Hidung yang mengeluarkan darah secara tiba-tiba biasanya disebut dengan mimisan dan ini bisa terjadi pada orang yang terlalu capek. Lalu, bagaimana dengan ingus berdarah? Ingus yang bercampur darah bisa juga bukanlah sesuatu yang harus dilebih-lebihkan, seperti adanya peradangan atau iritasi. Lapisan mukosa hidung adalah tempat di mana Anda dapat menjumpai begitu banyak pembuluh darah dan dengan adanya radang, maka otomatis pembuluh darah bisa lecet; akibatnya, darah keluar dari hidung. (Baca juga: penyebab hidung berdarah pada orang dewasa)
Ingus berdarah pun bisa juga dianggap sebagai salah satu jenis kanker pada sinus yang termasuk ganas meskipun hal ini tergolong jarang. Penyebab dari ingus yang disertai darah sebenarnya juga rata-rata cukup ringan dan tak perlu terlalu dikhawatirkan, seperti halnya kondisi di bawah ini:
- Mengeluarkan ingus terlalu kuat.
- Rinitis alergi.
- Pilek atau flu biasa. (Baca juga: cara menghilangkan pilek)
- Terlalu sering menekan dan menggosok hidung secara berlebihan dan kasar.
- Bakteri
Hanya saja, ingus yang bercampur dengan darah dapat juga disebut dengan istilah difteri, yaitu sebuah kondisi infeksi saluran pernapasan yang berada pada bagian atas. Entah pada hidung atau tenggorokan, ada kuman yang pastinya menjadi penyebab utama dari kondisi ini.
Bila Anda belum tahu, faktor utama yang menyebabkan seseorang bisa mengeluarkan ingus campur darah adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae di mana kuman ini akan menyerang dan bersarang di saluran pernapasan. Saluran pernapasan yang akan terkena bakteri ini biasanya adalah tenggorokan, amandel serta laring yang paling utama. Namun, diketahui pula bahwa racun juga bisa memicu gangguan pada kulit yang bisa juga membuat jantung serta saraf menjadi rusak.
(Baca juga: kelainan pada hidung manusia – ispa)
Bakteri / Difteri
Penyebab Ingus Berdarah yang paling utama adalah adanya bakteri, yang menyebabkan penyakit difteri. Kasus difteri ini bisa menular layaknya penyakit flu dan batuk, maka cara penularan dan penyebarannya harus Anda perhatikan dan waspadai, seperti di bawah ini:
- Penggunaan Bersama Barang Rumah Tangga
Peralatan rumah tangga akan meliputi peralatan makan dan mandi di mana sebenarnya peralatan ini bisa dibilang sangat personal. Meski kasus penularan melalui peralatan rumah tangga ini terbilang jarang, Anda pun tetap harus mencegahnya dengan tidak memakai barang rumah tangga yang personal secara bersama-sama, seperti handuk maupun alat makan. Ingat bahwa bakteri bisa berpindah dengan mudah hanya dari alat yang sudah dipakai penderita.
- Menyentuh Luka Penderita Difteri
Penularan atau penyebaran bakteri juga bisa terjadi saat Anda entah sengaja atau tidak sengaja justru menyentuh luka orang yang terkena infeksi bakteri tersebut. Mungkin teman atau kerabat Anda telah terinfeksi, namun mereka membiarkannya sehingga belum mendapatkan penanganan yang seharusnya, maka sebaiknya jangan mendekat atau menyentuhnya. Anda bisa terinfeksi yang bahkan bisa-bisa Anda tidak akan menyadarinya karena tidak ada gejala yang ditunjukkan.
- Bersin
Saat seseorang yang sudah terinfeksi bakteri tersebut bersin, maka orang-orang di sekitarnya akan dapat tertular juga dengan mudah. Ini dikarenakan saat penderita difteri bersin, akan ada uap air yang dilepaskan dan uap air tersebut merupakan hasil kontaminasi bakteri sehingga orang yang berada di dekatnya dan terkena uap air ini bakal mudah tertular. (Baca juga: bahaya menahan bersin)
Faktor Risiko
Tentu ada sejumlah orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular, dan orang-orang tersebut adalah yang masuk ke dalam kategori berikut ini:
- Orang yang pergi ke daerah atau wilayah di mana bakteri difteri tengah mewabah.
- Orang yang sistem kekebalan tubuhnya rendah atau mengalami gangguan.
- Orang yang hdupnya dan lingkungannya tidak sehat serta tempat tinggal yang selalu penuh sesak.
- Orang dewasa maupun anak-anak yang tak memperoleh imunisasi yang paling baru.
Difteri atau kondisi ingus bercampur darah lebih sering dijumpai di negara-negara berkembang. Seperti yang Anda tahu, tingkat imunisasi yang ada di negara berkembang masih terbilang rendah, sehingga sangat masuk akal bila difteri adalah penyakit yang sering menjangkit masyarakat di negara yang masih berkembang. Sedangkan untuk negara maju di Eropa dan Amerika Serikat, difteri ini sangat jarang ditemui.
(Baca juga: penyebab mimisan)
Setelah masa tunasnya yang diketahui dari 2 sampai 7 hari, ada gejala atau ciri-ciri yang perlu diketahui dan diwaspadai, yaitu:
- Ada rasa sakit saat penderita menelan makanan atau minuman.
- Suara napas yang keluar kedengaran seperti orang mendengkur.
- Sesak napas baik ada atau tidaknya tanda obstruksi napas.
- Pada anak-anak, gejala yang dialami adalah muntah, mual, sakit kepala dan menggigil.
- Mengalami demam yang tidak akan tinggi.
- Napas berbau.
- Ketika diperiksa, ada selaput putih agak keabuan yang jika disentuh akan sangat gampang berdarah di bagian tenggorokan.
- Mengeluarkan ingus beserta darah atau perdarahan yang mengalir dari hidung.
(Baca juga: penyebab pilek tak kunjung sembuh)
Cara Mencegah Difteri
Pencegahan supaya hidung tak mengeluarkan ingus berdarah lagi adalah dengan memperoleh vaksinasi. Vaksin DPT adalah pencegahan difteri di mana vaksin ini termasuk pertusis, tetanus, difteri dan batuk rejan. Dari 5 imunisasi wajib untuk anak-anak di tanah air, vaksin DPT adalah salah satunya dan ada 5 kali pemberikan vaksin ini. 5 kali tersebut adalah sewaktu anak usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, lalu saat anak berusia antara 1,5 hingga 2 tahun, dan yang terakhir adalah ketika anak sudah berumur 5 tahun.
Setelah 5 kali mendapat vaksin, anak akan terlindung dari difteri seumur hidupnya tanpa harus mendapatkannya lagi setelah ia besar. Namun jika ingin, anak juga bisa diberikan vaksin sewaktu umurnya antara 11-18 tahun atau saat remaja sehingga efektivitasnya bisa semakin maksimal. Bahkan untuk yang menderita difteri dan telah dinyatakan sembuh pun masih kadang dianjurkan untuk tetap memperoleh vaksin lagi supaya risiko kembali terkena bakteri difteri bisa berkurang.
(Baca juga: cara mengatasi hidung tersumbat saat tidur – bahaya kebiasaan mengupil dan tips menghindarinya)
Ingus dan Arti Warnanya
Selama ini ketika Anda pilek, kemungkinan besar warna ingus pasti putih alias bening, namun seiring waktu, warna dapat mengalami perubahan seperti ke kuning lalu kuning kehijauan. Bahkan juga ada yang seperti kasus di atas di mana ingus berwarna merah atau merah muda karena bercampur darah. Untuk mewaspadainya, silakan melihat arti warna ingus seperti di bawah ini:
(Baca juga: cara menjaga kesehatan hidung)
- Ingus Putih/Bening. Ingus dengan warna ini tergolong normal dan tak berbahaya sebab ini hanyalah peningkatan produksi lendir. Biasanya untuk kondisi ini, reaksi alergilah yang bisa menyebabkannya. Infeksi virus pada fase awal pun juga dapat menimbulkan peningkatan produksi lendir, tapi masih dalam tahap aman.
- Ingus Kuning/Kuning Kehijauan. Warna kuning atau kuning yang agak hijau pada ingus yang keluar bisa menjadi petunjuk adanya infeksi pada tubuh Anda. Namun sebenarnya tidak selalu infeksi bakterilah yang menyebabkan infeksi ingus kemudian berubah warna menjadi hijau atau kuning. Pada penyakit flu, sel-sel darah putih akan dikirim ke area yang terserang infeksi (mukosa hidung) dan kuning kehijauan adalah warna dari enzim yang dikandung oleh sel-sel tersebut sehingga bisa mengubah warna lendir menjadi demikian. Tapi, bisa juga warna kuning kehijauan pada ingus merupakan tanda sinusitis yang mengancam. (Baca juga: ciri-ciri sinusitis)
- Ingus Biru. Pernah melihat ingus berwarna biru? Warna lendir seperti ini bisa disebabkan oleh bakteri Pseudomonas pyocyanea yang memang cukup langka. Jika Anda mengalaminya dan warna birunya bisa menebal setelah beberapa hari, Anda perlu memeriksakannya.
- Ingus Hitam. Menghirup polutan udara bisa mengakibatkan keluarnya ingus berwarna hitam karena banyaknya kotoran yang terjebak di dalam.
- Ingus Merah/Merah Kecoklatan/Oranye. Ingus warna tersebut artinya ada campuran darah dan ini bisa jadi Anda tengah mengidap difteri akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Jadi walaupun ingus berdarah sebenarnya dapat terjadi secara normal, nah jika yang terjadi adalah karena penyakit difteri, anda harus tetap berhati hati.