Sindrom Tourette – Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bicara tentang sindrom Tourette, sindrom ini merupakan salah satu kondisi kesehatan yang masih termasuk di dalam kondisi neurologis. Kondisi ini akan memicu penderitanya berbicara dan bergerak secara berulang kali tanpa disadarinya dan tentunya tak disengaja. Sifat bicara dan pergerakan tersebut sangatlah tiba-tiba dan di luar kendali dirinya sendiri di mana istilah untuk hal ini adalah tic.

Sindrom satu ini diberi nama Tourette yang diambil dari Dr. Georges Gilles de la Tourette dan ditemukan pertama kali pada perempuan berusia 86 tahun dari Perancis. Meski demikian, kini penyakit sindrom ini justru lebih sering terjadi pada anak-anak yang dimulai dari usia balita. Kenalilah lebih jauh tentang penyebab, gejala sampai dengan cara menanganinya.

Baca juga:

Penyebab Sindrom Tourette

Secara pasti, penyebab sindrom ini belumlah diketahui, namun selalu ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit ini. Dan berikut di bawah ini dapat disimak apa saja faktor yang berkaitan erat sebagai peningkat risiko sindrom Tourette.

  • Jenis kelamin. Gangguan seperti sindrom ini diperkirakan dapat terjadi lebih banyak pada laki-laki ketimbang perempuan.
  • Genetik. Faktor genetik juga menjadi salah satu faktor di mana bila salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit ini. Orang tua bisa saja mewariskan gen abnormal kepada anaknya dan inilah yang kerap juga diduga sebagai faktor yang menyebabkan sindrom Tourette dapat terjadi.
  • Faktor lingkungan. Sindrom Tourette bisa terjadi dikarenakan ibu selama masa hamil mengalami gangguan berikut juga sewaktu persalinan. Gangguan yang dimaksud di sini adalah berupa stres tinggi. Bahkan keadaan fisik bayi ketika lahir pun dapat memengaruhi timbulnya sindrom satu ini, seperti berat badan di bawah normal. Faktor lingkungan lainnya adalah infeksi kuman streptococcal di mana belum bisa dipastikan namun diperkirakan mempunyai hubungan erat sebagai pengaruh besar akan kemunculan sindrom Tourette.
  • Neurologikal. Ditunjukkan oleh sejumlah studi bahwa seorang anak penderita sindrom Tourette biasanya memiliki kecacatan di bagian fungsi, struktur dan juga zat kimia otaknya. Namun untuk kejelasan dan hal lebih detil tentang penemuan ini masih harus dipastikan lagi.
  • OCD atau gangguan obsesif kompulsif. Sindrom Tourette biasanya ditemukan pada anak-anak yang juga menderita OCD ini sekitar 5 dari 10 anak dengan sindrom ini.
  • Kesulitan belajar. Sindrom Tourette biasanya ditemukan pada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dan hal ini terjadi pada 3 dari 10 anak pasien sindrom ini.
  • Gangguan perilaku. Sindrom Tourette biasanya ditemukan pada anak-anak yang mengalami gangguan perilaku dan terjadi pada 8 dari 10 anak dengan sindrom ini.
  • Gangguan tingkah laku. Sindrom Tourette dapat dijumpai juga pada anak-anak yang menderita gangguan tingkah laku, seperti suka berperilaku kasar dan suka melawan. 2 dari 10 anak yang menderita sindrom ini berperilaku seperti itu.
  • Gangguan perubahan suasana hati. Sindrom Tourette dapat dijumpai pada anak-anak yang memiliki suasana hati yang cepat berubah, seperti depresi dan cemas berlebihan. Diketahui 2 dari 10 anak penderita sindrom ini memilikinya.
  • Perilaku melukai diri sendiri. Sindrom Tourette diketahui dialami oleh 3 dari 10 anak yang mempunyai riwayat perilaku melukai diri sendiri, seperti suka membenturkan kepalanya sendiri.
  • Abnormalitas pada otak. Didapat adanya kemungkinan bahwa sindrom ini merupakan efek dari gangguan kesehatan sistem saraf otak, yaitu sirkuit otak yang ada hubungannya dengan 3 bagian yang terganggu.

