Menurut sebagian orang, penyakit gangguan jiwa menjadi momok yang meresahkan. Pasalnya, penyakit gangguan jiwa tak hanya berdampak pada kesehatan si pasien, melainkan juga pada keluarga yang kerap mendapatkan pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu, proses penyembuhan yang memakan waktu lama kadang membuat keluarga pasien gangguan jiwa memilih menyerah di tengah jalan dan mengambil jalan tengah, yakni merawat si pasien di rumah dengan fasilitas seadanya. Bahkan, ada pula yang memilih memasung pasien dengan alasan agar pasien tidak kabur atau berontak. Jika gejala gangguan jiwa dirasa belum terlalu parah, pihak keluarga biasanya melepas pasien tanpa pengawasan karena menganggap bahwa kesadaran pasien akan berangsur pulih jika terus dilatih untuk mandiri. Padahal, melepas pasien gangguan jiwa tanpa pengawasan justru membahayakan keselamatan pasien itu sendiri.
Salah satu jenis gangguan jiwa yang sering menjadi topik hangat di dunia medis adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah penyakit yang menyerang fungsi otak, sehingga orang yang menderita skizofrenia tidak mampu berpikir layaknya orang normal dan akhirnya melakukan tindakan di luar kewajaran. Penyebab utama skizofrenia sendiri memang belum dapat dipastikan, tetapi ada beberapa hal yang diduga dapat memicu seseorang mengidap skizofrenia, antara lain adalah:
- Faktor genetik
- Adanya komposisi zat dalam otak yang tidak seimbang
- Tingkat stress yang terlampau tinggi
- Adanya trauma
- Penggunaan obat secara berlebihan
Dari beberapa hal yang diduga sebagai penyebab skizofrenia itulah kemudian dalam disimpulkan poin-poin mengenai apa dan bagaimana terapi pemulihan bagi pasien skizofrenia. Berikut adalah rangkaian terapi yang dapat membantu proses penyembuhan pasien skizofrenia:
- Dukungan dari orang terdekat
Suntikan semangat dari keluarga dan orang sekitar menjadi hal utama yang menentukan keberhasilan proses penyembuhan pasien skizofrenia. Sepintas memang terlihat sepele, namun nyatanya dukungan dari orang terdekat menjadi faktor penting yang mampu menumbuhkan niat si pasien untuk sembuh. Menghadapi orang yang mengidap gangguan jiwa atau skizofrenia memang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi, tapi kepercayaan akan datangnya kesembuhan tentu menjadi hal terpenting yang dibutuhkan dalam menjalani rangkaian pengobatan yang hasilnya tidak instan.
Rutin melakukan olahraga
Pasien skizofrenia tak hanya perlu meningkatkan kualitas hidupnya secara rohani, tetapi juga jasmani. Olahraga ringan seperti lari di pagi hari atau sekadar menari mengikuti irama lagu dapat membuat tubuh bugar sekaligus menyegarkan pikiran. Olahraga jenis yoga juga dapat menjadi pilihan tepat agar pasien menjadi lebih rileks dan emosi pun lebih terkontrol. Karena seperti yang kita ketahui, orang yang positif mengidap skizofrenia akan mudah meledak emosinya tanpa ada sebab yang pasti. Selain membuat pikiran dan emosi menjadi lebih tenang, rutin melakukan kegiatan olahraga juga akan meminimalisasi tingkat stres dan halusinasi pada si pasien.
- Rutin melakukan terapi dengan obat
Terapi dengan obat dinilai sebagai cara paling cepat untuk memulihkan kondisi pasien skizofrenia, walaupun sebenarnya terapi ini juga memerlukan waktu yang tidak singkat. Jangan tunggu hingga gejala skizofrenia semakin memburuk, akan sangat baik apabila Anda segera konsultasi ke dokter untuk meringankan gejala skizofrenia yang dialami. Dokter biasanya akan memberikan resep obat antipsikotik yang fungsinya adalah membuat pasien menjadi lebih tenang. Obat antipsikotik sendiri terdiri dari dua jenis, yakni antipsikotik generani pertama dan generasi kedua. Obat yang lebih direkomendasikan saat ini adalah obat antipsikotik generasi kedua, karena obat tersebut memiliki efek samping yang jauh lebih ringan ketimbang obat antipsikotik generasi pertama. Obat ini nantinya harus dikonsumsi secara rutin oleh pasien di bawah pengawasan dokter.
