Campak Jerman – Gejala, Penyebab dan Pencegahan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Campak Jerman atau Rubella merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus rubella. Penyakit ini sering kali tidak disadari oleh penderitanya. Ruam biasanya akan mulai dua minggu setelah terserang dan bertahan selama tiga hari. Ini biasanya dimulai di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Ruam tidak seterang campak biasa dan kadang gatal. Swollen lymph nodes biasanya akan terjadi pada penderita. Gejala lainnya dapat berupa sakit tenggorokan, kepala sering pusing, dan demam naik turun. Infeksi selama kehamilan bisa diakibatkan oleh CRS atau congenital rubella syndrome (CRS) atau keguguran. Gejala CRS dapat berupa masalah pada penglihatan seperti gejala katarak, pada telinga seperti ketulian, gejala jantung koroner, dan otak. Masalah tersebut jarang ditemui setelah minggu ke-20 dari kehamilan.

Rubella biasanya menyebar melalui udara melalui batuk dari orang yang terinfeksi. Orang yang terinfeksi selama seminggu sebelumnya dan setelah munculnya ruam. Bayi dengan CRS mungkin akan bisa menyebarkan virus tersebut selama lebih dari satu tahun. Penyebaran virus ini hanya akan menginfeksi manusia. serangga tidak menyebarkan penyakit ini. Sekali tersembuhkan, maka manusia akan imun terhadap infeksi di masa selanjutnya. Melakukan tes dapat dilakukan untuk menverifikasi imunitas seseorang terhadap virus ini. Diagnosa menemukan virus ini pada darah, tenggorokan, atau air kencing. Tes pada darah untuk antibobi juga berguna.

Rubella dapat dicegah dengan adanya vaksin rubella dengan dosis tunggal yang efektif 85%. Ini sering dikombinasikan dengan vaksin campak dan vaksin gondok, yang dikenal dengan MMR vaksin. Dengan populasi vaksin kurang dari 80%, bagaimanapun lebih banyak wanita mungkin akan terserang pada usia beranak tanpa mengembangkan imunitas dan masalah dapat meningkat. Saat sudah terinfeksi maka tidak ada pengobatan spesifik untuk mengatasinya.

Rubella merupakan infeksi yang biasa terjadi di banyak area di dunia. Setiap tahun sekitar 100.000 kasus gejala rubella terjadi. Tingkat penderita penyakit menurun di banyak tempat termasuk di Amerika sebagai hasil dari vaksinasi. Ada upaya yang terus dilakukan untuk mengeliminasi penyakit ini secara global. Nama “rubella” sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti merah kecil. Ini pertama kali dideskripsikan sebagai penyakit terpisah oleh ilmuwan kesehatan Jerman pada tahun 1814 dan menghasilkan nama penyakit “German measles” atau campak jerman. Pada tanggal 29 April 2015, World Health Organization mendeklarasikan bahwa Amerika secara resmi bebas dari transmisi rubella.

Setiap orang sebenarnya bisa terjangkit rubella jika mereka belum pernah menderita penyakit ini dan belum diimunisasi. Bisa juga karena mereka gagal mengembangkan kekebalan tubuh yang cukup untuk menangkal rubella. Imunisasi sendiri memang ampuh dalam mengatasi masalah penyakit campak Jerman atau rubella namun sekitar 5-10% dari orang yang telah diimunisasi dapat terjangkit rubella jika mereka belum mengembangkan antibodi yang cukup dalam tubuh mereka.

Tanda dan Gejala

Rubella memiliki gejala yang serupa dengan flu. Gejala utama dari rubella adalah munculnya ruam pada wajah yang akan menyebar ke tubuh dan anggota tubuh lainnya. Ruam tersebut biasanya akan hilang dalam tiga hari. ruam pada wajah biasanya bersih setelah menyebar ke bagian lain pada tubuh. Gejala lainnya antara lain deman, bengkak pada kelenjar, linu pada sendi, dan sakit kepala.

Pembengkakan pada kelenjar dapat bertahan dalam seminggu dan demam jarang berada di atas 38 derajat Celcius. Ruman pada campak Jerman ini berwarna pink atau merah terang. Ruam tersebut menyebabkan rasa gatal dan sering bertahan sekitar tiga hari. Ruam tersebut akan menghilang setelah beberapa hari tanpa noda atau kulit yang mengelupas. Saat ruam bersih, kulit mungkin akan mengelupas pada bagian yang sebelumnya ruam.

Rubella dapat berefek pada setiap orang, pada usia berapapun dan merupakan penyakit ringan, jarang pada bayi atau orang yang di atas 40 tahun. Orang yang lebih tua biasanya akan lebih menderita akibat gejala yang dialami. Lebih dari 60% wanita dewasa mengalami masalah sakit sendi atau artritis saat menderita rubella.

Pada anak-anak, rubella biasanya menyebabkan gejala yang bertahan dua hari, dan termasuk:

  • Ruam mulai pada wajah yang menyebar pada bagian tubuh lainnya
  • Demam ringan kurang dari 38,3 derajat Celcius
  • Posterior cervical lymphadenopathy

Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa, terdapat gejala yang terdiri dari:

  • Kelenjar yang membengkak
  • Coryza
  • Linu pada persendian (terutama remaja wanita)

Masalah serius lain yang dapat terjadi antara lain:

  • Infeksi otak
  • Masalah pendarahan
  • Kecatatan saat kelahiran
  • Katarak
  • Glaukoma
  • Masalah jantung
  • Pendengaran yang berkurang

Coryza pada rubella dapat berubah menjadi pneumonia, apakah menjadi viral pneumonia atau secondary bacterial pneumonia, dan bronkitis (viral bronkitis atau bronkitis bakteri).

Jika merasa memiliki gejala yang mengarah pada rubella maka bisa langsung melakukan pemeriksaan ke dokter. Meskipun tidak ada penanganan khusus untuk mengatasinya namun dokter akan berusaha mengurangi keadaan tak nyaman yang diakibatkan dari gejala yang mengenai penderita. Bagi wanita berencana hamil sebaiknya segera memeriksakan diri apakah dirinya sudah kebal terhadap rubella. Bagi yang belum pernah menerima vaksin maka secepatnya perlu diimunisasi. Tes darah juga perlu dilakukan untuk memastikan bahwa seseorang imun terhadap rubella.

Gejala Cacat Rubella

Rubella dapat menyebabkan congenital rubella syndrome pada anak yang baru lahir. Gejala (CRS) mengikuti infeksi intrauterine oleh virus rubella dan kecacatan pada cardiac, cerebral, ophthalmic, dan pendengaran. Ini juga bisa menyebabkan kelahiran prematur, berat badan yang kurang, dan neonatal thrombocytopenia, anemia, dan hepatitis. Risiko kecacatan mayor atau organogenesis paling tinggi pada infeksi di semester pertama. CRS merupakan alasan utama sebuah vaksin dari rubella dikembangkan.

Banyak ibu yang menderita rubella pada trimester pertama menderita keguguran atau bayinya tetap lahir namun menderita infeksi seperti mengalami gangguan pada jantung, kebutaan, tuli, atau gangguan pada bagian organ lainnya. Untuk alasan tersebut, rubella masuk dalam infeksi perinatal TORCH complex. Sekitar 100.000 kasus rubella ini terjadi setiap tahunnya.

Penyebab

Penyakit campak Jerman disebabkan oleh virus Rubella, sebuah togavirus yang terbungkus dan memiliki genome RNA single-stranded. Virus tersebut ditransmisi dengan rute pernapasan dan mereplikasi di nasopharynx dan lymph nodes. Virus ini ditemukan pada darah di hari ke 5 sampai ke 7 setelah infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Virus tersebut memiliki properti teratogenic dan mampu melewati plasenta dan menginfeksi fetus yang menghentikan sel berkembang atau menghancurkan mereka. selama masa inkubasi, pasien dapat menularkan sekitar satu minggu sebelum muncul ruam dan sekitar satu minggu setelahnya. Infeksi rentan meningkat mungkin diwariskan karena ada beberapa indikasi bahwa HLA-A1 atau faktor yang ada di sekitar A1 ikut dalam infeksi virus tersebut.

Orang yang paling berisiko menderita campak rubella yaitu orang yang tidak melakukan imunisasi campak rubella dan belum pernah menderita rubella sejak kecil. Namun orang yang terkena infeksi rubella sejak kecil tidak menjamin bahwa mereka terbebas dari rubella di kemudian hari. Tes darah tetap diperlukan sebelum kehamilan untuk memastikan kekebalan tubuh.

Diagnosis dan Pencegahan

Virus Rubella antibodi IgM muncul di orang yang baru terinfeksi virus Rubella tapi antibodi tersebut bertahan lama selama lebih dari setahun dan hasil tes yang positif perlu diinterprestasikan dengan penyebabnya. Hadirnya antobodi tersebut bersamaan dengan atau setelah munculnya ruam yang dikonfirmasi dengan diagnosis.

Untuk masalah pencegahan, infeksi Rubella dapat dicegah dengan adanya program imunisasi menggunakan vaksin. Vaksin virus hidup yaitu RA 27/3 dan Cendehill efektif untuk mencegah penyakit ini. Namun vaksin yang diberikan pada wanita yang sudah puber tidak memberikan penurunan yang signifikan pada kasus CRS di Inggris. Pengurangan dapat tercapai dengan imunisasi pada saat anak-anak.

Vaksin tersebut saat ini biasanya diberikan sebagai bagian dari vaksin MMR. WHO merekomendasikan dosis pertama diberikan pada usia 12 sampai 18 bulan dan dosis kedua diberikan pada usia 36 bulan. Wanita hamil biasanya dites untuk imunitas rubella pada saat awal kehamilan. Wanita yang ditemukan mudah terkena tidak akan divaksinasi sampai bayi tersebut lahir karena vaksin tersebut mengandung virus hidup.

Program imunisasi terbilang cukup sukses, Cuba mendeklarasikan bebas dari penyakit ini pada 1990 dan pada 2004 diumumkan bahwa rubella juga telah dieliminasik dari Amerika Serikat. Screening untuk rubella dalam sejarah vaksinasi atau oleh serology direkomendasikan di Amerika Serikat untuk semua wanita pada usia beranak dan pada saat mereka konseling preconception untuk mengurasngi kasus congenital rubella syndrome (CRS). Ini direkomendasikan bahwa semua wanita yang tidak hamil pada usia beranak harus diberikan vaksin rubella. Karena kemungkinan teratogenicity, penggunaan vaksin MMR tidak direkomendasikan selama kehamilan. Wanita yang belum divaksi harus segera divaksin sesegera mungkin pada masa postpartum.

Tidak ada pengobatan spesifik untuk Rubella, bagaimanapun manajemen penanganan penyakit yang baik diperlukan untuk mengurangi ketidaknyamanan yang dialami penderita. Pengobatan pada bayi yang baru lahir difokuskan pada manajemen komplikasi. Masalah jantung dan katarak dapat diatasi dengan operasi langsung. Manajemen ocular congenital rubella syndrome (CRS) serupa dengan macular degeneration, termasuk konseling, monitoring regular, dan perlengkapan masalah penglihatan jika diperlukan.

Namun ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin MMR. Orang-orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin MMR antara lain:

  • Orang yang alergi pada antibiotik neomicyn
  • Wanita yang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah diimunisasi.
  • Orang yang menderita penyakit apa saja atau orang yang menerima pengobatan yang menekan sistem kekebalan, seperti cortisone dan prednisolone.
  • Orang yang menderita infeksi akut.

Reaksi yang ditimbulkan dari vaksin MMR antara lain merasa kurang sehat, demam rendah, dan mungkin akan muncul ruam selama enam sampai sebelas hari setelah imunisasi. Orang yang telah diimunisasi tidak menulaskan pada orang lain. Ada juga reaksi berat terhadap vaksin yang berupa pembengkakan otak namun sangat jarang. Mungkin hanya terjadi satu kali dari sejuta dosis.

Ada juga beberapa orang yang tak membutuhkan vaksin MMR. Orang-orang tersebut antara lain orang yang telah mendapatkan dua dosis vaksin MMR setelah 12 bulan atau sekali vaksin MMR dan sekali vaksin campak, telah memeriksakan darahnya yang menunjukkan dia imun terhadap rubella, pria yang lahir sebelum 1957, perempuan yang lahir sebelum 1957 serta tidak berencana memiliki anak lagi.

Epidemiologi

Rubella adala penyakit yang terjadi di seluruh dunia. Virus tersebut meningkat selama musim panas. Sebelum vaksin ditemukan, rubella dikenal pada tahun 1969, menyebar biasanya terjadi setiap 6-9 tahun di Amerika Serikat dan 3-5 tahun di Eropa, biasanya berefek pada anak-anak di usia 5-9 tahun. Sejak vaksin dikenalkan, penyakit rubella menjadi jarang terjadi negara-negara yang memiliki tingkat tinggi.