Baca juga:

Gejala Sindrom Tourette

Penyebab dari sindrom Tourette telah kita ketahui, lalu bagaimana dengan gejalanya? Diketahui bahwagejala dari sindrom ini termasuk ringan dan pada umumnya justru tak disadari oleh penderitanya. Bahkan ketika sindrom sudah termasuk parah, gejala pun tak menunjukkan kemunculan yang signifikan sehingga kewaspadaan penderita menjadi kurang.

Pergerakan tubuh dan juga bicara yang secara tiba-tiba tanpa kendali merupakan perilaku yang tak memiliki tujuan atau maksud apapun. Tentunya diharapkan orang lain pun dapat memahami karena penderita sendiri tak mampu mengontrol pergerakan tersebut. Gerakan itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu motorik dan vokal, namun masing-masing masih terbagi lagi menjadi kategori sederhana serta kompleks seperti berikut ini.

Tic Motorik Sederhana

Pada gejala ini, penderita akan mengalami gejala dalam waktu singkat dan sangatlah sederhana, hanya saja akan dialami berulang kali tanpa sengaja atau tanpa bisa dikendalikan saking spontannya. Hanya beberapa otot saja yang dipengaruhi pada tic motorik ini dan gerakannya seperti:

  • Menyentakkan kepala
  • Mengangkat bahu
  • Meringis
  • Mengedipkan mata

Tic Motorik Kompleks

Pada kategori yang kompleks, gejala yang muncul lebih gampang terlihat dan tak sesederhana itu. Sejumlah kelompok otot akan terlibat dan bahkan bukan satu-satu lagi, melainkan pergerakannya terjadi secara bersamaan. Pergerakan yang dimaksud secara kompleks antara lain adalah:

  • Membungkuk
  • Menyentuh hal-hal tertentu
  • Melompat
  • Memutar
  • Kombinasi 2 gerakan sekaligus

Tic Vokal Sederhana

Pada tic vokal yang sederhana, ini merupakan sebuah kondisi keluhan atau gejala berupa suara yang berulang-ulang. Penderita mengeluarkan suara seperti ini tanpa ia sadari dan bahkan tanpa ia mampu untuk mengendalikannya, seperti:

  • Berdeham
  • Suara merintih
  • Menghirup, mirip seperti saat sedang flu
  • Mengendus

Tic Vokal Kompleks

Sama halnya dengan tic motorik, ada pula kategori kompleks untuk tic vokal di mana hal ini terjadi pada penderita di mana penderita mengeluarkan frasa atau kata secara mendadak. Pada kasus tic vokal kompleks akan jauh lebih berbahaya karena terjadi tanpa bisa dikendalikan. Efek serius yang dimaksud di sini adalah potensi pasien mampu mengatakan kata-kata yang tak pantas, seperti kata sumpah serapah secara tak sadar serta mengulangi apa yang dikatakan orang lain walau tak sengaja.

Baca juga:

Metode Diagnosa dan Pengobatan

Setelah gejala nampak, maka diagnosa dapat ditempuh oleh penderita gejala. Diagnosa biasanya akan dilakukan tergantung dari gejala yang dirasakan dan bahkan dialami oleh penderita. Untuk bisa menempuh metode diagnosa untuk sindrom Tourette, ada sejumlah kriteria yang digunakan, yaitu:

  • Tics tidak terjadi sebagai efek dari zat kimia, obat-obatan atau kondisi medis lainnya.
  • Tics terjadi sehari beberapa kali atau berselang-seling dan hampir setiap hari atau sudah terjadi selama 1 tahun lebih.
  • Tics terjadi pertama kali sebelum usia penderita masuk 18 tahun.
  • Penderita mengalami gejala tics motorik dan vokal meski tak selalu bersamaan waktunya.

Ketika hendak mengetahui dan memastikan sindrom Tourette, Anda perlu datang ke neurologis untuk pemeriksaan. Sejumlah tes lainnya kiranya akan dilakukan apabila diperlukan yang tentunya sesuai dengan kondisi gejala pasien. Pemeriksaan darah dan juga MRI scan akan diperlukan, khususnya bila ingin mendeteksi ada penyakit lain yang menjadi penyebab sindrom ini atau tidak.