Setelah beberapa waktu, dokter akan memantau kembali apakah setelah mengonsumsi obat si pasien sudah tidak memperlihatkan gejala skizofrenia atau masih kerap menunjukkan hal yang sama. Menurut dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani,. Sp.KJ yang mejabat sebagai Ketua Seksi Skizofrenia Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, pasien harus mengonsumsi obat minimal dua tahun. Barulah setelah tahun kedua, dokter akan memeriksa kembali apakah pasien sudah jauh lebih baik atau masih harus membutuhkan terapi dengan obat.
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau yang biasa dikenal sebagai terapi perilaku kognitif merupakan salah satu metode yang dinilai mampu meringankan gejala skizofrenia. Terapi ini juga biasa diterapkan pada orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa seperti Obsessive-Compusive Disorder (OCD), depresi, maupun fobia. Orang yang menderita skizofrenia akan dirundung ketakutan terhadap beberapa hal, karena ia cenderung berpikiran negatif atau berhalusinasi akan terjadinya hal buruk. Halusinasi itulah yang nantinya akan melahirkan kecenderungan untuk melakukan hal-hal di luar akal sehat yang membahayakan orang lain atau diri si pasien sendiri. Maka dari itu, terapi kognitif berusaha untuk menekan resiko yang lebih berbahaya.
Dalam proses terapi kognitif, pemahanam pasien skizofrenia terhadap permasalahan yang ia alami akan diubah. Pasien akan dibuat melihat sisi lain dari masalah tersebut, sehingga tidak muncul pikiran-pikiran buruk yang kelak akan mempengaruhi perilakunya. Dalam arti lain, terapi kognitif akan mempengaruhi cara pandang pasien skiofrenia terhadap sesuatu yang selama ini membuatnya cemas atau takut. Pada tahap awal, pasien harus mengetahui dulu hal apa saja yang menjadi sumber ketakutannya dan mengapa ia merasa takut akan hal tersebut. Kemudian pasien akan diarahkan agar melihat permasalahannya dari sudut pandang lain.
Contohnya, ada seorang pasien skizofrenia yang memiliki masalah finansial, padahal sebelumnya ia merupakan orang terpandang. Karena permasalahan itulah, ia kehilangan rasa percaya diri untuk bersosialisasi. Ia merasa bahwa masyarakat kerap memerikan pandangan negatif yang ditujukan padanya. Dalam contoh kasus ini, yang menjadi sumber kekhawatiran pasien yakni adanya tekanan sosial dan biasanya orang akan cenderung menghindari hal-hal yang membuatkan khawatir atau takut. Hal tersebut tidak salah, karena memang akan membuat orang yang merasakannya menjadi lebih tenang. Namun, efek rasa tenang yang dirasakan hanya bertahan sementara.
Pada terapi perilku kognitif, pasien skizofrenia akan diarahkan untuk menghadapi permasalahannya dengan cara berbeda. Bukan dengan menghindari apa yang ia takutkan begitu saja, tetapi justru dengan menumbuhkan keyakinan bahwa yang selama ini ia takutkan tidak akan terjadi. Cara pandang pasien akan dibuat menjadi lebih realistis, sehingga pikiran-pikiran negatif yang menghantui dirinya akan berangsur-angsur berkurang. Pikiran negatif yang berupa kecemasan dan ketakutan itulah yang mendorong pasien untuk melakukan hal yang tak wajar. Dengan menumbuhkan pikiran dan keyakinan yang positif, maka akan membawa dampak baik pada emosi dan pikiran pasien skizofrenia. Hal inilah yang nantinya juga berpengaruh pada perubahan perilaku si pasien. Namun, perlu diingat bahwa setiap metode penyembuhan pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.
Terapi perilaku kognitif tentu memerlukan waktu yang lebih lama untuk bisa merasakan hasilnya, bahkan dapat dikatakan lebih lama daripada terapi menggunakan obat. Tetapi yang menjadi kelebihannya, pasien akan merasakan efek jangka panjang walaupun ia sudah berhenti melakukan terapi. Selepas menjalani terapi perilaku kognitif ini, orang akan memiliki kecenderungan untung menghadapi permasalahannya dari sisi berbeda dan mampu mengambil langkah dengan lebih realistis. Tentu saja hasil tersebut dapat dirasakan setelah melakukan terapi yang rutin dan teratur.
- Menunjang proses penyembuhan dengan bahan-bahan alami
Alam telah menyediakan banyak sumber daya yang dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk untuk mengobati penyakit yang kita derita. Hanya saja kita perlu menggali lebih dalam apa saja bahan alami yang berpotensi sebagai obat bagi suatu penyakit. Seperti kata pepatah yang mengatakan bahwa setiap penyakit ada obatnya, maka begitu pula dengan skizofrenia. Ada beberapa bahan alami yang diyakini mampu menyembuhkan gangguan kejiwaan ini, tentunya dengan proses yang tidak instan.
- Minyak ikan
Minyak ikan sebenarnya lebih tepat dikonsumsi sebagai pencegah munculnya resiko gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Namun, orang-orang yang sudah divonis mengidap skizofrenia pun dianjurkan untuk mengonsumsi zat yang kaya akan kandungan omega-3 ini. Kandungan omega-3 dalam minyak ikan akan membantu memenuhi tingkat asam lemak dalam darah yang rendah pada pasien skizofrenia. Selain omega-3, minyak ikan juga kaya akan kandungan EPA (eicosapentaenoic acid) yang dipercaya mampu menurunkan resiko munculnya gejala skizofrenia. Untuk mendapatkan dosis minyak ikan yang tepat, konsultasikan pada ahli kesehatan berapa butir atau berapa gram minyak ikan yang harus Anda konsumsi setiap harinya. Namun normalnya, manusia disarankan mengonsumsi 3 gram minyak ikan per hari.
- Ginseng
Selain menjadi bahan untuk campuran makanan, ginseng ternyata memiliki khasiat khusus untuk menunjang proses penyembuhan penyakit skizofrenia. Salah satu gejala yang ditunjukkan pasien skizofrenia adalah flat effect atau efek datar, yang dimaksud sebagai efek datar di sini adalah kecenderungan si pasien untuk tidak mengeluarkan ekspresi yang semestinya. Hal tersebut ditandai dengan munculnya sikap apatis, emosi yang seketika menjadi datar, cara bicara yang monoton, dan motivasi yang menurun. Ginseng dipercaya sebagai salah satu bahan alami yang mampu meningkatkan kinerja otak, sehingga otak akan terstimulasi untuk berfungsi secara normal dan mengurangi gejala flat effect pada pasien skizofrenia. Tak hanya bagi pasien skizofrenia, orang yang mengalami gangguan jiwa ringan dan orang normal sekalipun disarankan untuk mengonsumsi ginseng secara teratur untuk mencegah timbulnya resiko skizofrenia dan gangguan jiwa berat lainnya.
- Manggis
Siapa sangka bahwa buah manggis yang rasanya enak ternyata juga menyimpan potensi untuk menyembuhkan skizofrenia? Berkat penelitian di University of Queensland, Australia, kini terkuak fakta bahwa ada bagian dari buah manggis yang berpotensi menjadi obat alami penyakit skizofrenia tanpa efek samping. Bagian yang dimaksud adalah kulit manggis. Kulit manggis memiliki zat yang bernama xanthone, zat xanthone sendiri bersifat antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Jika didiamkan, radikal bebas akan menyebabkan kerusakan sel pada tubuh.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kandungan xanthone dalam kulit manggis mampu mengikat radikal bebas yang berpotensi mengakibatkan kerusakan berlebih pada fungsi otak pasien skizofrenia. Sama halnya dengan ginseng dan minyak ikan, kulit manggis juga bagus untuk dikonsumsi oleh orang normal di luar pasien skizofrenia karena khasiat kulit manggis sendiri sebenarnya sangat beragam, salah satunya untuk mengurasngi stres. Cara pengolahan kulit manggis sendiri bermacam-macam, ada yang mengolahnya menjadi jus dan ada yang lebih suka mengonsumsi kulit manggis dalam bentuk ekstrak agar lebih praktis.