Malaria Tropika – Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dari jenis-jenis malaria, malaria tropika adalah 1 dari 4 jenis yang memang dianggap paling ganas dan mengerikan ketika bicara soal dampak, gejala dan komplikasinya. Malaria jenis tropika ini juga dinamakan dengan istilah malaria falciparum dan dikenal sebagai bentuk malaria paling berat sehingga memang cukup menakutkan. Apabila sedikit saja terlambat pengobatannya, penderita bakal mengalami risiko besar.

Saat penderita penyakit malaria tropika ini tak mendapatkan pertolongan sesegera mungkin, maka akibatnya adalah kematian hanya dalam beberapa hari saja. Kalau malaria tertiana adalah suatu penyakit malaria akibat dari Plasmodium vivax, maka pada kondisi malaria tropika ini penyebabnya adalah Plasmodium falciparum. Parasit tersebut dapat menginfeksi eritrosit manusia akibat dari gigitan nyamuk Anopheles.

(Baca juga: cara mengobati chikungunyacara mencegah chikungunya)

Penyebab dan Penularan

Seperti yang sudah disebutkan, penyebab utama dari malaria jenis tropika adalah parasit yang bernama Plasmodium falciparum di mana jenis malaria inilah yang paling sering terjadi komplikasi. Seluruh bentuk eritrosit juga diketahui diserang oleh malaria tropika berbeda dari jenis malaria tertiana yang hanya menyerang eritrosit muda.

Plasmodium falciparum sendiri merupakan sebuah jenis parasit yang berbentuk cincin berukuran kecil yang diameternya saja hanya 1/3 diameter eritrosit pada umumnya. Namun plasmodium ini adalah yang satu-satunya mempunyai double chromatin atau 2 kromatin inti. Dalam siklus hidupnya, penularan malaria adalah lewat gigitan manusia dari manusia yang sudah terkena infeksi ke manusia yang sehat.

Dalam produksinya, plasmodium melakukannya secara seksual atau sporogoni dan juga aseksual atau yang juga disebut dengan istilah schizogon pada host yang tak sama. Host definitive adalah host tempat terjadinya reproduksi seksual, sementara reproduksi aseksual terjadi pada host yang disebut host intermediate.

Sporozoid adalah sebutan bagi hasil reproduksi seksual, sementara merozoid adalah nama atau istilah hasil reproduksi aseksual. Hospes perantara parasit ini adalah manusia dan yang menjadi hopses definitifnya adalah nyamuk Anopheles betina di mana juga dikenal dengan sebutan vektor. Parasit Plasmodium falciparum ini diketahui paling sering ada di area tropis, khususnya Asia Tenggara dan Afrika.

Jadi bukan hal yang mengherankan apabila Indonesia adalah salah satu wilayah yang cukup berisiko menjadi tempat berkembangnya parasit ini. Disebut yang paling berat, parasit ini memang mampu menyebabkan kematian pada penderitanya, khususnya kalau sampai terlambat penanganannya.

(Baca juga: cara mencegah demam berdarah)

Daur Hidup Plasmodium Falciparum

Untuk mengenal parasit berbahaya ini, kita juga perlu tahu dan mempelajari sedikit tentang daur hidup dan morfologinya. Dimulai dari perkembangan aseksualnya, ini terjadi di dalam organ hati dan biasanya yang terlibat hanyalah fase preritrosit saja, jadi artinya tak ada fase ekso-eritrosit. Dalam hati, skizom adalah bentuk awal yang nampak atau terlihat dengan ukuran kurang lebih 30 ч di hari ke-4 sesudah serangan infeksi.

Ada sekitar 40 ribu bentuk cacing stadium tropozoid muda plasmodium falciparum yang merupakan jumlah morozoit pada skizon yang sudah masak atau matur dan ukurannya pun termasuk sangat kecil. Tak hanya kecil tapi juga halus di mana ukurannya diketahui hanya 1/6 diameter eritrosit yang pada umumnya.

Tampak pula 2 butir kromatin pada bentuk cincin, yakni bentuk marginal atau pinggir serta bentuk accole yang paling kerap dijumpai. Penemuan beberapa bentuk cincin bisa ditemukan dalam satu eritrosit atau infeksi multipel. Pada eritrosit yang sudah terkena infeksi oleh spesies plasmodium lain juga tetap ditemukan adanya cincin dengan 2 kromatin serta infeksi multipel meski bentuknya accole dan marginal.

Kelainan-kelainan tersebut justru lebih banyak dijumpai pada spesies plasmodium penyebab malaria tropika, yaitu Plasmodium falciparum. Dengan mengetahui daur hidup spesies plasmodium ini jelas sangat penting supaya diagnosa spesies pun bisa diketahui secara lebih mudah. Diketahui pula bahwa ada potensi bahwa bentuk cincin dari Plasmodium falciparum mampu membesar.

Ketika menjadi lebih besar, otomatis ukurannya juga berubah menjadi ¼ atau ½ dari diameter eritrosit normal. Jadi spesies parasit ini bisa diduga sebagai spesies parasit yang lain dengan ukurannya yang sebesar itu dan ini mirip dengan parasit Plasmodium malariae. Dengan pembesaran ukuran yang terjadi, ada 1 atau 2 butir pigmen yang terkandung di sitoplasmanya.

Berlangsungnya fase perkembangan siklus aseksual selanjutnya tidaklah terjadi pada darah tepi, namun kasus perniseosa adalah pengecualian. Tindakan pengobatan perlu lebih cepat ketika ditemukan adanya skizon matang yang masih muda akan Plasmodium falciparum pada sediaan darah tepi. Ini karena kondisi infeksi sudah pada tahap parah.

Pengenalan atau pengidentifikasian dari bentuk skizon muda Plasmodium falciparum termasuk gampang dikarenakan adanya gumpalan 1 atau 2 butir pigmen. Sementara itu, ada 20 butir lebih pigmen yang ditemukan pada spesies parasit lain di tubuh manusia ketika stadium skizon sudah lebih tua. Sesudah 24 jam, bentuk cincin da tofozoit yang ada pada darah tepi dapat menghilang.

Namun kemudian bentuk cincin dapat bertahan di kapiler jantung, otak, usus, plasenta hingga sumsum tulang. Perkembangannya bisa berlanjut lebih lanjut di tempat-tempat tersebut sehingga memang sangat berisiko mengganggu atau menyebabkan kerusakan pada organ-organ tersebut. Parasit yang berkembang dan tak ditangani segera bisa memicu timbulnya bahaya malaria tropika serius.

Perkembangbiakkan dari parasit tersebut di dalam kapiler dalam waktu 24 jam bakal terjadi secara zkisogoni dan ketika skizon sudah matur atau matang, eritrosit sekitar 2/3-nya bakal terisi. Pada akhirnya, akan terjadi pembelahan parasit dan terjadilah pembentukan 8 sampai 24 morozoit dengan 16 sebagai jumlah rata-ratanya.

Ukuran dari skizon yang sudah matur atau matang akan Plasmodium falciparum pada dasarnya lebih kecil apabila dibandingkan dengan skizon matur milik parasit malaria jenis lainnya. Tak hanya itu saja yang membedakan dari parasit lainnya adalah bahwa derajat infeksinya jauh lebih tinggi ketika dibandingkan dengan jenis lainnya dan bisa di atas 500 ribu/mm3 darah.

Parasit ini sebetulnya tak menyebar merata pada organ-orang tubuh manusia serta jaringan tubuh. Itulah yang menjadikan gejala klinis dari malaria tropika tidaklah selalu sama, hanya sebagian besar kasus dianggap fatal dan paling berat karena memang eritrosit yang terinfeksi kemudian menggumpal dan menjadikan kapiler tersumbat.

Selama parasit mengalami perkembangan, pada malaria falciparum eritrosit yang terkena serangan infeksi tidak akan menjadi lebih besar. Ada titik kasar yang warnanya merah pada skizon dan trofozoit tua yang terkandung di dalam eritrosit di mana titik tersebut tersebar pada 2/3 bagian eritrosit. Bentuk gametosisnya adalah agak lonjong dan bisa menjadi lebih panjang di mana bentuknya mirip seperti elips.

Penampakan gametosis pertama kali adalah pada darah tepi sesudah terjadinya skizogoni pada beberapa generasi di mana sekitar 10 hari pasca penampakan parasit pertama kali dalam darah. Gametosis betina dinamakan juga dengan makrogametosit yang bentuknya termasuk ramping dan ukurannya lebih panjang ketimbang yang jantan. Sitoplasma pun lebih biru dengan inti yang lebih padat dan kecil berwarna merah tua.

Pada sekeliling intinya terdapat butir-butir pigmen yang tersebar dan nantinya gametosit jantan atau mikrogametosit bisa menjadi lebih lebar bentuknya dan berubah bentuk mirip dengan sosis. Sitoplasma pun mengalami perubahan menjadi biru, memucat atau bisa juga berubah kemerahan dengan inti merah muda, kurang padat, besar, dan pada sekitar inti ada butir-butir pigmen.

(Baca juga: ciri-ciri nyamuk dbd)

Gejala

Setelah daur hidup dari parasit, kita juga perlu tahu dan mengenal gejala yang ditimbulkan oleh parasit Plasmodium falciparum ini. Pada malaria tropika, masa tunas intrinsik adalah antara 9-14 hari lamanya. Berikut adalah beberapa gejala awal yang masih cukup umum:

  • Sakit kepala atau pusing-pusing.
  • Tubuh terasa dingin sehingga menggigil.
  • Terasa mual di perut dan bisa muntah juga.
  • Diare pada tahap ringan.
  • Demam bisa jadi tidak ada atau terjadi secara ringan karena penderita akan nampak seperti sehat-sehat saja.

Diagnosa pada stadium tersebut akan ditentukan oleh anamosis atau riwayat kunjungan penderita yang mungkin pernah ke suatu daerah dengan tingkat risiko malaria tropika cukup tinggi. Hanya dalam beberapa hari, gejala bisa meningkat dan memburuk, termasuk pada kondisi sakit kepala dan ditambah punggung serta ekstremitas. Gejala menjadi jauh lebih hebat dan tidak umum lagi dan gejala lanjutan yang cukup berbahaya antara laina adalah:

  • Penderita akan merasa begitu gelisah.
  • Demam mulai terjadi tapi tidak teratur.
  • Anemia pada tahap ringan berikut juga leucopenia dengan monositosis.

Ketika masih dalam gejala malaria awal, penyakit bisa terdiagnosa dan terobati secara lebih baik dan infeksi pun masih bisa diatasi. Hanya saja, risiko yang berbahaya dan mengancam jiwa dapat pula terjadi ketika pengobatan tidak tepat. Gejala malaria pernisiosa pun bisa saja muncul tanpa diduga. Gejala tersebut berpotensi besar untuk timbul jika 5 persen eritrosit telah terkena infeksi. Ada 3 faktor penyulit pada malaria tropika yang masih dianggap gejala dan komplikasi secara bersamaan, yaitu:

  • Malaria algida di mana kondisi ini mirip dengan kondisi syok ketika tengah menjalani operasi.
  • Malaria serebral di mana inilah yang paling berbahaya walau awalnya begitu lambat. Malaria serebral akan mampu memengaruhi kinerja otak.
  • Gastro-intestinal di mana gejala ini mirip dengan kolera atau disentri.

Ada pula beberapa gejala klinis yang cukup berbeda dan kronis dibandingkan yang sudah disebutkan sebelumnya. Gejala-gejala di bawah ini adalah ciri-ciri malaria tropika yang timbul pada tahap yang sudah berat atau stadium aseksual yang dijumpai pada darah penderita.

  • Gagal ginjal.
  • Syok
  • Anemia normositik berat.
  • Malaria otak yang disertai dengan koma.
  • Asidosis
  • Hipoglikemia
  • Edema paru
  • Kejang yang terjadi secara berulang.
  • Malaria hemoglobinuria.
  • Perdarahan secara spontan.
  • Hiperpireksia
  • Ikterus atau jaundice (masalah pada bagian hati atau penyakit kuning).
  • Hiperparasitemia
  • Gangguan kesadaran
  • Tubuh yang sangat lemah.

Bahkan diketahui pula gejala hemolisis intravascular dapat terjadi besar-besaran dan akan ada gambaran klinis khas yang diistilahkan dengan “blackwater fever.” Nama lainnya lagi adalah febris iktero-hemoglobinuria dengan timbulnya gejala secara tiba-tiba.

Contoh gejala yang cukup mengejutkan karena terjadi secara mendadak antara lain seperti kondisi urine yang keluar dengan warna merah tua hingga kehitaman, belum lagi disertai muntah cairan yang warnanya warna empedu. Bila sudah ada gejala-gejala yang tampak begitu mengganggu dan sedikit tak normal, maka tentunya melakukan metode diagnosa akan sangat membantu.

(Baca juga: gejala chikungunya)

Diagnosa dan Pengobatan

Setelah penderita mengalami gejala, tentunya metode diagnosa perlu untuk ditempuh oleh para penderita malaria tropika. Untuk malaria tropika, diagnosa yang dilakukan adalah dengan menemukan parasit trofozoit muda yang tadi sudah dijelaskan dengan bentuknya yang menyerupai cincin. Proses untuk menemukan bisa dengan stadium gametosit yang ada pada sediaan darah tepi atau tanpa itu. Pemeriksaan fisik dan darah juga sudah sangat jelas perlu dilakukan, begitu pula pengambilan sampel jaringan bila diperlukan.

Sayangnya, malaria tropika memang begitu resisten terhadap obat, seperti klorokuin yang padahal ampuh dalam menyembuhkan malaria jenis lainnya. Tak seperti jenis malaria yang lain yang lebih mudah untuk diobati, memang jenis tropika begitu berat. Resistensi merupakan kemampuan dari parasit tersebut untuk bertahan hidup dan bahkan untuk tetap bisa berkembang biak.

Ketika parasit tetap mampu bertahan hidup dan bahkan terus bisa berkembang biak, maka otomatis gejala penyakit pun tetap ditimbulkan olehnya walau sudah diberi obat terhadap parasit tersebut. Meski dosis obat yang diberikan adalah standar atau malah di atas standar yang masih ditoleransi, resistensi tetap ada.

Namun bila ada kasus demikian, dokter biasanya akan memberikan obat malaria lainnya di mana obat-obat yang dimaksud adalah:

  • Kina 3×2 tablet yang perlu dikonsumsi selama 7 hari.
  • Kombinasi sulfadoksin 1000 mg bersama dengan 25 mg akan pirimetamin per tablet dengan dosis tunggal yang perlu dikonsumsi sebanyak 2-3 tablet.
  • Kombinasi tetrasiklin dan kina.
  • Jenis obat antibiotik seperti tetrasiklin selama 7-10 hari dengan dosis 4 x 250 mg per hari, serta minosiklin dengan dosis 2 x 100 mg per hari yang juga dikonsumsi seminggu.

(Baca juga: cara sederhana mengusir nyamuk)

Pengobatan secara Tradisional

Penderita malaria tropika tak hanya bisa mengandalkan resep dokter atau obat-obatan kimia saja. Jika bisa menggunakan obat tradisional, mengapa tak mencobanya saja? Ada berbagai kemungkinan bahan-bahan atau tanaman alami herbal yang bisa membantu untuk mengobati malaria tropika maupun jenis malaria akibat parasit lainnya.

  • Johar

Tanaman johar pasti sudah tak asing bagi sebagian dari kita dan memang karena telah melalui penelitian, jadi sudah terbukti bahwa tanaman ini dapat secara efektif dijadikan obat malaria. Di dalam daunnya ada kandungan alkaloida yang sifatnya memang sedikit beracun tapi masih terus ada pengujian untuk zat-zat tersebut.

Pohon johar sendiri sebetulnya mudah dijumpai karena kerap dijadikan pohon perindang di tepi jalan. Untuk meramunya, Anda tinggal mengambil sekitar ¾ genggam daunnya yang masih segar, cuci bersih, lalu rebuslah bersama 3 gelas air. Ketika sudah mendidih dan airnya tinggal sisa ¾-nya maka Anda bisa angkat dan saring. Minum air rebusannya sehari 3 kali dengan masing-masing konsumsi ¾ gelas.

  • Sambiloto

Daun tanaman sambiloto adalah jenis daun yang banyak digunakan sebagai obat bagi berbagai masalah kesehatan dan hal ini juga termasuk dalam mengobati malaria tropika serta malaria jenis lainnya. Memang sambiloto ini merupakan tanaman semusim dan biasa ditemukan tumbuh liar di halaman, ladang atau hutan asalkan tanahnya lembab.

Sambiloto bisa ditanaman sendiri juga di rumah apabila Anda membutuhkannya sebagai tanaman obat. Untuk meramunya sebagai obat malaria, cukup dengan mengambil beberapa lembar daunnya yang masih dalam kondisi segar. Air rebusan bisa dididihkan dan kemudian angkat untuk disaring; tunggu sampai menjadi hangat, barulah Anda bisa mengonsumsinya rutin hingga gejala hilang.

  • Temulawak

Kita semua tahu bahwa temulawak adalah jenis rempah yang banyak dimanfaatkan sebagai obat bagi yang punya penyakit maag atau asam lambung. Temulawak tak hanya dapat menjadi solusi bagi gangguan pencernaan pada lambung saja, malaria juga bisa diatasi dengan rempah satu ini. Ambil saja rimpangnya yang besarnya ¾ jari.

Ingat Anda harus mencucinya lebih dulu sampai bersih barulah ditumbuk hingga halus atau hancur. Kemudian ambil air matang sebanyak 2 sendok makan untuk ditambahkan ke dalam hasil tumbukan temulawak tadi, aduk hingga merata, saring untuk mengambil airnya. Ambil 4 sendok makan madu dan aduk-aduklah sebelum diminum rutin sehari 3 kali di mana dosisnya 2 sendok makan sekali minum.

  • Daun Pare

Selain itu, daun pare yang juga sudah sangat familiar bagi kita pun bisa menjadi bahan pengobatan tradisional akan penyakit malaria. Yang Anda butuhkan hanyalah mengambil daun pare yang kondisinya justru sudah cukup tua dan yang masih segar segenggam saja banyaknya.

Cuci dulu semua daun tersebut lebih dulu barulah Anda bisa menumbuknya hingga lumat; setelah lumat Anda bisa menyeduhnya bersama air matang atau air mendidih sebanyak 1 cangkir. Untuk tambahannya, Anda bisa memasukkan garam dapur sesuai yang dibutuhkan dan aduk merata. Saring untuk ambil airnya saja, kemudian konsumsilah sehari 1 kali segelas saja setiap Anda hendak makan.

  • Meniran

Tanaman lainnya yang bisa Anda pakai adalah daun meniran di mana daun ini memang sudah sangat terkenal mampu mengobati beragam gangguan kesehatan. Untuk dijadikan obat malaria, Anda perlu menyiapkan daun meniran segar sebanyak ½ genggam yang kemudian dicuci bersih lebih dulu sebelum merebusnya bersama dengan air 3 gelas.

Tunggu lebih dulu untuk mendidihkannya dan tunggu sampai akhirnya air menjadi tersisa ¾-nya, tunggu dingin. Ketika sudah dingin, barulah Anda menyaring sebelum dinikmati ramuannya sehari 3 kali sebanyak ¾ gelas masing-masing setiap kali konsumsi. Jika perlu, tambahkan pemanis alami seperti madu murni sedikit saja hanya supaya ada rasanya.

Sebagai alternatif, 7 batang meniran lengkap juga bisa dikombinasikan dengan sepotong kayu manis dan juga bunga cengkeh kering 5 biji banyaknya. Sesudah mencuci semuanya sampai bersih, Anda perlu menumbuk secara halus dan merebusnya bersama dengan 2 gelas air, tunggu hingga mendidih. Setelahnya Anda bisa mengangkat dan menyaringnya. Nikmati ramuan obat sehari 2 kali rutin yakni pagi dan sore.

  • Brotowali

Tanaman herbal lainnya yang tak kalah efektif sebagai obat malaria adalah brotowali di mana batangnya memiliki penuh benjolan dan berwarna hijau ditambah pula banyak kandungan airnya. Memang benar, brotowali sangat pahit rasanya karena di dalamnya terkandung zat pahit pikroretin.

Saking pahitnya, seseorang dapat muntah ketika mengonsumsinya, namun tak masalah karena Anda selalu boleh menambahkan pemanis ke dalam ramuan brotowali ini nantinya. Ambil batang brotowali segar sebanyak secukupnya dan bersihkan lebih dulu sebelum proses perebusan bersama 4,5 gelas air.

Didihkan sampai tersisa separuhnya saja, lalu saringlah dan tambahkan madu atau gula. Setiap hari, penderita malaria perlu meminum obat air rebusan brotowali secara rutin dan dianjurkan untuk minum sehari 3 kali. Untuk takarannya, setiap kali minum Anda bisa menyiapkan sekitar ¾ gelas saja.

  • Anuma

Tanaman lainnya yang layak dijadikan obat adalah anuma di mana daunnya berbentuk oval dengan panjang kira-kira 10 hingga 18 sentimeter. Pada tanaman ini diketahui mengandung banyak kandungan baik, seperti minyak atsiri, polifenol, flavonoida, dan juga saponin.

Tanaman ini bisa dijadikan obat malaria sekaligus obat penurun demam secara efektif. Untuk meramunya, sediakanlah 60 gram daun anuma yang berkondisi segar, cuci dan rebus di dalam air sebanyak 400 ml. Didihkanlah kurang lebih 10 menit sebelum kemudian Anda menyaringnya. Barulah sesudah disaring Anda bisa meminumnya ketika dingin; konsumsilah 2 kali sehari secara rutin, yaitu pagi dan sore untuk bisa mendapatkan hasil kesembuhan yang sempurna.

(Baca juga: bahaya gigitan agas)

Itulah sepintas tentang malaria tropika berikut informasi mengenai penyebab, gejala, parasit itu sendiri, dan juga diagnosa berikut pengobatan medis dan tradisionalnya yang kiranya dapat membantu Anda untuk menyembuhkan malaria dengan baik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn