Alynol – Fungsi – Obat apa- Dosis Dan Efek Samping

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Alynol merupakan merek dagang dari jenis obat allylestrenol yang biasa diresepkan bagi wanita hamil. Allynol merupakan obat yang menyerupai hormon progesteron, yaitu hormon pada wanita yang dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium wanita, plasenta, dan kelenjar adrenal yang berfungsi menyiapkan uterus (rahim) sebagai tempat tertanamnya sel telur yang telah dibuahi dan akan berkembang menjadi zigot.

Obat ini diresepkan untuk mencegah aborsi (ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, batasannya adalah usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram) yang mengancam serta keguguran yang berulang.

Mekanisme kerja:

Sama hal nya seperti hormon progesteron, obat jenis allylestrenol (dengan salah satu merek dagang alynol) memiliki struktur dan fungsi seperti hormon progesteron pada wanita. Hormon progesteron akan berikatan pada reseptor dari hormon estrogen dan progesteron. Pada wanita, hormon progesteron akan sangat berguna bagi pengembangnan jaringan desidua dan dibutuhkan untuk meninfkatkan kesiapan rahim dalam menerima implantasi / penanaman embrio (calon bayi) di dalamnya. Progesteron juga bekerja dalam meransang pertumbuhan jaringan alveolar pada mamae dan merelaksasikan otot polos yang ada pada uterus.

Indikasi:

Allylestrenol dapat dikonsumsi sesuai dengan resep dokter dengan indikasi:

  1. Pencegahan Aborsi. Aborsi menurut jurnal kesehatan dari luar negeri memang belum jelas mekanisme pasti nya hingga saat ini. Namun beberapa jurnal menyatakan bahwa aborsi terjadi apabila terjadi penurunan ekspresi dari gen reseptor Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang menghasilkan hormon progesteron dan estrogen. Dengan berkurangnya hormon tersebut (hormon progesteron dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan hormon progesteron), maka dapat menekan ekspresi gen dari reseptor GnRH yang akhirnya mencegah GnRH dalam megirim sinyal ke reseptornya dan menurunkan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang dengan menurunnya hormon yang biasa dideteksi saat kehamilan tersebut, maka akan muncullah risiko keguguran
  2. Mencegah bayi lahir prematur (lahirnya bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu). Bayi lahir prematur biasanya disebabkan oleh berbagai hal seperti bakteri dan gaya hidup selama hamil yang kurang baik ( contohnya merokok, mengonsumsi alkohol, mengonsumsi obat – obatan terlarang, kurang nutrisi selama kehamilan)
  3. Memungkinkan untuk menjadi pilihan terapi penyakit pada pria yaitu benign prostatic hyperplasia (BPH), yaitu pembesaran prostat jinak yang ditandai dengan adanya proliferasi sel – sel pada prostat. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa retensi urin, insufisiensi ginjal, hematuria (buang air kecil berdarah), penyakit infeksi saluran kencing berulang, calculi pada kandung kemih (adanya batu pada kandung kemih yang dapat disebabkan karena kandung kemih yang tidak kosong sepenuhnya setelah buang air kecil, atau bisa disebabkan juga karena penumpukan mineral di kandung kemih)

Kontraindikasi:

  1. Hipersensitivitas (reaksi berlebihan bersifat patologis yang ditimbulkan oleh sistem imun tubuh yang menimbulkan beberapa gejala yang tidak diinginkan) terhadap obat allylestrenol.
  2. Thrombophleobitis,yaitu proses peradangan atau inflamasi yang menyebabkan timbulnya bekuan darah sehingga menyumbat akiran darah pada vena, thrombophleobitis biasanya timbul di kaki.
  3. Aborsi inkomplit. Aborsi inkomplit adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, batasannya adalah usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram. Pada aborsi inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, namun sebagian lagi masih ada yang tertinggal. 
  4. Keganasan atau karsinoma yang bergantung terhadap hormon (kanker yang berhubungan dengan gangguan produksi dan penyebaran hormon)
  5. Apoplexy cerebral, yaitu keadaan akut yang terjadi pada sistem neurologis manusia yang disebabkan oleh adanya perlukaan atau lesi di otak, batang otak, atau otak kecil.
  6. Gangguan hepar yang parah dengan munculnya ciri – ciri gangguan hati
  7. Kehamilan normal

Dosis:

obat ini harus diresepkan oleh dokter karena pemberian dosis harus disesuaikan dengan keadaan tubuh pasien, namun obat yang diindikasikan untuk aborsi yang mengancam ini biasanya diresepkan dengan ketentuan dosis dewasa 5 mg dikonsumsi lewat oral (diminum) sebanyak 3 kali sehari selama 5 – 7 hari.

Efek Samping Obat

  1. Gangguan pada sistem pencernaan
  2. Perubahan nafsu makan yang bepengaruh ke berat badan
  3. Retensi cairan (keadaan yang timbul akibat jumah cairan berlebih di dalam tubuh sehingga menyebabkan sel menjadi bengkak dan muncul lah edema, dapat diatasi dengan berbagai cara mengatasi retensi air)
  4. Edema atau pembengkakan
  5. Munculnya jerrwat
  6. Kemerahan pada kulit
  7. Rasa gatal atau penyakit urtikaria (biasa disebut biduran atau kaligata, muncul sebagai akibat dari reaksi pembuluh darah terhadap sesuatu termasuk obat)
  8. Sakit kepala
  9. Demam
  10. Kelemahan
  11. Perubahan siklus menstruasi karena penggunaan obat ini mempengaruhi sistem hormonal di dalam tubuh wanita.
  12. Hirsutisme (keadaan yang tidak diinginkan timbul pada wanita, keadaan tersebut berupa tumbuhnya rambut di area yang biasa muncul pada laki – laki contohnya seperti kumis, jenggot, dan rambut di bagian dada). Penyakit ini biasanya di dapatkan secara keturunan. Penyakit ini disebabkan oleh kelebihan hormon androgen pada wanita yang dapat menyebebabkan berbagai bahaya kelebihan hormon testosteron pada wanita
  13. Perubahan pada payudara

Hal yang perlu diketahui tentang obat ini :

  1. Obat ini hanya dikonsumsi di bawah resep dari dokter
  2. Hentikan penggunaan obat apabila terjadi perubahan pada pengelihatan berupa kehilangan daya melihat pada salah satu atau kedua mata, munculnya proptosis (pembengkakan pada bagian anterior mata yang biasa ditemukan pada pasien dengan diagnosis graves disease yang merupakan salah satu dari jenis-jenis penyakit autoimun) atau diplopia (pengelihatan ganda yang muncul ketika melihat objek yang sebenarnya hanya satu, objek dapat dilihat ganda secara vertikal maupun horizontal) timbul gejala migrain dan gangguan emboli (terbentuknya bekuan darah yang menghalangi jalannya aliran darah), penyakit epilepsi, asma, disfungsi ginjal atau jantung.
  3. Kurang direkomendasikan untuk pasien dengan riwayat depresi, toleransi glukosa terganggu, serta pasien dengan riwayat penyakit diabetes. Hindari penghentian obat yang secara tiba – tiba karena akan menimbulkan kemungkinan terjadi perdarahan.
  4. obat harus diturunkan dosisnya secara perlahan (tappering off).
  5. Obat dapat diminum sebelum atau sesudah makan. Namun lebih direkomendasikan untuk diminum sesudah makan untuk menghindari munculnya permasalahan pada sistem pencernaan

Interaksi obat :

Peningkatan clearance obat (volume cairan tubuh yang dibersihkan oleh obat per satuan waktu) dengan jenis obat seperti:

  1. carbamazepine ( obat yang umum diresepkan bagi pasien dengan gejala kejang – kejag akibat epilepsi)
  2. griseofulvin (Obat yang biasanya diresepkan untuk pasien dengan keluhan gatal – gatal di bagian kepala, selangkangan, paha, serta infeksi jamur yang menyerang kuku tangan dan kaki)
  3. phenobarbital (obat yang diresepkan untuk mencegah munculnya kejang berulang pada pasien dengan penyakit epilepsi)
  4. phenytoin ( sama halnya seperti fenobarbital, fenitoin diresepkan untuk mencegah terjadinya kejang berulang pada pasien epilepsi karena obat tersebut dapat menekan aktifitas kelistrikan di otak)
  5. rifampicin ( obat yang umum diketahui sebagai obat yang dapat memerangi bakteri, salah satunya untuk pasien dengan diagnosis penyakit TBC
  6. Penggunaan obat ini dengan ketoconzaol (yaitu obat yang biasa diresepkan kepada pasien dengan kelhan gatal akibat jamur, biasanya pasien dengan penyakit panu, kurap di sekitar tubuh, dermatitis seboroik, dan ketombe) akan meningkatkan bioavailabilitas ( zat aktif yang diserap tubuh setelah melalui metabolisme lintas pertama).
  7. Penggunaan obat ini bersamaan dengan atazanavir yaitu salah satu obat anti virus dapat menurunkan jumlah obat allylestrenol yang diserap.
  8. Berpotensi untuk fatal: penggunaan obat allylestrenol bersamaan dengan ciclosporin, yaitu obat yang umum digunakan untuk meningkatkan jumlah air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata sebagai terapi mata kering akibat keratoconjunctivitis sicca. Penggunaan kedua obat tersebut tidak direkomendasikan karena allylestrenol dapat meningkatkan konsentrasi ciclosporin.

Rute ekskesi ( pembuangan obat) :

Setelah melalui metabolisme lintas pertama di hepar, Obat akan diekskresikan melalui urin dan empedu. Progesteron yang dimetabolisme oleh hati dan dieksresikan lewat empedu akan melalui siklus enterohepatik dan akan diekskresikan lewat feses. Namun umumnya proses ekresi dilakukan oleh ginjal dan dikeluarkan lewat urin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn