Gangguan Obsesif Kompulsif – Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

OCD adalah nama lain dari gangguan obsesif kompulsif di mana kepanjangan dari Obsessive Compulsive Disorder. Gangguan ini merupakan salah satu masalah psikologis yang bisa menjadikan seseorang terlalu berpikiran obsesif dan bahkan berperilaku kompulsif. Penyakit psikologis ini berjangka panjang seperti halnya penyakit diabetes serta tekanan darah tinggi.

Ketika seseorang mulai dipenuhi ketakutan dan pikiran-pikiran tak masuk akal yang termasuk dalam golongan obsesi, maka inilah yang menjadi tanda kelainan COD. Setelah dari munculnya ketakutan dan pikiran tak berdasar, maka muncul kemudian perilaku kompulsi atau repetitif. Karena penderita OCD ini kebanyakan enggan untuk memeriksakan diri ke dokter, jadi belum dan sulit diketahui jumlahnya hingga saat ini.

Baca juga:

Penyebab Gangguan Obsesif Kompulsif

Gangguan yang kita sebut dengan OCD ini adalah masalah psikologis yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk dapat mengatasinya, tentu mengenal setiap kemungkinan penyebab adalah hal yang penting.

  • Kekurangan Serotonin – Tubuh manusia membutuhkan serotonin karena merupakan sebuah kimia otak yang bila mengalami penurunan kadar akan menjadi penyebab gangguan obsesif kompulsif. Ketika seseorang memiliki gangguan psikologis ini dan minum obat peningkat serotonin biasanya gejala gangguan psikologis lebih sedikit ketimbang mereka yang tak minum obat.
  • Biologi – Ada pula kemungkinan bahwa penyebab OCD yang dialami seseorang adalah efek dari berubahnya kimia alami tubuh atau fungsi otak. Ada potensi terjadinya OCD pada seseorang adalah adanya kaitan dengan komponen genetik, hanya saja gen-gen yang dicurigai tersebut belumlah teridentifikasi.
  • Lingkungan – OCD bisa saja dialami seseorang karena adanya pengaruh lingkungan. Munculnya gangguan psikologis ini dapat berasal dari perilaku yang berkaitan dengan kebiasaan yang tanpa sadari kita kerap lihat dan pelajari dalam waktu panjang dan terus-menerus.
  • Ketidaknormalan Otak – Beberapa penderita OCD pernah menunjukkan ketidaknormalan pada otak dalam sebuah hasil penelitian pemetaan otak. Dan dalam kasus ini, serotonin yang kurang seimbang sangat berpengaruh karena serotonin merupakan zat yang bertugas utama sebagai penghantar yang dimanfaatkan otak supaya antar sel bisa berkomunikasi.

Faktor Risiko

Bila kita sudah melihat sejumlah potensi penyebab dari gangguan penyakit psikologis OCD, maka perlu juga untuk menyimak adanya beberapa faktor yang menjadi peningkat risiko gangguan tersebut dialami seseorang

  • Pernah Mengalami Stres. Risiko terkena OCD akan makin besar ketika kita memberikan reaksi terlalu berlebihan pada rasa stres yang datang. Ada berbagai alasan mengapa reaksi ini bisa terjadi dan hal tersebut bisa merupakan karakteristik dari gangguan emosi obsesif-kompulsif.
  • Riwayat Keluarga. Ketika ada salah seorang atau beberapa anggota keluarga yang pernah mengalami atau menderita OCD, maka risiko gangguan pada diri kita pun akan meningkat.
  • Kepribadian Orang Tersebut. Seseorang dengan sifat teliti, rapi, dan juga memiliki rasa kedisiplinan tinggi pada umumnya mempunyai potensi jauh lebih tinggi untuk menderita gangguan psikologis seperti OCD ini.
  • Trauma. Jangan sepelekan trauma karena ketika seseorang mengalami trauma atau suatu peristiwa penting di dalam kehidupannya, seperti dibully atau bahkan pasca bersalin, maka akan dengan mudah menaikkan risiko OCD di dalam dirinya.

(Baca juga: terapi psikologi untuk depresipenyebab halusinasicara menghilangkan depresi akut)

Gejala Gangguan Obsesif Kompulsif

Setiap kondisi kesehatan pada umumnya selalu memunculkan keluhan gejala, walau tidak selalu demikian. Namun pada kasus OCD atau gangguan obsesif kompulsif ini, jelas ada beberapa gejala yang kiranya jangan dianggap enteng. Waspadai hal-hal di bawah ini karena mampu menjadi gejala dari COD.

  • Mencuci Tangan – Penderita OCD rata-rata akan mengalami yang namanya obsesi mencuci tangan. Ketika seseorang setelah menyentuh sesuatu dan terburu-buru dalam mencuci tangan dengan alasan takut terserang infeksi kuman atau bakteri penyakit, maka ini tandanya orang tersebut telah berada pada kondisi OCD akut. Walau sudah mencuci tangan, ia akan tetap merasa khawatir kuman masih ada dam membahayakan dirinya.
  • Menjaga Kebersihan secara Berlebihan – Tak hanya mencuci tangan, ketika mencuci piring, pakaian atau bahkan membersihkan ruangan, penderita OCD biasanya akan terbeban secara pikiran. Sebagai efeknya, mereka akan menggunakan waktu sampai berjam-jam hanya untuk membersihkan semuanya itu walau tadinya sudah dibersihkan.
  • Terlalu Sering Mengecek Ulang – Apakah pernah melihat seseorang yang sering atau mempunyai kebiasaan mengecek ulang seperti pintu sudah dikunci atau belum, kompor sudah dimatikan atau belum, serta apakah ada barang yang ketinggalan sebelum pergi? Atau ini justru merupakan kebiasaan Anda sendiri? Kebiasaan mengecek ulang tak salah dan justru sangat baik, namun apabila disertai dengan kecemasan berlebihan, ini tandanya Anda terkena OCD.
  • Hobi Mengorganisir – Seseorang yang terorganisir akan sangat memerhatikan di mana segala sesuatu perlu ditata, diletakkan dan dirapikan sesuai dengan warna, angka, atau juga kesimetrisannya. Penderita OCD kemungkinan tak akan tahan dengan suatu keadaan ruangan atau barang-barang yang berantakan karena akhirnya akan cemas.
  • Hobi Menghitung – Ada beberapa orang diduga positif memiliki gangguan obsesif kompulsif OCD ketika hobi menghitung pola aktivitas hariannya, seperti misalnya menghitung jumlah anak tangga yang sering dilewati. Kebiasaan demikian biasanya juga disertai dengan kepercayaan tertentu, misalnya kalau menghitung sampai angka tertentu ada rasa beruntung yang muncul.
  • Cemas Berlebihan terhadap Hal Seksual – Bila seseorang memiliki kecemasan berlebih terkait dengan hal-hal seksual, terutama pelecehan seksual, maka ini menjadi salah satu tanda OCD. Contohnya seseorang yang khawatir apakah dirinya seorang gay atau sebaliknya.
  • Cemas Berlebihan terhadap Hubungan Asmara – Apabila seseorang mengalami cemas berlebihan dan sulit menerima hal-hal tak pasti tentang hubungan asmaranya, maka bisa jadi ia seorang penderita OCD. Jadi, mereka kerap berpikir akan salah paham yang kecil dan bisa menyebabkan keretakan hubungan.
  • Ketakutan untuk Disakiti – Wajar memang kalau seseorang merasa takut apabila ia mengalami hal buruk, namun biasanya penderita OCD akan sangat berupaya keras supaya pemikiran dan kekhawatiran tersebut hilang dari benaknya ketimbang orang lain.
  • Ketakutan Berlebih terhadap Polutan – Seringkali seseorang yang terlalu takut dan khawatir akan paparan polutan karena berpikir mereka bisa jatuh sakit adalah penderita OCD.

Seseorang dengan gejala-gejala tersebut pada dasarnya juga seringkali tak menginginkan diri mereka yang seperti itu, hanya saja sulit untuk mengendalikannya. Ini karena rata-rata gejala di atas sudah menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan.

(Baca juga: penyebab orang jadi gila – akibat depresiciri-ciri bipolar – penyebab cemas berlebihan)

Diagnosa dan Pengobatan

Untuk gejala yang sudah terlalu memengaruhi aktivitas harian Anda, segeralah ke dokter, apalagi kalau sudah muncul gejala fisik seperti palpitasi dan sakit di bagian dada. Anda perlu memeriksakan diri dan dokter akan melakukan diagnosa seperti:

  • Pemeriksaan klinis
  • Evaluasi psikologis dengan menilai status mental penderita yang dapat dideteksi atau diamati dari sikap, halusinasi, penampilan, suasana hati, ketakutan, cara berpikir, atau juga kecanduan obat tertentu.

Untuk pengobatan dari masalah OCD ini, biasanya dokter akan memberikan solusi tergantung dari separah apa pengaruh OCD yang dialami pasien dalam kehidupan sehari-hari. Penanganan paling umum yang diberikan kepada pasien antara lain adalah:

  • CBT atau Terapi Perilaku Kognitif. Pengobatan melalui terapi ini sangat membantu bagi pasien penderita cemas berlebihan dan dengan terapi inilah biasanya pasien mampu mengubah cara berpikir mereka berikut juga perilaku berlebihan.
  • Obat-obatan. Selain terapi, kemungkinan besar dokter pun akan memberikan obat-obatan tertentu, tergantung dari jenis kondisi gejala yang dialami oleh si penderita. Tujuan pemberian obat-obat ini tentunya adalah untuk mengendalikan gejala. Obat yang dimaksud di sini, biasanya meliputi Clomipramine, Fluoxetine, Fluvoxamine, Sertraline serta Paroxetine yang menjadi obat pengurang stres dan termasuk dalam golongan antidepresan.

Bila ingin juga mengatasi masalah psikologis ini di rumah, ada pula perawatan yang bisa dilakukan oleh setiap penderitanya. Perubahan gaya hidup tentu menjadi bagian dari solusi agar para penderita OCD dapat mengalami kemajuan yang berarti dalam kondisinya.

  • Jangan lupa untuk mengonsultasikan dengan dokter tentang segala detil keluhan yang dirasakan, bahkan bicarakan juga apabila gejala semakin serius walau sudah melalui penanganan medis.
  • Jangan ragu untuk berbicara dengan dokter apabila setelah pemberian obat dan mengonsumsi obat tertentu yang diresepkan dokter, Anda merasakan ketidaknyamanan dan bahkan mengalami keluhan gejala baru.
  • Walau sudah merasa jauh lebih baik dan tak lagi sering cemas seperti dulu, pastikan untuk tetap minum obat yang dokter berikan kepada Anda. Ini karena pada sejumlah kasus, berhenti menggunakan atau meminum obat dokter malah justru membuat gejala kembali lagi.
  • Berkonsultasilah dengan dokter tentang obat apa atau makanan apa saja yang boleh dikonsumsi selama masih dalan masa perawatan.
  • Biasakan bergerak dan lakukan olahraga ringan serutin mungkin. Kurang olahraga bukan hanya pemicu timbunan lemak di dalam tubuh, tapi juga memicu penumpukan stres. Namun, hindari juga bahaya olahraga yang berlebihan; lakukan pada porsi yang tepat.

Baca juga:

Hal paling penting bagi setiap penderita OCD adalah mencari bantuan medis secepatnya sebab kemungkinan sembuh selalu ada. Bahkan potensi untuk paling tidak menikmati hidup dengan berkurangnya gejala juga besar sehingga ke dokter adalah pilihan dan keputusan yang tepat.

Apabila gangguan obsesif kompulsif tak serga ditangani, rasa cemas, khawatir dan tertekan bisa saja meningkat dan makin serius sehingga makin sulit ditangani. Hal tersebut akan memicu kepada depresi yang parah di mana sebagai risiko paling menyeramkan adalah timbulnya keinginan untuk bunuh diri. Jadi, bereskanlah secepatnya dengan datang kepada dokter yang tepat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn