Alasan Penyebab Penggunaan DDT Dilarang dan Bahayanya

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) merupakan sebuah senyawa yang biasanya digunakan untuk mengendalikan populasi serangga yang kerap melanda tanaman tertentu terutama pada saat iklim panas. Penggunaan DDT ini sangat populer digunakan oleh para petani karena adanya serangga yang mengganggu tanaman mereka. Namun penggunaan DDT ini sudah mulai dibatasi dan dilarang karena bisa membuat serangga memiliki sifat resistensi atau tahan banting terhadap DDT sehingga sangat mungkin diwariskan kepada keturunan serangga lainnya dan pada akhirnya membuat populasi serangga kian bertahan karena tidak bisa dibasmi oleh DDT.

DDT merupakan senyawa sintesis dari peptisida yang kerap digunakan untuk mengusir serangga. Penggunaan DDT ini sudah mulai ketika terjadi perang dunia ke I di amerika serikat untuk mengusir nyamuk penyebab malaria dan kutu yang saat itu mewabah. Dengan penggunaan DDT ini memang kedua jenis penyakit tersebut menurun drastis. Namun setelah beberapa saat dilakukan ternyata terdapat kontroversi dari penggunaan DDT ini sendiri terutama karena bahaya yang terdapat di dalamnya. untuk mengetahui lebih lanjut simak berikut ini.

Bahaya Penggunaan DDT

Pada tahun 1962 di Amerika sudah pernah diterbitkan katalog mengenai bahaya dari penggunaan DDT secara sembarangan. Penggunaan DDT ini justru sangat membahayaka ekosistem dan juga kesehatan manusia. Berbagai jenis satwa liar dan yang dilindungi terutama pada jenis burung dan unggas justru banyak yang sakit dan mati karena juga menghirup asap dari DDT ini. selain itu dampak bagi kesehatan misalnya saja penyebab dari berbagai jenis penyakit kanker. (baca juga: bahaya ikan lele bagi kesehatan)

Bagaimana hal itu bisa terjadi?

DDT merupakan racun yang cukup ampuh, dengan menggunakan sampel dari tikus yang diberikan zat DDT sebesar 113 mg/kg menyebabkan tikus tersebut mati secara spontan dan langsung karena langsung menyerang dan membakar organ dalam tubuh tikus tersebut.

Pada serangga memang beberapa jenis akan mati, namun ada beberapa serangga yang mampu bertahan pada zat DDT ini yang akan menyebabkan mutasi gen dimana serangga ini menjadi tahan terhadap DDT.

Oleh karena itulah penggunaan DDT ini sudah dilarang di berbagai negara seperti di Amerika Serikat, eropa, dan juga di Indonesia. namun penyuluhan mengenai bahaya ini harus ditanamkan dalam waktu lama karena masyarakat sudah banyak menyanjung dan menggantungkan hidupnya pada DDT untuk membasmi serangga sehingga pemerintah perlu melakukan berbagai tindakan keras. Saat ini paling tidak sudah puluhan tahun lamanya masyarakat menggunakan DDT dan tentunya sisa zat ini sudah banyak yang masuk ke dalam tanah yang akan membahayakan makhluk hidup yang hidup di sekitarnya baik itu manusia, tumbuhan maupun hewan karena terpapar oleh racun DDT.

Dampak DDT pada Ekosistem

Pada tahun 1962 seorang ilmuwan asal amerika, Rachel Carson menyebutkan bahwa DDT adalah obat yang membawa pada kematian bagi kehidupan yang ada di bumi ini. hal ini disebabkan oleh peristiwa pada tahun 1940-an dimana terjadi penurunan populasi burung elang yang sangat signifikan bahkan hampir punah. Setelah dilakukan penelitian ternyata hal ini disebabkan karena banyak burung yang memangsa hewan lain seperti ikan yang telah terkontaminasi oleh DDT. Adanya cemaran dari makanannya ini membuat telur burung elang menjadi sangat rapuh sehingga jika dieram mudah rusak dan pecah sehingga populasi burung elang menjadi sangat terbatas. Oleh EPA, DDT digolongkan menjadi bahan racun PBT (persistent, bioaccumulative, and toxic) menurut segi bahaya yang dimilikinya.

Setidaknya terdapat dua sifat buruk yang membuat DDT ini menjadi sangat berbahaya bagi lingkungan hidup. Pertama, DDT memiliki sifat apolar dimana zat ini tidak bisa larut namun sangatlah larut dalam lemak. Jadi semakin larut suatu senyawa dalam lemak maka akan semakin tinggi sifat apolarnya dan hal inilah yang membuat DDT menjadi sangat mudah menembus kulit.Kedua, sifat DDT yang sangat stabil dan persisten.

Hal ini berarti DDT tidak bisa larut dan hilang begitu saja jika sudah dilepaskan di lingkungan justru akan bertahan dan dapat masuk ke dalam rantai makanan. Hal ini membuat DDT akan bertahan lama di dalam tanah dan bahan organic lainnya.Jika DDT sudah masuk ke dalam tanah dan ikut terkandung di dalam tumbuhan maka bisa dibayangkan zat berbahaya tersebut dapat meracuni apa saja yang mengkonsumsinya. Jadi misalnya petani menggunakan zat DDT ini untuk mengusir serangga maka mungkin saja zat DDT akan masuk ke dalam tanah dan ikut masuk ke dalam padi. Jika padi dikonsumsi mengandung zat DDT maka dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit kepada yang mengkonsumsinya terutama pada jenis penyakit kanker dan kelainan jenis-jenis penyakit saraf.

Nah, demikian penyebab mengapa penggunaan DDT saat ini dilarang. Jadi karena memang sudah ada alasan yang jelas dan membahayakan kehidupan di bumi ini. semoga informasi ini bisa membuat anda lebih bijaksana jika ingin menggunakan DDT lagi ya. Sekian artikel kali ini dan terima kasih.

artikel lainnya yang perlu anda baca:

fbWhatsappTwitterLinkedIn