Otak merupakan organ penting di dalam tubuh yang bertugas mengendalikan segala gerakan kita dengan sinyal-sinyal yang dikirim ke otot melalui saraf. Bila ada gangguan yang dialami oleh sinyal yang dikirim oleh otak, maka otot tubuh bisa saja mengalami kontraksi secara tiba-tiba dan bahkan tidak akan mampu kita kendalikan; itulah yang dinamakan kondisi kejang. Kejang bisa terjadi kapan saja, bahkan sewaktu kita sudah terlelap. Kejang-kejang saat tidur apakah hanya kondisi biasa yang tidak perlu dikhawatirkan? Itulah yang akan dibahas kali ini.
Penyebab
Sinyal listrik yang mengalami gangguan bisa dianggap sebagai pemicu utama dari kondisi kejang, kapanpun dan di manapun kita berada. Kondisi medis tertentu juga dapat dimiliki oleh orang yang tiba-tiba tubuhnya kejang, namun ini hanya satu banding sepuluh saja. Pemicu utama bisa jadi epilepsi, namun gejala ini bisa disebabkan oleh faktor lainnya, seperti yang akan disebutkan di bawah ini :
- Pernah terluka, terutama di bagian kepala atau dengan kata lain kejang yang disebabkan oleh cedera.
- Terkena racun dari hewan, misalnya seperti kondisi setelah digigit ular.
- Pola hidup yang tidak sehat, seperti terlalu sering dan berlebihan mengonsumsi obat-obatan terlarang, minuman keras, dan kafein. Kejang juga dapat dipicu oleh gejala putus obat maupun alkohol.
Baca juga : Minuman Penyebab Pengerasan Otak
- Pengaruh dari obat-obat tertentu, misalnya pengaruh dari mengonsumsi baclofen atau tramadol.
- Pengaruh dari masalah kesehatan tertentu, seperti stroke, eklamsia, gula darah rendah, meningitis, demam (biasanya terjadi pada anak-anak), tekanan darah tinggi, dan infeksi yang terjadi di dalam otak.
- Kadar sodium tubuh yang terganggu.
Walau hal-hal yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor penyebab dari kondisi kejang, namun sebenarnya ada juga seseorang yang mengalami kejang yang penyebabnya tidak diketahui. Idiopatik merupakan nama atau istilah dari kejang yang tidak diketahui akibatnya dan kondisi seperti ini bisa dialami oleh semua orang dengan segala usia. Bisa juga kejang yang terjadi saat tidur terjadi tanpa akibat. Namun, kondisi kejang pada umumnya lebih kerap terjadi pada remaja dan anak-anak.
Baca juga :
Gejala
Ciri-ciri orang yang mengalami kejang tidak akan sama satu dengan yang lainnya dan hal ini biasanya ditentukan oleh area otak yang mendapat gangguan. Ada beberapa kondisi gejala yang kemunculannya bisa dirasakan atau dialami oleh seseorang secara mendadak tanpa kita bisa menebak dan mengantisipasinya. Jika kejang terjadi saat tidur, gejala-gejala berikut mungkin terjadi pada penderita, bahkan ketika sebelum berangkat tidur.
- Suasana hati yang berubah, misalnya secara tiba-tiba merasa panik atau malah marah-marah.
- Kesadaran hilang untuk sebentar saja atau sesaat dan kebingungan saat mulai sadar, sebab apa yang terjadi tidak dapat diingatnya.
- Ada rasa pahit di mulut meski tidak memakan atau meminum sesuatu yang rasanya pahit, ditambah adanya sensasi rasa logam yang dapat dirasakan.
- Gerakan bola mata yang mengalami perubahan.
- Seluruh tubuh gemetar.
- Mulut mengeluarkan busa atau mengiler.
- Tubuh bergerak-gerak ritmis, terutama pada bagian kaki dan lengan yang disertai kejang otot.
Baca juga : Penyebab Dada Sesak Sebelah Kiri
Bila sebelum tidur, penderita kejang sempat jatuh pingsan dan hilang ingatan atau terjadi perubahan suasana hati maupun gerakan bola mata disertai rasa pahit di dalam mulut, ini bisa jadi tadinya penderita mengecap rasa atau mencium aroma tertentu. Itulah mengapa gejala-gejala tersebut bisa dianggap sebagai reaksi tubuh terhadap rasa maupun aroma dan hal ini jugalah yang disebut sebagai kejanggalan pada tubuh.
Di sisi yang lain, penderita kejang-kejang saat tidur bisa saja hanya mengalami tubuh yang gemetaran, baik itu secara menyeluruh atau bagian tubuh tertentu saja, namun tidak disertai dengan hilangnya kesadaran. Kesadarannya memang hilang, tapi tidak sampai jatuh dan pingsan, tapi lebih ke kondisi bengong dan itupun untuk sekejap dan tidak ada bagian tubuh yang gemetar. Karena keberagaman gejala kejang inilah kondisi kejang-kejang menjadi lebih sulit untuk dideteksi asal-muasalnya.
Kejang yang terjadi saat tidur antara penderita satu dengan yang lain memiliki durasi yang tidak sama. Ada penderita yang mengalami kejang selama beberapa menit, namun ada juga yang hanya beberapa detik saja lalu sudah tidak ada efek apa-apa lagi yang terjadi pada tubuhnya. Walau mungkin penderita kejang saat tidur tidak diketahui bahwa ia memiliki penyakit epilepsi, ini penting untuk segera meminta pertolongan medis ketika kejang tersebut terjadi, seperti membawa penderita langsung ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan darurat. Jangan panik, yang penting segera hubungi ambulans jika diperlukan atau membawanya ke rumah sakit sendiri, terutama didukung dengan fakta-fakta ini:
- Kejang yang dialami penderita adalah pertama kalinya, yang artinya sebelum-sebelumnya ia tidak pernah kejang.
- Kejang yang terjadi berdurasi lebih dari 5 menit.
- Kejang yang kemudian dilanjutkan dengan kehilangan kesadaran dan hal ini berlangsung selama 10 menit lebih.
- Kejang dapat berlanjut atau terulang semisal penderita telah sadar setelah kehilangan kesadaran tadi.
Baca juga : Obat Asma Tradisional Paling Mujarab
Cara Memberikan Pertolongan bagi Penderita Kejang
Langsung membawa penderita kejang ke rumah sakit atau menelpon ambulans untuk mendapat pertolongan medis adalah langkah yang tepat, khususnya kalau ini menjadi yang pertama kali. Penderita kejang sebetulnya rata-rata sembuh dengan sendirinya walau tidak mendapat penanganan yang khusus. Tapi ada kemungkinan penderita kejang bisa terluka apabila reaksi otot yang dialami tidak dapat dikendalikan.
Ditambah lagi, ketika orang terdekat yang dalam keadaan tidur tiba-tiba mengalami kondisi ini tentunya banyak orang yang tidak tahu harus melakukan apa dan apa-apa saja yang tidak boleh dilakukan. Maka, ini dia beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk penanganan darurat bagi yang menemukan orang terdekatnya kejang saat tidur. Penanganan yang dianjurkan kali ini pada dasarnya bertujuan agar penderita tidak cedera selama dalam kondisi kejang tersebut.
- Karena kejang dapat terjadi ketika seseorang demam (hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak), maka tidak perlu panik. Sangat disarankan untuk menggunakan air hangat yang bisa dijadikan kompres supaya tubuh penderita dapat didinginkan secara pelan-pelan. Baru setelah kejang berhenti parasetamol bisa diberikan.
- Jika terjadi kejang pada orang terdekat saat ia dalam keadaan tidur dan bukan karena demam serta akibatnya tidak diketahui, gerakan kejang tersebut tidak boleh dibatasi dan tidak boleh ditahan. Ketika tubuh penderita bergerak-gerak ritmis seperti yang disebutkan sebelumnya, cukup dibiarkan begitu saja tanpa menahan tubuhnya. Hanya saja, pastikan ada satu orang yang tetap berada di sisi penderita dan menjaganya supaya tubuh tidak membentur benda-benda yang berada di sekelilingnya.
- Bila pakaian terlalu ketat, khususnya pada area leher, cobalah untuk membantu melonggarkan pakaiannya supaya tidak mengganggu sistem pernapasan yang dapat memicu keadaan yang lebih parah.
- Selain tidak boleh menahannya, penting juga untuk memberikan ruang bagi penderita kejang. Pastikan bahwa tidak ada terlalu banyak orang yang berada di sekitar penderita apalagi mengerumuni dari jarak yang terlalu dekat. Hal ini agar penderita tetap bisa dan lebih gampang dalam menghirup udara.
- Saat kejang terjadi dan disertai muntah, kepala penderita harus dimiringkan. Untuk pencegahan agar muntahannya tidak tertelan, maka posisi di mana kepala dimiringkan akan sangat membantu.
- Ketika orang terdekat ditemukan kejang-kejang, jangan ambil apapun, termasuk air, obat atau lainnya dan jangan sekali-kali memasukkan apapun ke dalam mulut penderita, walaupun hanya air putih atau obat yang diketahui bisa mengatasi kejang. Hal ini agar penderita dapat dicegah dari tersedak dan pernapasan tetap lancar tanpa ada hambatan. Kalau penderita sudah sadar dan tidak kejang lagi, baru boleh memberinya air minum.
- Benda-benda yang sekiranya berbahaya seperti benda-benda tajam perlu dijauhkan dari penderita karena kita tidak pernah tahu dan menebak gerakan tubuh penderita saat kejang. Reaksi otot berlebihan dan sulit dikendalikan bisa saja terjadi dan hal ini cukup berbahaya kalau tubuh penderita sampai terkena benda tajam.
- Apabila setelah ditunggu kurang dari 10 menit penderita dapat kembali sadar seperti semula dan tubuh sudah dalam keadaan yang tenang, penderita bisa diarahkan untuk tidur dengan posisi tubuh yang menghadap ke arah kanan alias sisi kanan tubuhlah yang ada di bagian bawah. Posisi tangan pun dapat diposisikan sebagai penyangga kepala dengan menekuk kaki kiri atau kaki yang tengah berada di atas. Menggunakan posisi ini akan membantu penderita supaya ludah dapat dicegah dalam menghambat saluran pernapasan apalagi kalau napas penderita masih belum stabil. Dengan begitu, kelancaran aliran darah yang menuju ke otak pun akan meningkat.
- Jangan meninggalkan penderita kejang sendirian. Penderita perlu ditemani sampai dokter datang. Atau, jika hendak menyiapkan kendaraan untuk membawa penderita ke rumah sakit, pastikan saat itu ada orang lain yang menjagai penderita.
- Bila penderita mengalami kejang tidak lebih dari 5 menit, maka masih tergolong aman, karena pada umumnya memang durasi kejang malah tidak sampai 5 menit. Tapi bisa juga kejang yang dialami penderita berdurasi 5 menit lebih atau bahkan lebih lama dari 10 menit, maka perlu segera panggil dokter atau bawa ke rumah sakit seperti yang sudah dihimbaukan sebelumnya.
- Setelah kondisi kejang sudah berhenti, penting sekali untuk mengamati beberapa tanda vital dari penderita, misalnya detak jantung si penderita. Durasi kejang pun perlu dicatat. ( Baca : Penyebab Jantung Berdebar Kencang )
Demikianlah ulasan mengenai kejang-kejang yang dapat terjadi saat seseorang dalam keadaan tidur. Bila sebelumnya tidak pernah mengalami kondisi kejang, penyebabnya pun pasti membuat bingung, maka dianjurkan untuk memeriksakan keadaan tubuh ke dokter demi memastikan pemicunya dan agar kondisi kejang dapat diatasi secara dini. Dengan pergi ke dokter dan mengecek kondisi tubuh, ini merupakan cara untuk mencegah kejang kembali terjadi di saat-saat yang tidak terduga. Biasanya pemeriksaan fisik akan dilakukan oleh dokter disertai dengan MRI-scan pada otak dan tes darah yang merupakan serangkaian dari tes medis.
Baca juga :