Jantung merupakan organ penting yang bertanggung jawab memompa darah ke seluruh tubuh. Darah yang terpompa adalah yang kaya oksigen lalu mengalir melalui beragam pembuluh darah. Salah satunya lewat arteri yang bentuknya seperti tabung, mengalirkan darah ke kapiler-kapiler yang terhubung dengannya untuk disebar ke seluruh organ tubuh. Selain darah, ada kolesterol yang ikut lewat arteri. Kolesterol berlipoprotein tinggi segera kembali ke hati untuk diproses kembali, lalu dibuang tubuh. Sedangkan yang berlipoprotein rendah lebih suka menempel pada arteri sehingga menyebabkan penyumbatan arteri. Penyumbatan bisa terjadi karena merokok, kolesterol yang tinggi dan penyakit kardiovaskular. Arteri yang menyempit lalu disebut stenosis. (Baca juga: Kolesterol Tinggi – Daftar Makanan Rendah Kolesterol Jahat – Sayuran Penurun Kolesterol)
Jika sumbatan makin semakin banyak hingga menumpuk, maka disebut aterosklerosis. Jadi, aterosklerosis merupakan kondisi di mana plak lemak terbentuk di dinding dalam arteri. Aterosklerosis ini dapat terjadi pada arteri manapun, termasuk di arteri koroner sebagai pembawa darah kaya oksigen ke jantung. Pada keadaan demikian, tingkat resiko terhadap hipertensi dan penyakit jantung menjadi meningkat. Untuk memperbaiki dinding arteri telah mengalami kerusakan atau penyempitan, sistem kekebalan tubuh mengirim sel trombosit. Namun hal ini juga beresiko menyebabkan terjadinya penggumpalan darah yang sangat berbahaya sebab mampu berpindah ke bagian tubuh lain. Kejadian ini disbut embolisme.
Untuk mengatasi hal tersebut, peru dilakukan tindakan medis untuk mengurangi resiko kematian. Tindakan tersebut bernama angioplasti, yang berfungsi mengembalikan aliran darah menjadi normal akibat aterosklerosis dan penyakit jantung.
Pengertian Angioplasti
Angioplasti merupakan sebuah tindakan medis non-bedah dengan invasif minimal untuk melebarkan pembuluh darah arteri yang menyempit atau tersumbat. Tujuannya agar terjadi peningkatkan aliran darah ke jantung sehingga darah mengalir kembali dengan normal. Biasanya angioplasti dilakukan bersamaan dengan pemasangan cincin / ring jantung agar arteri tetap terbuka. Dalam tindakan ini, ada kateter yang digunakan untuk memasukkan balon pemompa dan pendorong mendorong timbunan plak pada dinding arteri sehingga tidak menempel lagi. Angioplasti adalah satu-satunya cara untuk melebarkan arteri dengan cepat.
Yang Perlu Menjalani Angioplasti
Utamanya, angioplasti dilakukan pada pasien dengan diagnosa aterosklerosis ataupun penyakit jantung koroner. Aterosklerosis tidak menimbulkan gejala spesifik pada tahap awal. Penumpukan plak bisa terjadi sejak masa anak-anak, ditambah bila terjadi obesitas pada anak. Pada keadaan ini, aterosklerosis bisa muncul lebih dini. (Baca juga: Penyebab Penyakit Aterosklerosis – Penyebab Stroke Iskemik – Penyempitan Pembuluh Darah Jantung)
Selain obesitas, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko ateroklorosis, misalnya: memiliki tekanan darah tinggi, tingkat kolesterol dalam darah yang tinggi dengan kepadatan lipoprotein rendah (kolesterol jahat), memiliki penumpukan trigliserida serta adanya riwayat penyakit serupa dalam keluarga. Bila dibiarkan, aterosklerosis dapat berubah menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan akumulasi plak ateromatosa di dinding arteri koroner jantung yang memasok oksigen dan nutrisi penting ke otot-otot jantung.
Aterosklerosis dan penyakit jantung koroner dapat didiagnosa melalui arteriogram dan angiografi. Angiografi adalah teknik pencitraan yang digunakan untuk melihat bagian dalam organ (lumen) dan pembuluh darah. Tindakan pencitraan medis dan angiografi ini sering digunakan untuk memeriksa kondisi jantung, pembuluh arteri, dan vena. Sebelumnya pencitraan medis ini dilakukan dengan cara menyuntikkan zat kontras ke dalam pembuluh darah yang dapat dipantau dengan sinar-X maupun fluoroskopi. Zat kontras lalu memunculkan tampilan buram dalam radiograf sehingga dokter dapat memeriksa sumbatan yang ada.
Pemeriksaan pelengkapnya adalah elektrokardiogram (EKG) yang dapat memonitor aktivitas kelistrikan pada jantung. Jika tampak abnormalitas di hasil EKG, dokter menyelidiki lebih lanjut dan memastikan apakah pasien mengidap arteri stenosis atau tidak. Jika ternyata hasilnya stenosis ringan, angioplasti lalu direkomendasikan sebagai intervensi medis yang tepat daripada menjalani bedah jantung terbuka. (Baca juga: Holter EKG – EKG Jantung Abnormal – Prosedur Pemeriksaan Echpcardiography)
Jenis Angioplasti
Angioplasti ada 2 jenisnya, yaitu angioplasti perifer dan angioplasti koroner.
- Angioplasti perifer
Dikatakan sebagai angioplasti perifer bila penggunaan balon pembuka pembuluh darah arteri koroner berada di luar. Biasanya ini untuk pengobatan aterosklerotik di pembuluh darah area perut, kaki dan ginjal.
- Angioplasti koroner
Untuk pengobatan penyempitan arteri koroner di jantung pada penyakit jantung koroner, dilakukan angioplasti koroner.
Prosedur Sebelum Dilakukan Angioplasti
Angioplasti dilakukan di rumah sakit oleh dokter spesialis jantung. Sebelumnya dokter spesialis jantung memberikan informasi yang lengkap kepada pasien, mengenai: prosedur, resiko, komplikasi, serta kontrol ulang pada angioplasti. Dengan begini, kecemasan pasien terhadap kondisinya dan prosedur yang akan diberikan padanya dapat berkurang. Selain itu, dokter spesialis jantung juga akan menanyakan tentang alergi terhadap obat-obatan atau makanan dan pasien diharapkan memberi jawaban sejujur-jujurnya agar tidak terjadi komplikasi di kemudian hari.
Sebelum prosedur angioplasti, pasien memerlukan beragam pemeriksaan. Di antaranya:
- Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar ureum, elektrolit serum, glukosa, kreatinin dan waktu paruh prothrombin serta thromboplastin
- Pemeriksaan darah untuk mengetahui adakah hepatitis B
- Pemeriksaan Radiografi paru-paru menggunakan X-ray
EKG.
Setelah hasilnya keluar dan dinyatakan baik serta bisa dilakukan tindakan angioplasti, maka dokter spesialis jantung kemudian menjadwalkan tindakan ini. Pasien diminta puasa minimal 6 jam sebelum tindakan angioplasti diberikan
Cara Kerja Angioplasti
Angioplasti ini menggunakan selang panjang nan tipis bernama kateter. Nantinya pada area penyumbatan arteri, dokter mengembang balon yang terletak di ujung kateter untuk menekan plak ke dinding arteri. Tempat memasukkan kateter biasanya pada lipatan paha, hanya pada beberapa kasus yang melalui pergelangan tangan. Sebelum memasukkannya, area tersebut dicukur dan dibersihkan menggunakan antiseptik. Lalu, bius lokal diberikan sehingga pasien tetap tersadar tapi merasa nyaman sebab tidak merasa kesakitan.
Dokter kemudian membuat sayatan tempat memasukkan jarum. Pewarna kontras lalu diinjeksikan sebagai langkah tindakan arteriogram atau angiografi, yaitu tes dengan sinar-x yang menunjukkan struktur internal arteri. Pemindaian ini dilakukan agar dokter spesialis jantung dapat menemukan lokasi stenosis secara tepat. Setelah lokasi stenosis ditemukan, kabel pemandu lainnya akan dimasukkan untuk memandu masuknya kateter ke lokasi stenosis.
Setelah pas, balon dikembangkempiskan beberapa kali selama beberapa detik hingga plak terdorong dari dinding arteri. Mungkin juga kateter dan balonnya diposisikan di tempat lain dengan mengacu pada X-ray monitor. Dengan tindakan ini, arteri dapat meregangkan. Aliran darah melalui arteri berhenti ketika balon mendorong arteri terbuka, lalu alirannya normal kembali ketika balon dikempiskan. Setelah aliran darah benar-benar lancar, angioplasti pun dinyatakan selesai. Biasanya sten (kabel metalik bertautan) akan ditempatkan pada arteri setelah angioplasti. Sten akan menekan pembuluh darah dengan plak arteri dan meningkatkan aliran darah ke otot jantung. (Baca juga: Serangan Jantung Mendadak – Ciri Penyakit Otot Jantung – Tanda Sakit Jantung)
Jangka Waktu Proses
Keseluruhan tindakan angioplasti dapat berlangsung paling tidak 2 sampai 3 jam.
Periode Rawat Inap
Umumnya setelah dilakukan angioplasti koroner, pasien akan dirawat di rumah sakit selama 2 – 4 hari. Tujuannya agar dapat memonitor kondisi pasien setelah tindakan dilakukan. Pasien dirawat di bagian Unit Dependesi Tinggi (HDU), Area Perawatan Intermediate (ICA) atau Unit Perawatan Koroner (CCU). Pemantauan meliputi bagaimana perdarahan, gangguan irama jantung dan komplikasi yang mungkin terjadi dalam waktu seketika setelah angioplasti jantung. Denyut nadi, tekanan darah, dan bagian prosedur untuk perdarahan diperiksa rutin tiap waktu. Disarankan pula untuk menghadiri Program Rehabilitasi Kardiovaskular & Pencegahan Kardiologi (CVR & PC) yang memungkinkan dapat membantu proses pemulihan.
Pedoman Perawatan Pasca Angioplasti
Pasca tindakan angioplasti, pasien diwajibkan mengikuti pedoman tertentu agar kondisi kesehatannya tetap stabil. Di antaranya:
- Dalam kebanyakan kasus, pasien harus tetap tinggal di rumah sakit selama 1 – 2 hari
- Menghindari berdiri atau berjalan dalam rentang waktu yang lama, setidaknya sampai 2 hari setelah prosedur angioplasti
- Memperbaiki gizi
- Bergaya hidup sehat dengan berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik secara teratur, menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan yang ideal, dan mengurangi stres.
- Sebaiknya pasien juga banyak minum, menghindari mengemudi, dan tidak mandi hingga 1 – 3 hari agar luka tidak terkena air
- Menghindari pengerahan tenaga fisik atau aktivitas berat selama 1 – 2 minggu
- Melakukan perawatan luka spesifik agar luka lekas sembuh
- Kontrol rutin sesuai jadwal agar dokter dapat terus memantau kondisi pasca angioplasti.
- Minum obat sesuai anjuran dokter.
Kemungkinan Resiko Komplikasi Angioplasti
Karena adanya efek samping dari pemberian anestesi, pasien mungkin merasa tidak nyaman pasca diberikan tindakan angioplasti. Karenanya, pasien tetap diminta rawat inap untuk memantau kondisi dan mengecek adakah resiko komplikasi angioplasti yang didapat. Resiko-resiko tersebut adalah:
- Perdarahan dari lokasi pembuluh darah dimana kateter dimasukkan.
- Kerusakan pembuluh darah tempat kateter berada.
- Reaksi alergi terhadap anestesi atau obat yang diberikan.
- Rugi memori.
- Detak jantung tidak teratur.
- Ternyadi restonosis ulang, yakni penyempitan arteri jika terbentuk jaringan parut dalam arteri di mana balon telah dikompresi endapan plak
- Kerusakan pada ginjal.
- Stroke.
- Serangan jantung, namun sangat jarang terjadi.
Komplikasi lainnya yang mungkin terjadi adalah kesulitan dokter dalam menyelesaikan angioplasti. Meski 90% angioplasti berhasil, kenyataannya ada 5% pasien yang mengalami penutupan arteri secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh trombosis, yaitu terbentuknya gumpalan darah sehingga kembali menimbulkan penyumbatan.
Bisa juga karena sobeknya dinding arteri yang menjadi sangat tipis. Agar tidak terjadi trombosis, dokter memberikan obat pengencer darah saat angioplasti dilakukan. Pilihan lainnya adalah dengan pemasangan cincin / ring jantung.
Risiko komplikasi akan menjadi lebih tinggi apabila terjadi pada pasien yang:
- Berusia 75 tahun atau lebih
- Memiliki riwayat penyakit ginjal dan diabetes
- Berjenis kelamin wanita
- Kelemahan fungsi jantung dalam memompa darah
- Penyakit jantung lebih dari satu penyumbatan dalam arteri koroner.
(Baca juga: Resiko Operasi Ring Jantung – Pemasangan Ring pada Jantung – Gejala Gagal Jantung)
Untuk meminimalkan terjadinya penyumbatan dalam arteri yang berujung angioplasti, ada baiknya mempertahankan gaya hidup sehat. Dengan makan makanan bergizi yang rendah lemak dan rendah kolesterol jahat, disertai dengan olahraga teratur, dapat membuat fungsi jantung tetap baik. Jantung yang sehat membentuk tubuh yang juga sehat dan bugar. Selalu ingat pepatah kesehatan: lebih baik mencegah daripada mengobati.