Pengobatan

Sindrom Tourette diketahui tak bisa disembuhkan oleh obat dan untuk menanganinya, diperlukan perawatan dengan tujuan sebagai pengendali gejala yang menjadi penghambat rutinitas penderitanya. Berikut ini adalah sejumlah prosedur penanganan sindrom Tourette yang kiranya diberikan kepada pasien.

  • Obat Penekan Tics

Obat memang tak mampu menyembuhkan Sindrom Tourette, namun ada sejumlah obat yang diyakini baik untuk menekan kemunculan tics, seperti neuroleptics dan alpha-adregenic agonists. Neuroleptics merupakan obat efektif yang sebenarnya diperuntukkan bagi penderita gangguan psikotik. Pengobatan ini biasanya dimulai dengan dosis kecil karena efek samping yang cukup berpotensi untuk muncul.

Untuk alpha-adregenic agonists, obat ini umumnya dokter resepkan untuk yang memiliki tekanan darah tinggi. Namun meski demikian, obat ini juga berkhasiat dalam mencegah sekaligus menghentikan tics. Efek samping dari obat ini lebih ringan dari obat neuroleptics, jadi obat inilah yang pada umumnya lebih dulu diresepkan kepada pasien.

  • Terapi Wicara

Terapi psikologis seperti terapi wicara yang juga termasuk dengan terapi perilaku dibutuhkan oleh para penderita sindrom ini selain juga menjadi terapi autis. Ini karena terapi psikologis adalah penolong dalam meredakan gejala. Terapi pembalikan kebiasaan berikut juga terapi mencegah eksposur dan respon turut membantu dalam masa pemulihan pasien sindrom Tourette.

  • Bedah

Pembedahan adalah prosedur yang menggunakan elektroda di mana ahli bedah akan menanamkannya pada otak pasien agar menjadi perangsang reaksi otak dalam. Pembedahan pada penderita sindrom Tourette biasanya hanya dianjurkan khusus jika kondisi sudah sangat serius dan terapi lainnya tak mampu menyelamatkan. Jadi bisa dikatakan bahwa pembedahan adalah opsi terakhir ketika obat dan terapi lainnya tak mempan.

Hanya saja, prosedur pembedahan semacam ini masih tergolong terbatas sehingga hasil dan tingkat keamanannya perlu untuk melalui proses pengkajian lebih jauh lagi. Konsultasikan lebih dulu dengan neurologis Anda sebelum memutuskan pengobatan dengan pembedahan.

  • Pembekalan Informasi Sindrom Tourette

Hasil perawatan akan makin maksimal ketika para penderitanya dibekali dengan informasi lengkap dan detil tentang sindrom Tourette. Pelebaran edukasi memang adalah yang paling dibutuhkan. Seperti misalnya para guru di sekolah, alangkah baiknya kalau memerhatikan anak didiknya dengan menilik lagi apakah anak membutuhkan terapi pendekatan. Terapi pendekatan setiap anak pasti berbeda dalam berkembang atau berinteraksi dan hal ini bisa dilakukan mislanya dengan melakukan seni drama atau menari.

Pada dasarnya, kondisi kebanyakan anak yang mengalami sindrom Tourette sendiri dapat mengalami kemajuan di mana kondisi bisa membaik secara berangsur dalam beberapa waktu. Gejala pada sejumlah kasus akan berkurang atau bahkan bisa hilang saat sang anak mengalami pertumbuhan menuju usia dewasa. Namun yang perlu diwaspadai adalah kasus-kasus di mana gejala terus berlanjut dan ada walau anak sudah tumbuh dewasa.

Baca juga:

Berikan dukungan bagi para penderita sindrom Tourette dengan membantunya agar gejala tics tak makin serius. Masalah sosial menjadi risiko mereka ketika kondisi ini dibiarkan terlalu lama karena mereka akan semakin sulit mengatasi rasa malu akibat gejala yang timbul tanpa bisa dikendalikan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn