadian).
Depresi pada anak-anak bisa membentuk pola pikirnya di masa depan. Rasa trauma bisa terbawa hingga mereka dewasa. Tidak hanya itu, depresi juga bisa memicu anak-anak melakukan perbuatan-perbuatan negatif sebagai bentuk pelampiasan, seperti bergaul dengan teman-teman yang salah, mengkonsumsi narkoba, atau bahkan mengkonsumsi minuman beralkohol. Sehingga hal tersebut bisa menjadi kebiasaan buruk.
Berbeda dengan depresi yang sering dialami oleh orang dewasa, depresi pada anak-anak harus ditangani dengan sangat cermat dan hati-hati. Jika orang dewasa cenderung memahami kondisi kejiwaannya dan bisa mengontrol datangnya stres, lain halnya dengan anak-anak. Mereka sering mengalami gangguan kejiwaan namun mereka sendiri tidak menyadarinya.
Penyebab Depresi pada Anak
Depresi pada anak bisa dipicu oleh berbagai hal, di antaranya:
1. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud adalah faktor bawaan dari anak tersebut. Faktor genetik bisa jadi memicu munculnya depresi pada anak. Bahkan menurut penelitian, faktor genetik menyumbang peranan sekitar 50% terhadap kemungkinan munculnya depresi pada anak. Depresi yang disebabkan faktor internal seperti ini biasanya akan ditunjukkan melalui berbagai gejala, seperti sulit berkonsentrasi, anak terlihat hiperaktif, tidak mau atau tidak ada keinginan untuk belajar, serta disleksia.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal sebagai pemicu depresi pada anak biasanya disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal anak. Bisa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, atau lingkungan pergaulan. Beberapa faktor yang mungkin bisa memicu depresi pada anak-anak di antaranya:
- Konflik di lingkungan keluarga, seperti pertengkaran kedua orang tua. Kondisi semacam itu biasanya akan menyebabkan anak menjadi takut kehilangan salah satu dari kedua orang tua yang berselisih paham. Akibatnya, anak akan tertekan dan terkena depresi.
- Kelahiran buah hati yang kedua atau lebih juga bisa membuat anak pertama depresi. Anak pertama akan merasa kehilangan kasih sayang kedua orang tua dan merasa bahwa kedua orang tua lebih menyayangi adiknya. Jika hal tersebut terjadi, Anda sebagai orang tua harus cerdas membagi kasih sayang secara adil untuk anak-anak Anda agar tidak ada salah satu anak yang merasa diabaikan.
- Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya juga bisa memicu depresi pada anak. Saat orang tua tidak bisa meluangkan cukup waktu bagi anaknya, anak akan merasa diabaikan dan merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bahkan si anak akan merasa bahwa kehadirannya sama sekali tidak diharapkan oleh orang tua.
- Depresi pada anak juga bisa disebabkan oleh bullying. Bisa jadi saat bergaul dengan teman-temannya, entah di sekolah ataupun di luar sekolah, anak Anda mengalami penghinaan atau dikucilkan oleh teman-temannya. Akibatnya, anak akan merasa terbuang dan tidak memiliki teman.
- Tugas sekolah juga bisa memicu depresi. Penyampaian materi pembelajaran yang tidak dilakukan dengan tepat dapat membuat anak tertekan karena tidak bisa memahami materi dengan baik. Anak yang tidak bisa mengerjakan tugas dan memahami materi dengan baik akan merasa tertekan dan tidak dapat bersaing dengan teman-temannya dalam hal prestasi. Dalam hal ini, guru dan orang tua harus menunjukkan peranannya untuk mengajarkan materi pembelajaran dengan baik kepada anak. Guru tidak bisa melanjutkan pemberian materi apabila terdapat beberapa anak yang belum memahami materi pembelajaran.
Baca juga Penyebab depresi – gejala depresi
Cara Mengatasi Depresi pada Anak
Dampak dari depresi pada anak bisa berpengaruh negatif pada kehidupan sosialnya. Bahkan, depresi juga bisa berpengaruh negatif pada perkembangan tumbuh kembang dan gaya hidup mereka. Karena itulah, Anda perlu memperhatikan anak-anak Anda dengan lebih seksama. Jika anak menunjukkan gejala-gejala depresi, maka ada baiknya Anda melakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Memberikan Kegiatan Baru bagi Anak
Kegiatan baru bisa menjadi obat depresi alami bagi anak. Perhatikanlah apa minat utama yang juga menjadi hobi anak. Jika anak menyukai musik, ajaklah ia untuk masuk ke les musik atau dengan memberikan alat musik tertentu yang ia sukai agar ia mau belajar sesuatu yang baru dan ia sukai. Melakukan kegiatan baru sekaligus yang digemari akan membuat anak lebih fokus terhadap sesuatu dan melupakan rasa depresinya.
2. Jadilah Sahabat yang Baik bagi Anak
Jika anak menunjukkan tanda-tanda depresi jangan pernah sekalipun untuk memarahi anak dan menghakiminya sesuka hati Anda. Sebaiknya, Anda mulai memberikan kasih sayang lebih kepada anak. jadilah sahabat yang baik bagi anak, sehingga anak tidak akan ragu untuk menceritakan segala keluh kesah yang ia rasakan. Dengan cara itu, anak juga akan merasa lebih diperhatikan.
3. Pujilah Anak dengan Baik
Sekecil apapun hal positif yang dilakukan oleh anak, jangan pernah ragu untuk memujinya. Pujian akan membuat anak merasa termotivasi untuk melakukan hal-hal positif lainnya. Bahkan hanya dengan sebuah pujian, anak akan merasa terhibur dan merasa usaha yang dilakukannya sangat berguna.
4. Mengajukan Pertanyaan yang Akan Mendorong Mereka untuk Bercerita
Anak mungkin akan merasa takut untuk menceritakan masalah mereka kepada orang tua. Jika terjadi hal seperti itu, maka ajukanlah pertanyaan yang sifatnya dapat mendorong diri anak untuk menceritakan masalah mereka (eksploratif). Jangan mengajukan pertanyaan secara langsung karena bisa jadi anak semakin takut untuk menceritakan masalah mereka.
5. Menanamkan Nilai-nilai dengan Cara yang Kreatif
Agar anak terhindar dari depresi, kita dapat menanamkan nilai-nilai agama dan juga moral kepada mereka, tanamkan kebiasaan baik pada mereka, tentu saja hal tersebut dilakukan dengan cara yang kreatif. Tanamkan nilai-nilai tersebut melalui perilaku orang tua sehari-hari. Memberikan contoh melalui tindakan justru lebih efektif dibandingkan menceramahi mereka setiap hari.
6. Minta Bantuan Profesional jika Dibutuhkan
Jika kondisi anak sudah relatif parah dan Anda sendiri tidak mampu menanganinya, maka Anda dapat minta bantuan profesional seperti psikolog. Psikolog biasanya tahu langkah seperti apa yang harus dilakukan serta penanganan apa yang dapat membantu mengatasi depresi anak.
7. Menghargai Anak dan Mempelajari Kotribusi Diri
Pelajarilah masalah apa yang dihadapi oleh anak. Hargai apapun yang telah dilakukan oleh anak. Jangan sekali-kali Anda merasa bahwa Anda adalah yang paling benar dan mampu menyelesaikan persoalan anak tanpa pertimbangan. Koreksilah diri Anda, apakah Anda termasuk salah satu orang yang memicu depresi pada anak? Intinya, selalu instropeksi bisa menjadi salah satu jalan keluar efektif. Demikian beberapa metode yang bisa Anda lakukan untuk menangani depresi yang dihadapi oleh anak. Anak adalah titipan Tuhan. Karena itulah, jaga dan tanamkan nilai-nilai moral yang berguna bagi tumbuh kembangnya.
Artikel terkait tentang anak lainnya :
- penyebab anak merokok
- gizi buruk pada anakk
- penyebab meningitis pada anak
- Gizi buruk pada anak
- Bahaya jajan sembarangan untuk anak
- Ciri ciri asma pada anak
- Gejala demam berdarah pada anak
- Faktor penyebab lemah mental anak
Dampak Depresi pada Anak
Jika depresi pada anak-anak tidak segera ditangani, bisa jadi anak-anak akan mengalami atau melakukan beberapa hal berikut:
- Mengalami masalah di sekolah, bisa jadi dalam hal mengerjakan tugas, ujian, dan juga enggan melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan sekolahnya.
- Anak merasa rendah diri.
- Biasanya anak akan “melarikan diri” dari dunia nyata dan lebih senang bermain game online atau surfing internet.
- Terlibat dalam penggunaan narkoba dan minuman beralkohol.
- Menjadi orang yang kasar karena mudah marah dan tersinggung.
- Melukai dirinya sendiri, seperti menjambak-jambak rambut, menggigit kuku, atau bahkan menyilet tangannya.
- Memikirkan keinginan untuk bunuh diri (dalam keadaan yang ekstrim, ada baiknya orang tua memantau kegiatan berinternet anak. Bisa jadi ia menuangkan keinginannya untuk bunuh diri atau komentar tentang kematian melalui media sosial atau melalui blog pribadinya).
Baca juga : Cara mengatasi stres
Penjelasan Ahli Tentang Depresi