Delirium – Jenis, Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Delirium adalah suatu penyakit mental yang merupakan suatu kondisi akut dengan disfungsi otak, sehingga menyebabkan si penderita mengalami kebingungan, penurunan kemampuan dan kesadaran, dan tidak dapat memusatkan perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Penyebabnya banyak sekali.  Umumya penderita berusia 65 tahun ke atas atau sudah berusia lanjut dan terjadi secara mendadak mengiringi penyakit lain yang sedang diderita.

Namun delirium juga dapat diderita balita, anak-anak, orang yang masih mudah dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, penyakit ini jarang sekali diketahui orang. Bahkan, karena mengiringi penyakit lain, dokter terkadang tidak mendeteksi delirium secara dini.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka artikel kali ini akan membahas delirium secara tuntas. Mulai dari jenis-jenis delirium, faktor resiko, penyebab, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan. Ini dilakukan agar masyarakat luas lebih memahami penyakit delirium dan mengenalinya apabila terjadi di lingkungannya.

Baca juga:

Jenis-jenis Delirium

Sebelum kita melangkah lebih jauh, sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu tentang jenis-jenis delirium. Berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh penderita, penyakit mental ini dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

  1. Delirium hiperaktif
    Penderita menunjukkan sikap gelisah berlebihan, mood yang sering berubah, respon terhadap lingkungan berubah, dan seringkali berhalusinasi. Dari semua penderita delirium, tipe ini ditemui sekitar 30% dan cenderung lebih mudah terdeteksi.
  2. Delirium hipoaktif
    Penderita delirium jenis ini, agak lebih sulit terdeteksi, meskipun sedang menjalani rawat inap. Sulit dideteksi karena umumnya penderita bersikap sangat tenang, tidak aktif, mengurangi aktivitas, dan cenderung lebih banyak mengantuk. Dari pasien delirium yang dideteksi, jenis ini ditemui sekitar 30%.
  3. Delirium campuran
    Merupakan delirium yang menunjukkan gejala hiperaktif dan hipoaktif sekaligus. Terkadang penderita bersikap hiperaktif, tak lama berubah menjadi hipoaktif. Gejala klinis yang ditampilkan juga dapat terlihat keduanya.

Namun, apabila dilihat dari penyebabnya, jenis delirium dapat terbagi menjadi 5, yaitu :

  1. Delirium yang berhubungan dengan kondisi medis penderita secara umum.
  2. Delirium yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat. Ini bisa terjadi, misalnya karena penyalahgunaan bahaya narkoba dalam berbagai bidang atau si penderita mengkonsumsi obat penyakitnya secara berlebihan, atau tanpa resep dokter. Obat-obatan yang dapat memicu delirium, antara lain obat pereda nyeri / sakit, obat penyakit / gejala parkinson, obat tidur, obat asma, obat anti alergi, obat kejang, dan obat depresan.
  3. Delirium yang disebabkan penghentian obat tertentu yang merangsang kerja otak.
  4. Delirium yang disebabkan etiologi multiple atau disebabkan oleh gabungan berbagai penyebab.
  5. Delirium yang tidak terklasifi
    kasi. Hal ini bisa berarti belum diketahui penyebabnya, penyebabnya tidak termasuk 4 poin di atas, atau delirium jenis ini jarang sekali ditemui.

Penyebab Delirium

Penyebab delirium dapat bermacam-macam kondisi. Dan delirium dapat dipicu oleh salah satu dari penyebab tersebut ataupun gabungan dari berbagai penyebab.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita delirium, adalah :

  • Penderita sedang menjalani berbagai jenis pengobatan secara bersamaan. Dengan menjalani berbagai jenis pengobatan, maka jenis obat yang dikonsumsi juga banyak dan berbagai jenis.
  • Keracunan obat. Keracunan obat dapat terjadi karena konsumsi obat secara terus menerus / dalam jumlah banyak / berbagai jenis obat sekaligus atau gabungan ketiganya (baca : Cara Mengatasi Keracunan Obat)
  • Penyakit kronis atau parah, yang berpengaruh terhadap fungsi otak maupun kondisi psikologis seseorang.
  • Penyalahgunaan obat-obatan. Yang dimaksud adalah jenis-jenis narkoba dan napza yang jelas berpengaruh terhadap fungsi otak dan fungsi tubuh lain.
  • Minuman beralkohol. Minuman beralkohol juga dapat berefek terhadap terganggunya fungsi otak. Apalagi bila dilakukan secara terus menerus dan dalam jumlah banyyak. Pecandu alcohol beresiko tinggi terhadap delirium.
  • Penghentian terhadap obat jenis tertentu atau menghentikan minuman beralkohol. Ada beberapa jenis obat, yang membuat pengguna merasa ketergantungan. Misalnya, tanpa obat asma si pengguna akan merasa tidak nyaman, padahal untuk asma ringan hanya perlu dihindari pencetusnya. Ketergantungan pada narkoba dan alhohol yang dihentikan juga menjadi penyebab delirium.
  • Kekurangan gizi / malnutrition meyebabkan delirium.
  • Dehidrasi atau kekurangan zat cairan tubuh karena kondisi tertentu. Penderita dapat berhalusinasi dan delirium.
  • Kondisi penyakit tertentu. Penyakit tertentu yang akut atau kronis dapat menyebabkan delirium, terutama apabila disertai dengan emosi yang tidak stabil.
  • Insomnia. Orang yang mengalami gangguan tidur dapat terserang delirium. Karena berkurangnya waktu tidur mengurangi dan mengganggu fungsi organ tubuh. Emosi orang yang insomnia juga cenderung tidak stabil.
  • Gangguan emosi yang sedang dialami seseorang, entah itu tekanan pekerjaan, perasaan marah, perasaan sedih, dan sebagainya akan menyebabkan delirium.
  • Ketidakseimbangan metabolisme. Metabolisme yang terjadi dalam tubuh mempengaruhi semua sistem organ yang ada. Maka ketidakseimbangan metabolisme dapat menyebabkan delirium.
  • Penyebab demam menggigil dan infeksi akut menagkibatkan delirium khususnya pada anak. Hal ini sangat terlihat ketika panas tinggi. Anak-anak akan terlihat gelisah, ketakutan, seperti melihat sesuatu, dan sebagainya.
  • Terkena racun. Racun jenis tertentu dapat menyebabkan orang kehilangan kesadaran dan menderita delirium.
  • Rasa sakit yang sangat dapat membuat penderita kehilangan kendali akan diri ketika menahannya. Maka rasa sakit ini menjadi penyebab delirium.
  • Proses pmebedahan atau prosedur medis lain yang membuat si penderita dibius, menyebabkan delirium.
    Kadar elektrolit, garam dan mineral yang meliputi magnesium dan juga kalsium serta natrium yang tidak normal akibat pengobatan atau penyakit tertentu. Penyakit diare salah satu penyebab orang kehilangan elektrolit dalam jumlah banyak di tubuhnya.
  • Penderita hidrosefalus. Merupakan penyebab delirium pada anak-anak selain demam tinggi. Banyaknya cairan otak yang tidak dapat diserap sebagaimana mestinya akan menekan bagian otak tertentu, dan mengakibatkan delirium. Delirium bisa berlangsung sementara, namun tidak diketahui pasti berapa lamanya.
  • Penderita hemotamia subdural, yaitu pengumpulan darah di bagian bawah tulang tengkorak. Penggumpalan darah ini mengakibatlkan tekanan juga poada bagian otak di dekatnya dan menyebabkan delirium.
  • Penyakit infeksi yang menyerang otak, seperti meningitis, ensefalitis, dan sifilis.
  • Kekurangan Thiamin dan Vitamin B12 yang sangat dibutuhkan otak
  • Tumor atau kanker yang terdapat pada otak
  • Patah tulang panggul dan tulang-tulang pnjang bagian belakang. Tulang ini berhubungan dengan sistem syarat pusat (otak), sehingga dapat menyebabkan delirium (baca : Pertolongan Pertama Pada Patah Tulang)
  • Penurunan fungsi jantung dan paru-paru, yang menyebabkan suplai oksigen ke otak terganggu.
    Stroke atau penyumbatan pembuluh darah di otak, mengakibatkan fungsi otak terganggu. Salah satunya tanda fungsi otak terganggu adalah penyakit delirium.

Faktor Resiko Delirium

Berdasarkan semua pembahasan di atas, maka tersirat ada beberapa orang yang mempunyai faktor resiko tinggi terhadap delirium.  Faktor resikonya, antara lain :

  1. Orang yang gaya hidupnya tidak sehat, seperti penggunaan narkoba, rokok, dan obat-obatan lain.  Gaya hidup yang tidak sehat mempengaruhi kerja otak.
  2. Orang yang emosinya tidak stabil dan mengalami insomnia.
  3. Orang yang sedang mengalami penyakit tertentu yang pengobatannya menggunakan obat bius, obat anti depresan, dan obat pereda nyeri.

Gejala Delirium

Gejala delirium tidak selalu dapat dikenali dengan mudah. Terutama pada penderita yang menarik diri dan mencoba bersikap tenang. Terkadang gejala delirium sepintas mirip kelainan jiwa. Padahal sebenarnya, gejala delirium kebanyakan bersifat sementara. Seperti halnya orang yang mabuk karena alkohol, ketika pemicunya sudah hilang, maka penderita kembali normal. Namun gejala ini sewaktu-waktu dapat timbul kembali secara mendadak.
Beberapa gejala delirium yang umum, antara lain :

  1. Berkurang atau menurunnya kesadaran terhadap lingkungan atau keadaan di sekelilingnya. Hampir semua penderita mengalami disorientasi waktu dan tempat. Pikiran mereka kacau dan tidak memahami di mana mereka berada. Selama dalam situasi serangan delirium, penderita sama sekali tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Berbeda dengan penderita kelainan mental yang justru hanya mengingat hal yang baru saja terjadi. Pada kasus delirium yang cukup berat, penderita tidak mengetahui diri mereka sendiri.
  2. Perubahan perilaku. Penderita delirium dapat mengalami perubahan perilaku. Ada yang melawan halusinasi dengan menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan berusaha sangat tenang, ada yng bersikap sebaliknya.
  3. Gangguan emosional. Akibat dari delusi, halusinasi, ditambah kondisi yang sulit tidur penderita mengalami gangguan emosi. Mereka bisa tiba-tiba berteriang, gelisah, dan mengerang sendiri. Di saat ini mereka percaya sedang mengalami hal-hal yang aneh.
  4. Menurunnya kemampuan kognitif otak. Pada saat penderita mengalami delirium, selain daya ingat yang menurun, mereka juga tidak mempunyai kemampuan berhitung, kemampuan membaca, dan menulis.

Delirium bisa berlangsung selama beberapa menit, jam, berhari-hari atau bisa lebih lama lagi tergantung pada kondisi penderita. Semakin banyak gejala yang tampak, berarti semakin berat kondisinya. Pada malam hari, saat mengalami insomnia, gejala akan semakin kelihatan.

Diagnosis Delirium

Seperti telah disebutkan sebelumnya, gejala delirium tidak mudah dikenali karena hampir sama dengan penyakit lain. Ketika seseorang mengalami beberapa gejala delirium, dokter akan menganalisa dan mendiagnosisnya / memastikan terlebih dulu sebelum memberikan langkah penanganan dan pengobatan yang tepat.
Beberapa pemeriksaan yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penderita dengan gejala delirium, yaitu :

  1. Pemeriksaan kondisi fisik. Dokter akan memeriksa penderita apakah memiliki penyakit atau mengkonsumsi obat-obatan yang memicu delirium. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat catatan riwayat kesehatan. Oleh karena itu, apabila kita sakit untuk melakukan pengobatan di satu tempat agar riwayat kesehatan lengkap.
  2. Pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan terhadap syaraf, dan penyakit syaraf, stroke yang bisa menjadi dasar timbulnya halusinasi. Selain dengan melihat riwayat medis, pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan kondisi penglihatan, keseimbangan koordinasi, dan gerak refleks.
  3. Pemeriksaan kondisi kejiwaan. Dokter memeriksa kondisi kejiwaan penderita dengan gejala delirium dengan menilai tingkat kesadaran, perhatian, daya kognitif, dan daya ingatnya melalui wawancara dan pengujian.
  4. Pemeriksaan lain. Yang dimaksud pemeriksan lain, dokter bisa memintakan pemeriksaan berupa tes darah, fungsi tes urin, tes pencitraan otak dan dada (rontgen) untuk mendukung data yang didapat dari pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya.

Pengobatan Delirium

Setelah dokter mendiagnosis seseorang positif menderita delirium, maka akan dilakukan pengobatan. Pengobatan tersebut disesuaikan dengan gejala dan penyebab delirium yang dialami. Tujuan utama dari pengobatan yang dilakukan adalah menangani penyebab yang memicu delirium.

