Atrovent merupakan jenis obat anti kolinergik (saraf yang memproduksi asetikolin pada sinapsnya), diberikan kepada pasien dalam wujud aerosol dan mempunyai sifat bronkodilator (alat yang dapat memperlebar lubang saluran pernapasan yang menyempit sewaktu seseorang terkena masalah asma). Atroven difungsikan untuk mengendalikan dan mencegah gejala emfisema (sesak napas dan mengik) yang diakibatkan oleh penyakit paru-paru yang sedang dialami pasien (chronic obstructive pulmonary disease-PPOK yang terdiri atas emfisema dan bronkitis ).
Obat ini bekerja dengan mekanisme merelaksasikan otot-otot di sekeliling saluran udara yang menyebabkan saluran udara terbuka dan pasien dapat bernafas dengan lebih lega dan dapat mengontrol masalah pada sistem pernafasan.
Obat-obatan anti kolinergik seperti Atrovent (ipratropium bromide) bekerja dengan cara memperlebar saluran udara dengan memblokade reseptor-reseptor untuk asetikolin pada otot-otot dari saluran udara dan mencegah otot tersebut menyempit. Ipratropium bromide biasanya diberikan kepada pasien-pasien yang mengalami chronic obstructive pulmonary disease atau Penyakit paru-paru obstruktif kronik (COPD)dan penderita yang mengidap penyakit jenis asma.
Komposisi Obat
Atrovent mengandung zat ipratropium bromide yang merupakan obat untuk terapi yaitu pengobatan untuk saluran pernapasan.
Indikasi
Beberapa kegunaan dari atrovent ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Sebagai bronkodilator untuk pencegahan dan pengobatan gejala obstruksi kronis saluran pernafasan pada asma bronkial dan bronkitis yang bersifat kronis yang diikuti dengan atau tanpa emfisema.
- Obat untukmengatasi penyumbatan pada rongga hidung
- Mengobati radang selaput lendir
- Mengobati penyakit paru-paru, selain dengan mengkonsumsi obat-obatan paru-paru, pasien juga dapat menjaga kesehatannya dengan mengkonsumsi makanan pembersih paru-paru antara lain yogurt, bawang putih, buah berry, kunyit, jeruk bali dan jahe
Dosis
Dosis yang digunakan untuk pemakaian atrovent ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Jika digunakan sebagai larutan Inhalasi, dosis disesuaikan kebutuhan individu pasien, untuk remaja, dewasa dan orang tua umur >14 tahun, dosis yang dianjurkan adalah : 3-4 x 0,4-2 ml/hari
- Untuk Anak-anak usia 6-14 tahun, dosisi yang dianjurkan adalah : 3-4x 0,4-1 ml/hari. Obat dilarutkan dengan larutan garam fisiologis
- Jika digunakan untuk inhalasi, dosis yang digunakan untuk dewasa dan anak-anak pada pengobatan secara berkala dan dalam penggunaan jangka panjang digunakan aturan : 3-4 x 2 semprot
Untuk menjaga kesehatan saluran pernapasan, penderita dapat melakukan inhalasi secara teratur dalam interval waktu 4 jam dengan maksimal pemakaian 12 semprot per hari.
Kontra Indikasi
Kontra indikasi pada obat ini antara lain :
- Penderita yang hipersensitif terhadap zat-zat seperti atropin atau zat tambahan obat ini.
- Hipersensitif terhadap ipratropium
- Hipersensitif terhadap turunan atropin,
- Hipersensitif terhadap obstruksi hipertropi kardiomiopati,
- Hipersensitif terhadap akiaritmia.
Notifikasi Obat
Pada penggunaan dosis tinggi, atrovent dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada sejumlah pasien berikut :
- Penderita glaukoma sudut sempit atau (angle-closure glaucoma) yaitu salah satu jenis glaukoma yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan mata secara mendadak dan terasa berat. Hal ini dapat terjadi pada waktu pupil mata membesar terlalu berlebihan atau relatif lebih cepat, dan terjadinya tepi luar dari iris mata menyumbat saluran drainase dari mata.
- Obstruksi saluran kencing karena hipertrofi prostat (kelenjar prostat yang membengkak dan dapat menekan atau menindih saluran keluar pada kandung kemih atau uretra, hal ini dapat menyebabkan sulit untuk buang air kecil)
- Nyeri pada mata
- Midriasis, yaitu suatu keadaan gangguan pada mata yang tergolong jarang ditemukan secara medis penyakit ini ciri-cirinya antara lain ; pupil mata yang membesar dalam waktu yang relatif lama, pasien dengan gangguan mata seperti ini, pupil mata pada umumnya akan tetap mengalami pelebaran dalam jangka waktu yang lama pupil mata tersebut mengalami disfungsi untuk kembali pada kondisinya seperti sedia kala (keadaan normal)
- Meningkatnya tekanan intraokular,
- Infark miokardial, yaitu suatu keadaan rusaknya otot-otot jantung pada bagian tertentu yang menetap akibat kurangnya suplai aliran darah yang kaya akan kadar oksigen (O2). Otot-otot jantung yang sudah mati tersebut tidak dapat berfungsi seperti keadaan semula, cara memperkuat otot jantung adalah dengan menjaga pola hidup sehat dan pola makan sehat
- Penyakit jantung iskemik, suatu keadaan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri jantung atau pembuluh darah koroner.
- Aritmia jantung, suatu kondisi irama jantung yang berdetak terlalu kencang, terlalu lambat, atau tidak beraturan. Aritmia dapat disebabkan adanya impuls elektris yang berguna untuk mengelola detak organ jantung yang tidak bekerja dengan baik
- Hipotiroid, yaitu kelenjar tiroid yang kerjanya tidak optimal yang menyebabkan produksi hormon tiroid menjadi rendah. Kelenjar tiroid mengeluarkan hormon untuk mengatur mekanisme metabolisme tubuh, termasuk perkembangan dan pengeluaran energi, banyak gejala hipotiroid antara lain badan terasa lemas, mengalami depresi dan sembelit
- Feokromositoma, merupakan jenis tumor langka yang berkembang biak pada kelenjar adrenal, tempat yang mana dihasilkannya hormon norepinefrin dan epinefrin. Hormon ini memiliki bermacam-macam fungsi antara lain mengatur detak jantung dan tekanan darah.
- Hipokalemin, suatu kondisi kadar kalium di dalam darah yang jumlahnya kurang dari 3.8 mEq/L darah. Hipokalemia merupakan ciri-ciri dari adanya kekurangan kalium pada tubuh. Kalium merupakan salah satu jenis elektrolit penting yang diperlukan untuk kesehatan tubuh.
- Cystic fibrosis (tidak teraturnya motilitas saluran cerna),
- Dispnea anak, suatu keadaan sesak napas yaitu keadaan yang mana dibutuhkan usaha yang berlebih untuk bernapas dengan kata lain tidak bisa bernapas seperti orang normal pada umumnya
- Lesi jantung
- Trimester pertama pada ibu hamil
Efek samping
Beberapa efek samping dapat terjadi ketika mengkonsumsi atrovent ini, yaitu antara lain :
- Mulut kering
- Iritasi tenggorokan atau reaksi alergi;
- Peninggian tekanan intraokular pada pasien glaukoma sudut sempit bila salah satu masuk ke mata
- Kandung kemih obstruksi
- Ulserasi bukal
- Ileus paralitik
- Sakit kepala, dan perlu juga dilakukan terapi menghilangkan sakit kepala ini
- Mual
- Sembelit
- Bronkospasme paradoks
- Reaksi hipersensitivitas
- Hidung menjadi kering
- Terjadi Epistaksis
- Terjadi Atrial fibrilas
Untuk mengatasi atau mengurangi efek samping dari penggunaan obat tentunya peranan petugas medis (terutama sekali dokter dan perawat) memegang peranan kunci, pasien harus diberi informasi yang akurat akan bahaya penggunaan obat tanpa resep dokter, bagaimana menentukan dosis pengobatan yang tepat untuk pasien dan sebagainya, untuk itu tugas utama yang wajib dilakukan oleh petugas medis terutama oleh perawat adalah :
- Memberikan pil/tablet untuk diminum atau melalui cara injeksi obat-obatan melalui pembuluh darah
- Mengobservasi reaksi dari pasien terhadap obat yang diberikan
- Memiliki kapasitas pengetahuan mengenai manfaat dan efek samping dari obat -obatan
- Perawat bertanggung jawab dan memastikan bahwa obat tersebut sudah benar diminum menurut dosis yang diresepkan.
- Bertanggung jawab dan memastikan bahwa obat yang diberikan aman bagi si pasien.
- Wajib membaca buku-buku referensi obat dan medis untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai mengenai efek terapetika dan farmakoterapetika yang yang diharapkan, dosis obat, kontraindikasi, , efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang merugikan dari pengobatan.
Interaksi obat :
Atrovent dapat berinteraksi dengan jenis obat sebagai berikut :
- Derivasi xantin
- Stimulan adrenoseptor beta
- Antikolinergik
- Penghambat beta
- Beta adrenergik
- Penghambat MOA
- Anti depresan trisiklik
- Inhalasi hidrokarbon halogenasi
Mekanisme Kerja Obat
Atrovent (Ipratropium bromida) bekerja dengan cara :
- Menghadang asetilkolin pada saraf para simpatetik otot bronkus, yang mengakibatkan berstimulasinya guanyl cyclase dan menekan pertambahan cGMP (mediator bronkokontriksi) yang berakibat pada munculnya bronkodilatasi.
- Atrovent (iprotropium) jika digunakan untuk inhalasi oral bekerja dengan cara menghadang refleks vagal dengan cara kerja yang berlawanan dengan kerja asetilkolin. Adapun bronkodilasi yang dihasilkan bersifat terlokalisir pada tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik atau keseluruhan.
- Jika penggunaan ipratropium bromida melalui semprotan di hidung maka atrovent akan bekerja sebagai antisekresi dan pada penggunaan lokal mampu menghambat seromukus mukosa hidung dan sekresi kelenjar serosa.