Sepsis merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan kematian. Orang awam mengenal penyakit ini dengan istilah keracunan darah. Sebenarnya apa sih sepsis atau septicemia ini?
Sepsis suatu keadaan yang dapat menimbulkan kematian, dimana terjadi peradangan atau infeksi yang terjadi pada darah, urin, paru, atau jaringan tubuh lainnya yang disebabkan oleh infeksi bakteri (atau bakteremia). Keadaan ini tentunya jawaban dari sistem imun kepada bakteri yang dikenal dengan sindrom respon peradangan sistemik (systemic inflammatory response syndrom ; SIRS).
Hal yang membahayakan dari infeksi ini bisa mengakibatkan kegagalan fungsi organ karena perubahan-perubahan aliran darah. Dalam kasus ini kematian bisa saja terjadi, ketika peradangan yang parah tidak mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat. Secara umum ada dua penyebutan untuk kondisi ini, sepsis digunakan untuk menggambarkan respon kekebalan tubuh terhadap bakteri tersebut. Sementara itu septicemia merupakan sebutan bakteremia dan gejala-gejalanya yang menyerang darah.
(Baca juga: kelainan darah – efek samping cuci darah)
Gejala Sepsis
Sepsis dapat menyerang siapa saja, dari anak-anak, dewasa, lansia, bahkan pasien di rumah sakit yang sedang menderita penyakit serius. Bahkan tak jarang sepsis juga menyerang orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya sedang menurun.
Karena itu jika tidak segera menangani berbagai jenis infeksi dengan benar, maka bisa berakibat pada sepsis seperti, infeksi paru-paru, penyakit usus buntu, infeksi saluran kemih bahkan meningitis. Sama seperti penyakit pada umumnya kondisi sepsis juga dapat diamati melalui gejala-gejala yang diperlihatkan ketika darah atau organ tubuh terinfeksi bakteri.
Meski demikian, untuk memastikan infeksi ini harus memenuhi 2 Kriteria SIRS, diantaranya :
- Denyut jantung yang meningkat melebihi 90/menit ketika istirahat
- Kondisi suhu tubuh panas melebihi 38 derajat
- Bunyi pernafasan meningkat lebih dari 20/menit
- Sel darah putih tidak normal berkisar > 120000 sel/cu mm atau <4000 sel/cu mm
Sepsis juga bisa dianggap berat ketika ada beberapa gejala yang dialami, terutama apabila seseorang memiliki kondisi kegagalan organ tubuh. Berikut ini gejala sepsis berat yang perlu segera mendapat penanganan:
- Urine yang keluar saat buang air kecil tak sebanyak atau senormal biasanya dan justru makin menurun secara signifikan.
- Sakit pada bagian perut.
- Pompa jantung tak berfungsi seperti seharusnya atau tidak normal.
- Sulit bernapas atau sesak nafas.
- Jumlah trombosit di dalam tubuh mengalami penurunan.
- Mendadak terjadi perubahan pada status mental penderitanya.
Setelah mengetahui gejala yang ditimbulkan tentunya langkah yang harus diambil selanjutnya dengan mewaspadai sepsis dengan memahami faktor-faktor resiko seseorang bisa terinfeksi bakteri berbahaya.
(Baca juga: cara menjaga kesehatan peredaran darah manusia – akibat kurang darah)
Faktor Risiko dan Penyebab Sepsis
Sepsis merupakan infeksi bakteri yang bisa terjadi oleh siapa saja. Infeksi bakteri atau organisme ini tidak memandang usia, namun beberapa kelompok memiliki potensi lebih tinggi mengalami kondisi sepsis, seperti :
- Manula merupakan usia yang paling rentan terjangkit sepsis. Hal tersebut dimungkinkan karena keterbatasan diri dalam menjaga kebersihan lingkungan maupun kebersihan tubuh. Sehingga tak jarang, keterbatasan tersebut membuat mereka gampang tertular oleh bakteri.
- Pengidap penyakit jangka panjang seperti diabetes dan gagal ginjal memiliki potensi sepsis lebih tinggi. Untuk penderita diabetes bisa dipengaruhi jika ada luka terbuka yang terinfeksi bakteri.
- Orang yang memiliki kekebalan tubuh lemah, mereka yang tengah menjalani masa pengobatan atau pemulihan merupakan orang-orang yang masuk kategori ini. Pengindap kanker yang tengah menjalani proses kemoterapi dapat dipastikan sistem kekebalan tubuhnya lemah. Atau para pengidap HIV AIDS yang memang sistem imunnya tengah digerogoti virus.
- Ibu hamil, beberapa kondisi pada ibu hamil akan mengalami perubahan horman sehingga sistem kekebalan tubuhnya menjadi lemah, sehingga bakteri yang dalam kondisi normal bisa dihalau, tapi kali ini tidak dapat berbuat banyak.
- Orang yang memiliki luka yang sangat lama atau luka bekas operasi juga menjadi faktor potensial terjadi sepsis. Hal ini karena luka merupakan salah satu media yang sangat mudah bagi bakteri untuk berkembang biak. Tentunya dengan merawat luka agar tetap steril sangat dibutuhkan.
- Orang yang menggunakan alat bantu medis seperti alat bantu pernafasan atau kateter juga memiliki resiko yang tinggi terkena sepsis. Sterilitas alat-alat medis tentunya sangat berperan penting agar pasien tidak mengalami infeksi bakteri sehingga terjadi sepsis.
- Bayi dan anak-anak, dari faktor resiko yang sangat sulit dideteksi terjadi pada bayi. Sepsis pada bayi sangat sulit dideteksi karena adanya keterbatasan komunikasi yang belum mampu atau lancar bicara.
Untuk mengetahui seorang bayi mengalami sepsis dapat diamati melalui kondisi bayi yang selalu rewel atau tidak tenang, nafsu makan berkurang, diikuti dengan muntah yang mengeluarkan darah atau cairan berwarna hijau/hitam, selain itu bayi juga mengalami kesulitan buang air selama 12 jam.
Anak-anak juga masuk dalam kelompok yang rentan, karena sifat mereka yang banyak ingin mencari tahu menjadikan benda-benda apapun menjadi obyek permainan yang menyenangkan. Tak sedikit luka yang dimiliki anak semakin terinfeksi bakteri pada saat bermain.
Gerak cepat untuk segera memeriksa infeksi menjadi salah satu pencegah terjadinya sepsis. Jika kondisi sepsis tidak ditangani secara cepat dan tepat, maka sepsis mampu bergerak dengan cepat dan menambah parah keadaan yang bisa bersifat syok septik, sehingga bisa mengindikasikan kegagalan kerja organ tubuh.
Penyebab
Pada intinya, penyebab sepsis ini merupakan adanya infeksi bakteri atau mikro organisme yang menyerang tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh memberikan respon. Sepsis bisa disebabakan oleh sebuah luka. Normalnya jika tubuh mengalami serangan bakteri, maka sistem kekebalan tubuh akan bekerja keras untuk membatasi atau melokalisir infeksi pada satu area lokal tertentu dan hanya satu titik atau disebut dengan infeksi lokal.
Pada tahap tersebut sistem kekebalan tubuh secara otomatis akan memproduksi sel darah putih untuk melawan dan menghancurkan infeksi lokal tersebut, kemudian sel darah putih juga akan memperbaiki jaringan tubuh yang bengkak.
Sel darah putih bekerja guna membantu pencegahan infeksi menyebar pada jaringan tubuh lainnya. Dalam beberapa kasus, tidak setiap orang memiliki sistem kekebalan tubuh yang prima. Sehingga infeksi bakteri yang datang tidak mampu dilawan oleh sel darah putih, sehingga infeksi tersebut menyebar ke bagian tubuh lain. Akibat dari penyebaran tersebut sistem imun menjadi lepas kendali sehingga menimbulkan peradangan.
Respon sel darah putih melawan infeksi bakteri inilah yang disebut sepsis. Inflamasi yang sangat parah tentunya berdampak pada sistem sirkulasi darah. Kelancaran sirkulasi darah semakin melambat sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan sel-sel organ.
Bersamaan dengan terhambatnya aliran darah didalam tubuh, maka tekanan darah pun menurun secara drastis. Imbas dari tersendatnya peredaraan darah juga menyebabkan berkurangnya suplai oksigen kepada organ-organ tubuh yang sangat vital seperti, jantung, ginjal maupun sel-sel yang terdapat didalam otak, bahkan mampu menimbulkan kerusakan secara permanen.
Jika hal tersebut tidak juga mendapatkan pengobatan, maka proses yang terjadi selanjutnya bisa menimbulkan penggumpalan darah pada organ atau bagian tubuh lainnya, seperti kaki dan jari tangan, tahap inilah yang bisa mengancam keselamatan jiwa.
(Baca juga: makanan untuk melancarkan peredarah darah – dampak kekurangan dan kelebihan eritrosit)
Jenis Sepsis
Sepsis dapat dibedakan melalui jenis bakteri atau mikro orgasnisme yang masuk kedalam tubuh, seperti:
1. MRSA sepsis
MRSA merupakan bakteri staphylococcus aureus resisten methicilin. Secara umum infeksi MRSA dikelompokan menjadi CA-MRSA atau HA MRSA. Infeksi ini biasanya terjadi karena adanya penularan yang disebabkan adanya kontak fisik dengan orang yang telah terjangkit MRSA. Secara garis besar CA-MRSA dimulai dari infeksi kulit. Luka yang disebabkan pembedahan, atau lokasi perangkat medis yang ditempatkan seperti kateter, garis IV. Selulit, abses, atau pengeringan nanah juga menjadi gejala infeksi MRSA.
Tak hanya itu, banyak kasus juga yang menjelaskan infeksi MRSA didiagnosis dari tes sensitivitas antibiotik bakteri staphylococcus aureus yang diisolasi dari situs yang terinfeksi. Bahkan saat ini bakteri ini hampir selalu ditemukan resisten terhadap antibiotik.
Untuk mencegah bakteri ini tentunya mengharuskan pola hidup bersih yang sangat baik. Kebersihan juga dapat dilakukan dengan menjaga kontak dari barang-barang atau kontak kulit dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. Tak hanya itu, menutupi kulit lecet dan luka ringan turut meminimalisir bakteri ini. Apalagi untuk anak-anak kecil dan orang yang terlibat dalam kegiatan olahraga.
Riwayat MRSA tercatat pada tahun 1961, atau dua tahun setelah antibiotik methicillin ditemukan untuk mengobati bakteri menular. Perkembangan selanjutnya terdapat resistensi terhadap methycillin yang disebabkan protein penisilin mengikat gen.
Dalam beberapa tahun terakhir, gen tersebut terus berkembang sehingga strain MRSA saat ini resisten terhadap beberapa antibiotik yang berbeda seperti, amoksilin, oksasilin, hingga penisilin. Bahkan yang paling berbahaya, organisasi ini telah dijuluki sebagai bakteri pemakan daging. Penyebarannya yang cepat dan menghancurkan kulit manusia. Prihatinnya lagi strain MRSA bakteri ini dapat ditemukan di seluruh dunia
2. VRE sepsis
Vancomycin Resisten Enterococcus atau genus Enterococis yang resiten terhadap vancomycin dikenal dengan nama VRE. Bakteri Entercoccus ini sangat sensitif terhadap vancomycin, tetapi mendapatkan DNA baru dalam bentuk plasmid yang mengikat gen sehingga bakteri ini menjadi kebal terhadap vancomycin. Penyebaran bakteri ini dilakukan dengan melakukan secara kontak langsung.
Orang yang sehat akan tertular jika terindikasi kontak kulit dengan penderita. Tak hanya itu, VRE ini juga menjadi masalah besar bagi penerima transplantasi organ hati. Koloni VRE telah menjadi penyebabkan meningkatnya resiko infeksi dan kematian pada pasian penerima transplantasi hati.
(Baca juga: cara meningkatkan sel darah putih)
3. Wound Sepsis
Luka pada kulit tentu akan berdampak membahayakan jika tidak ditangani dengan baik. Banyaknya bakteri yang semakin resisten terhadap antibiotik tentunya menjadi salah satu penyebab sepsis. Luka pada jaringan tubuh dalam jangka waktu yang lama, apalagi tidak adanya perawatan menjadikan luka sebagai sarang bakteri. Dari luka yang dipenuhi bakteri inilah yang kemudian akan mengalami peradangan sepsis.
Karena itulah, menutup luka dan merawat luka agar tidak menjadi tempat yang nyaman bagi bakteri menjadi keharusan jika ingin terhindar dari sepsis.
4. Septic abortion
Abortus memiliki pengertian sebagai suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai ukuran makan digunakan waktu kehamilan kurang dari 20 minggu atau bayi memiliki berat dibawah 500 gram.
Sementara itu abortus septik merupakan keguguran karena mengalami komplikasi berupa infeksi sepsis yang berasal dari infeksi bakteri yang naik dari saluran kemih bawah. Sepsis kemudian akan cenderung terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi, atau bisa juga karena adanya penundaan pengeluaran hasil konsepsi.
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi bisa disebabkan dari peralatan yang digunakan atau dilakukan oleh orang awam. Sepsis ini tentu sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian ibu.
5. Urosepsis
Urosepsis atau lebih dikenal dengan istilh infeksi saluran kencing. Penyakit ini disebabkan infeksi yang terjadi pada saluran kemih. Hal ini tentunya akibat dari sepsis yang terkumpul dari bakteri nanah sehingga membentuk racun dalam darah dalam saluran kemih.
Keracunan darah ini tentu akan berakibat fatal jika tidak cepat ditangani. Racun yang menyebar dalam darah tentunya akan menimbulkan komplikasi kesehatan yang lebih parah pada organ yang lainnya, dan tidak menutup kemungkinan menyebabkan kematian.
(Baca juga: cara menjaga kesehatan alat peredaran darah)
Metode Diagnosa
Infeksi yang diakibatkan oleh bakteri memang agak sulit dideteksi hanya dengan melihat gejala-gejala yang diperlihatkan, sepintas gejala yang diperlihatkan sepsis hampir sama dengan penyakit umum lainnya. Karena itulah sebelum mengambil keputusan seseorang terinfeksi bakteri, tentunya diperlukan pemeriksaan yang lebih detail.
Kemiripan gejala dengan penyakit lain, bisa dipastikan jika memenuhi 2 hingga 3 gejala utama yang terdeteksi. Untuk mencari dan memastikan infeksi penyebab sepsi tentunya akan dilakukan pemeriksaan terhadap organ tubuh yang meliputi:
1. Tes Darah
Pemeriksaan terhadap kesehatan darah merupakan langkah penting yang harus dilakukan untuk memastikan sepsis. Hal ini dikarena melalui aliran darah bakteri berkembang dan menyebar ke berbagai organ tubuh. Hasil dari test darah ini tentunya bisa menjadi rujukan 90% seseorang terinfeksi bakteri.
2. Pemeriksaan tekanan darah
Dengan mengecek tekanan darah seseorang jika bisa menentukan pasien terjangkit sepsis atau tidak. Pada umumnya orang yang terjangkit sepsis akan memiliki tekanan darah rendah atau hipotensi.
3. Pemeriksaan tinja atau urin
Perubahan warna air seni tentu dapat mengindentifikasi apakah terinfeksi bakteri atau tidak. Umumnya jika warna urin pekat dan berbau menyengat menandakan, orang tersebut dalam keadaan sakit. Selain itu warna dan bentuk dalam tinja juga bisa menjadi petunjuk yang dapat digunakan.
4. Pemeriksaan cairan dari sistem pernapasan, misalnya dahak atau air liur.
Bakteri merupakan organisme yang memang hidup dan berkembang pada bagian-bagian tubuh yang berbentuk cairan. Selain memeriksa darah, maka untuk mengetahui keberadaan bakteri juga dapat dilihat dari cairan dahak yang ada disaluran pernafasan maupun air liur. Pemeriksaan cairan pada dahak dan liur juga mampu memberikan persentase yang cukup tinggi terkait jenis bakteri yang menginfeksi seseorang.
5. Biopsi luka
Bagian tubuh yang terluka merupakan tempat favorit bakteri berkembang dan menyebar. Sehingga memeriksa dengan pengambilan sampel jaringan atau nanah yang terdapat pada luka bisa menentukan bakteri apa yang menginfeksi sehingga dapat segera dilakukan tindakan.
6. Menggunakan peralatan canggih
Perkembangan teknologi medis yang pesat tentunya dapat mendeteksi bakteri atau mikro organisme yang hidup dalam tubuh manusia. Beberapa alat canggih seperti rontgen, USG, CT Scan, atau MRI scan tentunya menjadi metode yang memiliki akurasi tinggi.
(Baca juga: akibat kelebihan albumin)
Kepastian dalam mendiagnosis sepsis tentu akan memberikan harapan sembuh lebih tinggi. Observasi lanjutan tentu harus dilakukan untuk menentukan obat yang tepat untuk melawan bakteri yang telah menginfeksi. Langkah-langkah pengamatan tersebut seperti:
- Lokasi dan penyebab infeksi
Dimana dan apa yang menyebabkan infeksi tentu harus diketahui agar dapat menentukan jenis bakteri yang menginfeksi jaringan tubuh. Sehingga pemberian antibiotik yang tepat mampu menghancurkan bakteri tersebut.
- Organ yang terinfeksi
Memastikan organ tubuh mana yang terjangkit sepsis menjadi pertimbangan tindakan yang akan dilakukan, penyebaran area organ tubuh yang lain juga menjadi hal yang harus dicermati.
- Tingkat keparahan sepsis
Ketika jenis bakteri telah ditemukan, organ tubuh mana yang terserang, maka selanjutnya adalah mengukur sejauhmana kerusakan jaringan organ tubuh akibat infeksi bakteri tersebut. Tingkat keparahan sepsis kedepannya akan menjadi pedoman dokter dalam menentukan dosis obat yang diperlukan.
(Baca juga: cara mengatasi darah kental – obat penyempitan pembuluh darah)
Cara Mengobati
Langkah cepat dalam mendeteksi sepsis, tentunya akan menambah persentase harapan sembuh. Biasanya kasus sepsis yang pada tingkatan yang parah dan mencapai syok septik maka harus menjalani tindakan darurat dengan merawatnya dirumah sakit.
Rawat inap menjadi pilihan yang tepat, syok septik ini harus mendapatkan perawatan yang intensif guna mengobservasi organ-organ vital tubuh selama bakteri menginfeksi. Langkahnya bisa untuk menstabilkan pernafasan dan fungsi jantung pasien.
Biasanya tindakan utama dalam menangani sepsis dengan menggunakan antibiotik. Untuk berapa banyak dan durasi yang diterapkan berbeda antara setiap pasien, karena hal tersebut tergantung pada kondisi pasien dan keparahan sepsis yang dialami.
Sepsis yang terpantau sejak awal dan belum mengalami penyebaran biasanya dilakukan pengobatan dengan meminumkan tablet antibiotik, dan tidak harus menginap di rumah sakit. Sementara itu pada tingkat yang parah atau mengalami syok septik, maka penderita akan dirawat dan mendapatkan pengobatan infus antibiotik, guna menghindari penyebaran pada organ tubuh lainnya.
Deteksi infeksi bakteri dapat didasari dari kondisi darah dengan gejala-gejalanya. Pemeriksaan di rumah sakit harus dilakukan untuk mengatasi sepsis atau kegagalan organ. Darah yang telah terkontaminasi bakteri tentunya dapat diobati dengan menggunakan antibiotik intravena, atau antibiotik yang langsung masuk ke dalam aliran darah.
Untuk mendapatkan kepastian terbebas dari sepsis biasanya pengobatan tersebut akan memakan waktu 7 hingga 10 hari rawat inap. Meski demikian, tidak semua pengobatan seperti itu, dalam beberapa kasus ada juga pengobatan dengan memberikan insulin atau steroid, transfusi darah atau dialisis.
Sementara itu, kemungkinan yang terjadi untuk dapat hidup bagi yang terjangkit sepsis parah sangat kecil. Data menunjukan rata-rata pada angka 25 hingga 30 persen pasien akan meninggal setelah 30 hari perawatan. Parahnya lagi jika hal tersebut berkembang menjadi syok sepsis maka persentasinya semakin meningkat menjadi 40 hingga 60 persen.
Penderita sepsis juga membutuhkan tindakan yang suportif guna menangani gejala-gejala sepsis. Berikut step yang harus diambil:
- Pemberian obat meningkatkan tekanan darah
Obat ini akan memberikan dukungan otot-otot yang terkait agar dapat memompa darah sehingga sirkulasi darah berjalan ancar dan mengencangkan pembuluh darah.
- Pemberian bantuan oksigen
Biasanya penderita sepsis pasti memiliki kadar oksigen didalam darah yang tergolong rendah. Memberikan bantuan berupa suplai oksigen melalui alat bantu pernafasan maupun selang akan mencegah organ mengalami kerusakan karena kekurangan oksigen.
- Pemberian cairan infus
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi biasanya tenaga medis akan memberikan cairan infus sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang. Infus biasanya diberikan selama 1 hingga 2 hari pertama, sekaligus menjaga fungsi kerja ginjal. Tenaga medis pasti akan memantau ginjal dengan memeriksa volume urin.
- Penanganan luka
Jika sumber infeksi bakteri disebabkan oleh luka, maka tenaga medis akan menguras nanah dari abses. Sehingga sumber sepsis dapat ditangani terlebih dahulu. Kesimpulannya kemampuan mendeteksi dini menjadi faktor pencegah terjadinya sepsis.
(Baca juga: bahaya akibat darah rendah – cara melancarkan peredaran darah)
Orang yang terdiagnosis sepsis harus segera mendapatkan tindakan sebelum terjadi penyebaran pada organ vital, sehingga bisa sembuh hanya denga menjalani pengobatan antibiotik dari rumah. Jika pun sepsis telah meningkat menjadi syok septik maka harus segera menjalani penanganan rawat inap secara intesif, agar bakteri tidak menyebar pada organ penting seperti jantung, paru-paru, hati.