Kemudian, ketika penyebab sudah ditangani, langkah selanjutnya adalah menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi tubuh penderita dan memberikan rasa nyaman dan tenang. Pada tahap pengobatan ini, biasanya dokter menghindari penggunaan obat-obat yang memicu delirium. Namun dalam dosis rendah, obat pereda rasa nyeri masih bisa digunakan.

Beberapa langkah pengobatan, antara lain :

  1. Melindungi saluran napas. Agar saat delirium tejadi, oksigen ke otak masih tersuplai sehingga tidak mengganggu fungsi otak lebih lanjut. Lebih lanjut diharapkan, delirium tidak terulang lagi.
  2. Menyediakan cairan dan nutrisi yang dibtuhkan penderita. Ini mencegah penderita terkena malnutsisi, dehisrasi, dan kekurangan garam dan mineral lain dalam tubuh.
  3. Membantu penderita yang mengalami kesulitan dalam menggerakkan tubuhnya. Hal ini dilakukan perlahan, dari mulai menggerakkan sedikit sampai melangkah.
  4. Menangani rasa nyeri yang dialami penderita dengan memberikan obat pereda nyeri dengan dosis rendah dan membuat penderita selalu berada dalam pengawasan keluarga dan perawat.
  5. Mengajak penderita delirium mengontrol emosinya agar tidak kehilangan kendali atas dirinya.
  6. Mengajak penderita dan keluarga atau kerabat saling berinteraksi. Ini penting karena penderita akan merasa aman, nyaman, dan tenang.

Pencegahan Delirium

Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya delirium dan penyebabnya, maka seharusnya ketika seseorang sedang menderita sakit dan mengkonsumsi obat-obatan yang banyak, dan sedang menjalani tindakan yang dapat menjadi penyebabnya, kita seharusnya dapat mencegahnya.
Beberapa cara mencegah terjadinya delirium, yaitu :

  1. Menghindari banyak faktor perubahan yang terjadi di lingkungan penderita sakit. Dengan demikian, suasana di sekitar penderita tidak diperkenankan ribut. Bahkan suasana rumah sakit rawat inap yang penuh dengan peralatan rumah sakit dan bau obat bius diusahakan untuk dihindari. Itu sebabnya di rumah sakit yang menyediakan rawat inap, membatasi jam kunjungan dan keluarga yang menunggui penderita sakit.
  2. Tidur yang cukup dan berkualitas. Hal ini membantu seorang yang sedang sakit untuk menghindari delirium. Sediakan kamar dan tempat tidur yang nyaman, pencahayaan yang cukup, dan ajak untuk beraktivitas di siang hari. Aktivitas yang cukup di siang hari adalah salah satu cara agar cepat tidur di malam hari.
  3. Hindari pembicaraan masalah medis dan komplikasi penyakit dengan penderita, sehingga membuat penderita tenang dan mengurangi resiko.
  4. Tidak merokok dan menghindari obat-obatan terlarang (bahaya narkoba dan napza). Karena zat-zat dalam rokok dan narkoba merupakan kimia beracun yang berbahaya dan penyebab delirium. Jenis-jenis obat-obatan tersebut antara lain analgesik (terutama yang berjenis narkotika sperti kodein, hydrocodone, morfin, oksikodon), obat antikoligernik, depresan, simetidi, obat terlarang, dam licocaine.
  5. Untuk pencegahan, perlu diketahui beberapa penyakit yang obat-obatannya atau gejalanya dapat menimbukan delirium. Penyakit-penyakit tersebut, yaitu anemia, penurunan oksigen dalam darah (hipoksia), gagal jantung, tingginya kadar karbondioksida dalam darah (hypercapnia), infeksi / peradangan, gejala gagal ginjal, gangguan nutrisi, dan kondisi mental yang depresi.
  6. Jangan mengkonsumsi obat sembarangan atau dengan dosis sendiri, tanpa reesep dokter.

Baca juga artikel :

Demikian pembahasan tentang delirium.  Semoga artikel ini menambah pengetahuan dan wawasan tentang berbagai penyakit, terutama delirium.  Selain itu, diharapkan artikel ini membantu kita mengetahui delirium dan mencegahnya terjadi pada orang-orang yang berada di sekitar kita.

fbWhatsappTwitterLinkedIn