Disentri merupakan infeksi yang terjadi pada usus dan menyebabkan diare pada penderitanya. Diare tersebut disertai dengan darah atau lendir. Disentri bisa disebut dengan diare yang akut atau timbul secara mendadak. Sayangnya, banyak orang yang menganggap disentri seperti halnya diare biasa sehingga seringkali memberikan pengobatan dengan cara yang kurang tepat. Akibatnya, banyak kasus yang menunjukkan adanya kematian yang disebabkan oleh disentri. Anak-anak, terutama bayi, biasanya sangat rentan terkena disentri karena mereka belum bisa menjaga kebersihan diri sendiri. Resiko bayi terkena disentri akan semakin besar jika bayi melakukan kontak dengan orang yang terkena disentri atau dengan orang lain yang tidak menjaga kebersihan sehingga penularan disentri kepada bayi akan semakin beresiko terjadi.
(baca juga: penyebab mencret – bahaya diare – cara mengatasi diare)
Umumnya, disentri pada bayi sangat jarang diderita pada usia di bawah 1 tahun sebab pada usia tersebut kebersihan bayi masih sangat diawasi oleh orang tua. Hanya saja anak-anak atau bayi yang berusia di atas 1 tahun sangat rentan terkena disentri sebab pada usia tersebut anak-anak cenderung berada dalam dunia bermain sehingga orang tua tidak bisa secara detail memperhatikan kebersihan anak mereka. Bagi anak-anak atau bayi yang terkena disentri, sangat rentan bagi mereka untuk terkena komplikasi, terutama bagi bayi yang tidak mendapatkan asupan ASI, memiliki status gizi buruk, atau dalam waktu 6 bulan terakhir menderita campak. Komplikasi tersebut bisa diawali dengan melunaknya dinding usus sehingga bakteri Shigella lebih mudah menginvasi jauh ke dalam. Dinding usus besar yang mengalami luka akan semakin parah karena tercemar oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri yang ada di usus besar. Kondisi tersebut bisa menyebabkan usus pecah dan menyebabkan pendarahan hebat.
Gejala
Berdasarkan penyebabnya, gejala disentri pada bayi maupun pada orang dewasa adalah sebagai berikut:
1. Gejala Disentri yang Disebabkan oleh Amoeba
Disentri yang disebabkan oleh amoeba sangat umum terjadi di wilayah Indonesia dengan iklim tropis. Terkadang penderita disentri yang disebabkan oleh amoeba sulit untuk terdeteksi karena terkadang tidak menunjukkan gejala apapun. Akan tetapi pada kebanyakan kasus, disentri yang disebabkan oleh amoeba akan meyebabkan beberapa gejala seperti:
- Mual dan muntah
- Diare
- Kotoran disertai darah, lendir, atau nanah
- Sakit perut
- Anus mengalami pendarahan
- Tubuh mengalami demam dan menggigil
- Nafsu makan mengalami penurunan
- Penurunan berat badan
Beberapa gejala di atas akan muncul setelah 10 terkena infeksi amoeba. Pada beberapa kasus, kotoran pada penderita disentri yang disebabkan oleh amoeba akan disertai dengan darah karena amoeba membuat luka pada dinding usus besar. Akibatnya kondisi tersebut akan membuat proses buang air besar menjadi terasa sakit. Dalam beberapa kasus yang tergolong berbahaya, amoeba bisa menyerang organ hati dan menyebabkan terbentuknya abses pada hati. Jika hal tersebut terjadi, maka akan timbul beberapa gejala, seperti:
- Perut membengkak dan terasa sakit
- Tubuh demam dan lemas
- Mual
- Batuk
- Sakit kuning
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
Kondisi disentri yang disebabkan oleh amoeba bisa bertahan selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Meskipun disentri telah sembuh, namun amoeba masih sangat mungkin bertahan di dalam usus penderita sehingga bisa menyebabkan disentri kambuh sewaktu-waktu. Kondisi itulah yang membuat disentri menular melalui infeksi amoeba yang ada di dalam feses yang keluar dari tubuh penderita disentri.
2. Gejala Disentri yang Disebabkan oleh Bakteri
Penyebab paling umum disentri adalah bakteri Shigella. Bakteri ini menyebabkan sait perut ringan dan juga diare yang disertai dengan darah. Biasanya gejala tersebut akan muncul pada hari pertama sampai ketujuh setelah terkena infeksi bakteri. Adapun gejala yang ditunjukkan adalah:
- Demam tinggi yakni sekitar 38 derajat celcius atau lebih
- Mual disertai muntah
- Diare, kotoran akan disertai darah atau lendir
- Sakit perut yang tidak tertahankan
- Perut terasa kram
Beberapa gejala di atas akan dialami oleh penderita disentri yang disebabkan oleh bakteri dalam skala yang relatif parah. Akan tetapi pada umumnya disentri yang disebabkan oleh bakteri tidak perlu melakukan pemeriksaan medis dan akan sembuh dalam kurun waktu 3 sampai 7 hari.
Apabila anak Anda mengalami disentri yang ditandai dengan diare sebanyak 6 kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam maka sebaiknya Anda segera memeriksakan anak Anda ke dokter. Disentri biasanya akan menyebabkan dehidrasi. Ketahanan tubuh anak-anak terhadap dehidrasi lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Dehidrasi tersebut bisa menjadi penyebab kematian pada bayi atau anak-anak. Untuk itu Anda tidak boleh menyepelekan kondisi jika anak Anda terkena disentri sebab kondisi tersebut bisa meyebabkan kematian. Jika anak Anda terkena disentri, berikanlah banyak minum agar tubuh tidak mengalami dehidrasi.
(Baca juga: bahaya dehidrasi – akibat kekurangan ion)
Penyebab
Baik pada bayi maupun pada orang dewasa, disentri disebabkan oleh dua amoba dan bakteri. Berikut ini penjelasan selengkapnya.
1. Disentri yang Disebabkan oleh Amoeba
Penyebab disentri yang pertama adalah amoeba. Disentri amoeba atau amoebiasisdosebabkan oleh parasit amoeba yang disebut dengan Entamoeba histolytica. Disentri yang disebabkan oleh amoeba sangat umum terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia. Saat amoeba yang menginfeksi seseorang dan keluar melalui kotoran, amoeba akan hidup di luar tubuh manusia. Pada saat itu, amoeba bisa jadi akan menginfeksi orang lain melalui makanan atau air yang tidak higenis dan sudah terinfeksi oleh amoeba.
Disentri amoeba sangat rentan diderita di wilayah yang sering memanfaatkan kotoran manusia sebagai pupuk dan juga wilayah dengan lingkungan yang kumuh dan sanitasi yang tidak baik. Saat amoeba berhasil masuk ke tubuh manusia melalui mulut, amoeba dalam bentuk kista akan terlindung dari asam lambung dan masuk ke dalam perut seseorang. Dari dalam lambung, amoeba dalam bentuk kista akan turun ke usus. Dinding pelapis kista akan pecah kemudisn amoeba akan keluar dari dalam kista dan mengakibatkan infeksi pada usus. Pada kondisi tersebut, amoeba akan menyebabkan luka atau tukak pada dinding usus. Setelah itu, siklus disentri akan terulang.
2. Disentri yang Disebabkan oleh Bakteri
Bakteri yang menyebabkan disentri disebut dengan bakteri shigella. Ada 4 macam bakteri shigella yang menyebabkan disentri, yakni Shigella sonei, Shigella flexneri, Shigella bydii, dan Shigella dysenteriae. Dari keempat bakteri yang menyebabkan disentri tersebut, bakteri Shigella dysenteriae merupakan bakteri yang menyebabkan disentri paling parah. Bakteri penyebab disentri yang ditemukan pada tinja penderita disentri bisa menyebar kepada orang lain apabila penderita disentri tidak menjaga kebersihan sehingga makanan atau benda yang terkontaminasi bakteri penyebab disentri tidak mencuci tangan dengan bersih.
Ketika bakteri berhasil masuk ke mulut seseorang, bakteri akan turun ke usus kemudian menyerang sel-sel yang melapisis usus. Di dalam usus, bakteri akan berkembang biak dan merusak lapisan sel-sel yang ada di usus. Bakteri basiler mampu bertahan hingga empat minggu setelah seseorang terinfeksi disentri.
Selain karena tidak menjaga kebersihan diri, resiko disentri untuk menyebar kepada orang lain akan semakin rentan karena berbagai sebab, di antaranya:
- Persediaan air relatif terbatas
- Saluran pembuangan yang kurang memadai atau kurang layak
- Sistem sanitasi buruk
- Terbiasa menggunakan kotoran manusia untuk pupuk
Biasanya seseorang akan merasakan gejala disentri setelah 1 hingga 7 hari terinfeksi bakteri.
Pengobatan
Apabila anak Anda mengalami diare dengan intensitas buang air besar 6 kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam maka sebaiknya Anda segera memeriksakan bayi Anda secara medis. Apalagi jika kotoran disertai dengan lendir atau darah. Untuk mengetahui apakah bayi Anda terkena disentri atau tidak, biasanya dokter akan memeriksa sampel tinja penderita sehingga diketahui penyebab disentri pada bayi, apakah disebabkan oleh amoeba ataukah oleh bakteri. Pengobatan disentri selanjutnya didasarkan pada penyebab disentri tersebut.
Berikut ini beberapa langkah pengobatan disentri pada anak yang bisa Anda lakukan melalui petunjuk dari dokter.
1. Cukupi Kebutuhan Cairan
Komplikasi pertama yang akan terjadi akibat disentri adalah dehidrasi atau kekurangan cairan. Dehidrasi bisa menjadi penyebab utama kematian pada bayi akibat diare atau disentri. Jika bayi Anda terkena disentri, berikanlah ia air putih sedikit demi sedikit dan sesering mungkin untuk mencegah dehidrasi. Lakukan hal tersebut meskipun bayi Anda terus memuntahkan air yang Anda berikan. Jangan berikan jus atau minuman bersoda karena justru bisa memperparah gejala disentri. Adapun beberapa gejala yang menunjukkan bayi mengalami dehidrasi adalah:
- Kulit bayi menjadi pucat atau berbintik
- Tubuh bayi menjadi lemah
- Rewel
- Kaki dan tangannya menjadi dingin
- Semakin jarang buang air kecil
- Mudah atau sering mengantuk
Dalam kasus disentri yang cukup parah mungkin bayi harus mendapatkan pengganti cairan berupa cairan infus di rumah sakit.
2. Pemberian Oralit
Pemberian oralit juga bisa dilakukan untuk menggantikan cairan pada tubuh bayi yang mengalami disentri. Anda bisa membeli atau mendapatkan oralit melalui resep dokter. Oralit tidak digunakan untuk menyembuhkan disentri, tetapi berguna untuk menggantikan garam, glukosa, dan juga mineral penting lainnya yang hilang akibat banyaknya cairan yang hilang dari dalam tubuh.
3. Berikan Makanan yang Padat dan Mengandung Pektin
Pemberian makanan pada bayi bisa Anda lakukan jika memang bayi sudah tidak rewel dan sudah buang air kecil dalam intensitas yang cukup sering, dan tentu saja jika bayi sudah terbiasa mengkonsumsi makanan padat. Berikanlah makanan padat yang mengandung pektin seperti pisang, apel, kacang plong, dan juga kentang. Pektin merupakan senyawa yang bermanfaat untuk membantu penyerapan air sehingga tekstur feses menjadi lebih padat. Selain itu, anda juga bisa menambahkan asupan makanan yang mengandung bakteri Lactobacillus agar sistem pencernaan yang terganggu bisa segera diperbaiki.
4. Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotik pada bayi yang menderita disentri sebenarnya tidak begitu diperlukan karena justru bisa menurunkan keefektifannya saat digunakan dalam keadaan yang serius dan bisa mengancam nyawa. Pemberian antibiotik oleh dokter hanya akan dilakukan jika bayi menderita disentri basiler yang disebabkan oleh bakteri dan kondisi bayi memang cukup parah. Bahkan pemberian antibiotik biasanya akan diberikan dalam dosis yang rendah agar keefektifannya di masa yang akan datang tidak menurun.
(baca juga: jenis-jenis antibiotik dan manfaatnya – efek samping antibiotik)
Mencegah Disentri pada Bayi Maupun orang-orang di Sekeliling Anda
Untuk mencegah penularan disentri pada bayi maupun pada orang-orang di sekeliling Anda, Anda bisa melakukan beberapa metode berikut ini:
- Biasakan untuk mencuci tangan menggunakan sabun (bila perlu gunakan air hangat) setiap akan makan, sesudah memegang daging mentah, setelah menggunakan toilet, serta sesudah bermain dengan binatang peliharaan.
- Hindari makanan yang kebersihannya tidak terjaga
- Jagalah kebersihan dapur dan kamar mandi
- Pisahkan makanan yang matang dan yang mentah
- Konsumsilah jenis makanan yang benar-benar diolah hingga matang.
- Simpanlah makanan pada kulkas atau berada dalam suhu ruangan.
- Bersihkan toilet menggunakan desinfektan setelah buang air besar.
- Jika sedang menderita diare atau disentri sebaiknya tidak keluar rumah minimal dua hari setelah diare terakhir untuk menghindari penularan.
Disentri rentan diderita oleh anak dan juga bayi ketika berada dalam masa bermain karena kebersihan mereka tidak terawasi secara ketat. Untuk meminimalisir resiko terkena disentri, berikanlah asupan makanan yang tepat dan juga ASI agar ketahanan tubuh bayi lebih baik.