Vaksinasi telah diinterupsi dari transmisi rubella di Amerika dengan tidak ada kasus endemi yang telah diobservasi sejak February 2009. Virus tersebut dapat dimunculkan kembali untuk daerah lainnya, jadi orang-orang masih membutuhkan vaksinasi agar terbebas dari rubella. Selama epidemi di Amerika Serikat pada tahun 1962-1965, virus infeksi rubella selama kehamilan diestimasikan menyebabkan 30.000 kelahiran dan 20.000 lahir dengan kecacatan akibat dari CRS. Imunisasi universal memproduksi level tinggi dari imunitas yang penting untuk mengontrol epidemi dari rubella.

Di Inggris, tersisa banyak populasi laki-laki yang mudah terkena rubella yang tidak tervaksinasi. Rubella sempat mewabah pada banyak laki-laki muda di Inggris pada tahun 1993 dan 1996 dengan infeksi ditransmisikan ke wanita hamil. Banyak dari mereka merupakan imigran yang memang mudah terkenal. Rubella masih meningkat biasanya pada negara yang vaksinnya tidak dapat diakses dengan baik oleh seluruh masyarakatnya.

Di Jepang, 15.000 kasus rubella dan 43 kasus CRS dilaporkan pada National Epidemiological Surveillance of Infectious Diseases antara tanggal 15 Oktober, 2012 dan 2 Maret 2014. Penderita biasanya laki-laki dengan usia 31 tahun sampai 51 tahun dan dewasa muda berumur 24-34 tahun.

Sejarah Rubella

Rubella perama kali dideskripsikan pada pertengahan abad ke-18. Friedrich Hoffman membuat sebuah deskripsi klinis dari rubella pada tahun 1970 yang dikonfirmasi oleh de Bergen pada 1752 dan Orlow pada 1758. Pada tahun 1814, George de Maton pertama kali mengungkapkan bahwa ini berbeda dari campak dan scarlet fever. Semua dokternya adalah orang Jerman, dan penyakit tersebut telah dikenal sebagai Rotheln yang umum disebut dengan campak Jerman. Henry Veale, seorang dokter bedah tentara Kerajaan Inggris mendeskripsikan sebuah wabah di India. Dia memberi nama “rubella” yang berasal dari kata Latin yang berarti “little red” pada tahun 1866.

Ini kemudian dikenalkan secara formal pada tahun 1881, di International Congress of Medicine di London. Pada 1914, Alfred Fabian Hess berteori bahwa rubella disebabkan oleh virus yang dasarnya bekerja pada monyet. Pada 1938, Hiro dan Tosaka mengkonfirmasi hal ini dengan mengirimkan penyakit ini pada anak dari kasus akut.

Pada tahun 1940, ada epidemi rubella yang menyebar di Australia. Norman McAllister Greg menemukan 78 kasus dari katarak pada bayi dan 68 dari mereka lahir dari ibu yang menderita rubella pada awal kehamilan. Gregg mempublikasikan di Congenital Cataract Following Germa Measles in the Mother pada tahun 1941. Dia mendeskripsikan variasi masalah yang saat ini dikenal sebagai congenital rubella syndrome atau CRS dan menyadari bahwa ibu telah terinfeksi pada awal kehamilan dapat menyebabkan masalah pada bayi mereka.

Karena belum ada vaksin yang dapat mengobatinya, beberapa majalah populer mempromosikan “German measles parties” untuk anak-anak yang terinfeksi menyebarkan penyakit tersebut ke anak lain terutama anak perempuan agar mereka segera imun dari penyakit tersebut sehingga tidak akan mendapatkan penyakit tersebut saat kehamilan.

Ada kejadian pandemik rubella antara tahun 1962 dan 1965, dimulai di Eropa dan menyebar ke Amerika Serikat. Saat itu di Amerika Serikat sendiri diperkirakan terdapat 12,5 juta kasus rubella. Ini menyebabkan 11.000 keguguran atau therapeutic abortions dan 20.000 kasus CRS. Saat itu ada sekitar 2.100 yang meninggal, 12.000 menderita ketulian, 3.580 buta, dan 1.800 menderita masalah mental. Di kota New York saja, CRS menginfeksi 1% dari semua kelahiran.

Pada tahun 1969 sebuah vaksin kemudian dilisensi. Pada tahun 1970, tiga vaksin yang dapat mencegah campak, gondok, dan rubela kemudian diperkenalkan dengan sebutan MMR. Pada 2006, dikonfirmasi kasus di Amerika menurun di bawah 3000 per tahun. Namun pada 2007, terjadi wabah di Argentina, Brazil, dan Chile, meningkatkan kasus menjadi 13.000 pada tahun tersebut.

Pada Januari 2014, WHO dan Pan American Health Organization mendeklarasikan Colombia bebas dari rubella dan menjadi negara Amerika Latin yang bebas dari penyakit tersebut. Pada 29 April, 2015, Amerka menjadi wilayah pertama yang terbebas dari rubella. Rubella masih umum di beberapa wilayah di dunia. Menurut Susan E. Reef, kepala sebuah gerakan imunisasi global mengungkapkan bahwa tidak mungkin dapat membebaskan semua negara dari rubella sebelum 2020.

Perbedaan Rubella/Campak Jerman dan Campak Biasa

Campak Jerman atau Rubella dan gejala campak biasa atau rubeolo memiliki nama yang serupa, keduanya disebabkan oleh virus. Keduanya juga sama-sama menyebabkan kulit ruam dan keduanya merupakan jenis cacar. Meskipun kedua penyakit tersebut memiliki kesamaan namun memiliki karakteristik yang berbeda.

Perbedaan besar antara campak Jerman dan campak biasanya adalah rubella dapat disebut penyakit sedang yang hanya bertahan sampai tiga hari. Campak biasa dapat menjadi penyakit serius dan dapat menyebabkan komplikasi permanen yang serius. Rubella sendiri juga bisa menjadi penyakit serius bagi ibu hamil jika ibu hamil tersebut tertular rubella di 20 minggu pertama kehamilannya.

Jika ibu hamil terkena rubella maka dapat menyebabkan kecacatan pada janin dan bahkan keguguran. Orang dengan rubella mungkin tidak memiliki gejala yang signifikan sehingga kadang sulit diketahui bahwa mereka sakit. Jadi memang sangat penting bagi perempuan pada usia matang telah diimunisasi untuk mencegah rubella. Mereka sudah harus melakukan imunisasi setidaknya satu bulan sebelum kehamilan.

Ruam pada campak Jerman berwarna pink atau merah terang, bertahan sampai tiga hari. Gejala lainnya dapat berupa demam ringan, bengkak, dan sakit pada persendian. Anak-anak dapat sembuh sekitar satu minggu tapi orang dewasa dapat lebih lama. Sedangkan ruam pada campak biasa yaitu merah atau merah-cokelat pada seluruh tubuh. Gejala pertama biasanya batuk-batuk, bersin, dan demam tinggi. tambahannya tanda umum ditemukan pada penderita campak yaitu berubah bintik Koplik yang muncul di mulut dengan warna merah kecil dan biru putih di tengahnya. Campak menular selama empat hari sebelum gejala terjadi dan empat hari setelah ruam menghilang. Komplikasi pada campak dapat menjadi serius. Menurut CDC, 6 sampai 20 persen akan mengalami infeksi telinga, diare, dan kemungkinan pneumonia. Satu dari setiap 1.000 kasus mengalami peradangan otak atau encephalitis dan satu dari 1.000 penderita rata-rata akan meninggal.

Tidak ada pengobatan khusus untuk penderita campak Jerman ataupun campak biasa. Yang dibutuhkan adalah imunisasi untuk mencegah berkembangnya penyakit tersebut. Vaksin MMR biasanya diberikan pada anak dengan usia 12 sampai 15 bulan dan 4 sampai 6 tahun. Sebelum ditemukannya vaksinasi tersebut, di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 3 sampai 4 juta orang terinfeksi campak setiap tahunnya. Dari semua penderita tersebut, 400 sampai 500 orang meninggal sementara 1.000 penderita lainnya menderita encephalitis. Imunisasi atau vaksi MMR perlu terus ditingkatkan di berbagai negara untuk menghindari penyakit ini. Negara-negara berkembang seperti Indonesia perlu juga meningkatkan imunisasi vaksin campak dan rubella. Memang tidak mudah karena ruang lingkup dan budaya di tiap negara kadang dapat mempersulit.

artikel lainnya yang bermanfaat bagi anda:

fbWhatsappTwitterLinkedIn