Chemoprophylaxis – Obat Apa – Bagaimana Cara Kerjanya?

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tubuh manusia meskipun memiliki sistem immun sebagai benteng tubuh dari berbagai serangan penyakit, tapi masih saja sangat rapuh untuk dapat secara total menghalau serangan penyakit tersebut. Pada titik tertentu terkadang sistem imun kita gagal untuk dapat mengatasi serangan penyakit. Bahkan, terkadang justru sistem imun kita yang menjadi salah satu penyebab suatu penyakit. Maka, tak heran jika terkadang dibutuhkan metode pengobatan sebagai bantuan untuk dapat mengatasi suatu penyakit. Metode pengobatan sendiri memiliki beragam cara, tujuan serta metode yang berbeda-beda untuk dapat mengobati sesuatu penyakit. Terkadang untuk mengatasi suatu penyakit dibutuhkan lebih dari satu metode pengobatan. Salah satu metode pengobatan yang biasa dilakukan adalah Chemopropyhlaxis. Pengobatan jenis ini sendiri cukup terkenal digunakan untuk mengobati jenis penyakit tertentu.

Chemoprophylaxis merupakan sebuah metode yang sangat umum dalam dunia kedokteran. Metode pengobatan  ini sering diterapkan untuk mengobati jenis-jenis penyakit tertentu sebut saja malaria, tuberculosis, meningitis dan beberapa penyakit lain yang dianggap menular. Untuk dapat mengetahui lebih lanjut mengenai apa itu chemoprophylaxis maka ada beberapa hal yang harus kalian ketahui. Beberapa hal tersebut dapat menambah wawasan kita mengenai metode pengobatan yang satu ini. hal yang harus kita ketahui adalah

Chemoprophylaxis

Secara harfiah dan dari arti katanya Chemoprophylaxis merupakan suatu metode pengobatan yang menggunakan senyawa kimia dalam prosesnya. Senyawa kimia ini sendiri bisa terdiri dari berbagai macam jenis dan unsur. Namun, secara garis besar metode ini sendiri biasanya digunakan untuk dapat mencegah penyebaran suatu jenis penyakit. Jika penyakit tersebut tak mengalami pencegahan maka dikhawatirkan akan berubah menjadi hal yang sangat berbahaya bagi pihak lain. Beberapa penyakit terkadang memiliki kemampuan penyebaran yang cukup cepat. Metode penyebaran suatu jenis penyakit itu sendiri memiliki bermacam-macam cara. Salah satu cara yang cukup umum terjadi adalah ketika penyakit tersebut menumpang pada organisme lain sebelum disebarkan oleh organisme tersebut.

Bahkan organisme yang berperan sebagai pembawa ini sendiri tak menyadari bahwa dirinya membawa bibit penyakit. Chemoprophylaxis sendiri tujuannya adalah untuk mencegah dan meminimalisir kemungkinan tersebarnya suatu penyakit sehingga berubah menjadi epidemic. Penjegahan ini sendiri biasanya dilakukan kepada orang yang akan menuju suatu tempat tertentu dengan tujuan tertentu. Jika suatu tempat tersebut dikhawatirkan memiliki suatu penyakit endemik yang menular. Maka orang tersebut harus menjadi chemoprophylaxis itu sendiri sebagai tindakan preventif.

Chemoprophylaxis sendiri sering dikategorikan sebagai metode pencegahan. Tumbuh dan kembang suatu penyakit tak jauh beda dengan cara tumbuh dan kembang manusia sendiri. Perkembangan mereka dipengaruhi oleh keadaan lingkungan itu sendiri. salah satu lingkungan tersebut adalah tubuh manusia. Metode pencegahan dalam chemoprophylaxis ini sendiri bertujuan untuk membuat lingkungan dalam tubuh manusia tidak sesuai sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya suatu penyakit. Jika penyakit tersebut telah terlanjur masuk dan berkembang dalam tubuh, maka pengobatan tersebut akan bekerja untuk mematikan atau memperlambat perkembangan bibit penyakit sampai mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.

Untuk mencegah hal tersebut maka terkadang kita dianjurkan untuk melakukan serangkaian tes kesehatan secara rutin. Hal tersebut bertujuan untuk dapat mendeteksi lebih awal gejala suatu penyakit yang bisa saja berada dalam tubuh kita. Serangkaian tes kesehatan yang umum dilakukan seperti tes gula darah untuk diabetes, tes tekanan darah untuk hipertensi, tes kolesterol tinggi dalam darah, beberapa tes untuk jenis-jenis kanker tertentu seperti kanker payudara, kanker rahim, serta beberapa jenis penyakit menular seksual seperti siphilis dan masih banyak lagi. Disinilah chemoprophylaxis tersebut berada untuk mencegah suatu penyakit berkembang dan berakhir dengan kematian dari pasien itu sendiri.

Bagaimana Cara Kerja Chemoprophylaxis ?

Hal yang paling utama dalam hal dalam pencegahan suatu penyakit adalah kekuatan dari sistem imun itu sendiri. Pada orang dengan sistem imun normal maka kinerja sistem imun dapat mencegah masuknya dan berkembangnya suatu penyakit dalam tubuh. Namun, pada beberapa kasus khusus terkadang sistem imun mengalami gangguan, sehingga dibutuhkan metode pendukung seperti plasmapheresis. Namun, meskipun dalam kondisi sehat dan baik, terkadang sistem imun sendiri mengalami kegagalan dalam mengatasi dan mencegah masuknya penyakit. Pengobatan chemoprophylaxis sendiri bekerja untuk dapat membantu memperkuat sistem imun tubuh dalam upayanya mencegah masuk penyakit kedalam tubuh manusia.

Senyawa kimia yang masuk kedalam tubuh kita akan membantu menstimulus pembentukan zat antibodi yang dapat menahan serangan penyakit tertentu secara spesifik. Hal ini dikarenakan terkadang penyakit-penyakit yang memiliki kekhususan atau ciri tertentu akan memiliki peluang yang besar untuk dapat masuk kedalam tubuh. Hal ini biasanya dikarenakan adanya lubang dalam sistem imun yang tak bisa ditutup secara total oleh sistem kekebalan alami tubuh kita.

Penggunaan beberapa efek yang dimiliki antibiotik dalam mengatasi beberapa jenis penyakit dalam metode chemoprophylaxis merupakan sebuah hal yang umum dan sangat wajar untuk di temui. Beberapa pasien dengan riwayat penyakit tertentu terkadang akan mendapatkan metode pengobatan ini sampai dalam jangka waktu tertentu. Lama waktu yang dibutuhkan pasien untuk bergantung pada metode ini sendiri sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit yang menjangkitinya dan kondisi dari pasien itu sendiri. terkadang ada beberapa pasien yang hanya bergantung pada metode ini untuk beberapa minggu saja. Namun, ada pula yang bergantung pada metode ini sampai beberapa tahun. hal ini memang sangat erat hubungannya dengan kondisi dari pasien.

Beberapa jenis penyakit yang sering kali mengunakan metode chemoprophylaxis dalam pengobatannya adalah

  1. Meningitis

Pada beberapa kasus penyakit meningitis, chemoprophylaxis akan menggunakan jenis obat tertentu dalam metodenya. Obat ini sendiri akan disebarkan pada keluarga yang diduga memiliki anggota keluarga yang terjangkiti meningitis. Pembagian obat tersebut biasanya dilakukan kepada anak-anak yang dianggap memiliki peluang besar untuk dapat terjangkit penyakit ini. beberapa obat biasanya akan mengandung rifamin, ciprofloxacin, ceftriaxone adalah kandungan obat yang umum ditemukan untuk pengobatan meningitis.

Penanganan penyakit ini sendiri harus dilakukan secara cepat, setidaknya sampai 7 hari dari awal suatu pasien di diagnosa terpapar oleh meningitis. Hal ini disebabkan pengobatan akan menjadi sangat berkurang kegunaannya ketika infeksi telah mencapai hari ke 14 sejak pasien terinfeksi.

  1. Tuberkolosis

Chemoprophylaxis sendiri disini bisanya digunakan sebagai sebuah metode untuk mengontrol penyebaran dari tuberkulosis itu sendiri. Metode ini biasanya digunakan berbarengan dengan beberapa metode lain.

Hal ini sendiri bertujuan untuk dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam mengatasi tuberkulosis itu sendiri. Pasien tuberkulosis yang dapat ditangani menggunakan metode ini sendiri biasanya sudah dapat dilakukan sejak umur 5 tahun. Jika pasien pada umur tersebut teridentifikasi terserang tuberkulosis maka metode ini dapat langsung diterapkan.

Penerapannya pun terkadang harus berdasarkan beberapa hal yang sangt penting. Seperti jumlah dosis yang bisa diterima oleh tubuh anak itu sendiri. Biasanya seorang pasien akan menjalani metode pengobatan ini sendiri selama 9 bulan.

Namun, ada juga yang hanya 3 atau 4 bulan, tentunya dengan resiko efek samping yang lebih banyak. Chemoprophylaxis sendiri menunjukan tingkat keberhasilan yang tinggi pada pengobatan pasien yang menderita tuberkulosis terutama pada negara-negara maju dan berkembang.

Penggunaan metode ini sendiri tidak dapat digunakan dan diterapkan secara sembarangan kepada mereka yang terindikasi mengalami tuberkulosis. Metode chemoprophylaxis sendiri tidak terlalu dianjurkan pada ibu-ibu hamil dan pada mereka yang diduga juga terjangkit hepatitis.

  1. Malaria

Penggunaan metode chemoprophylaxis merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mencegah seseorang terjangkit malaria. Penyakit yang satu ini sendiri disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum. Sebuah, virus yang memiliki tingkat penyebaran yang cukup tinggi dan juga cukup cepat. Biasanya bagi mereka yang akan menuju suatu area tertentu yang dianggap memiliki peluang untuk terjangkit malaria akan diberikan Doxycycline. Pemberian obat tersebut merupakan pengganti dari klorokuin. Hal ini dikarenakan adanya indikasi bahwa Plasmodium falciparum telah membentuk kekebalan tertentu pada klorokuin.

Jangka penggunaan obat ini sendiri bisa dibilang cukup lama. Seseorang akan diberikan dxycycline satu hari sebelum keberangkatannya, kemudian diharuskan untuk mengkonsumsi obat tersebut selama 12 hari. Selain itu, pasien yang pulang dari tempat tersebut pun diharuskan mengkonsumsi obat ini selama 4 minggu lagi. Hal ini bertujuan sebagai tindakan antisipasi dalam masa inkubasi penyakit tersebut. Namun, tak semua orang bisa mendapatkan doxycycline dalam penggunaannya, anak-anak, ibu hamil dan menyusui, serta orang yang memiliki penyakit ginjal tidak di anjurkan untuk mendapatkan doxycycline dalam pengobatannya. Mereka akan mendapatkan dosis yang lebih aman dari klorokuin.

  1. Demam Rematik

Bagi mereka yang di diagnosa terjangkit demam rematik maka akan mendapatkan pengobatan yang menggunakan phenoxymethylpenicillin. Bagi mereka yang mengalami penyakit ini sendiri diharuskan mengkonsumsi obat tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama. Jangka waktu yang ada biasanya berkisar 5 tahun sampai 20 tahun.

Bahkan tak jarang ada beberapa pasien yang harus mengkonsumsi obat tersebut hingga seumur hidup, hal tersebut dapat terjadi terutama bagi mereka yang mendapatkan serangan demam rematik untuk yang kedua kalinya.

Namun, hal tersebut bukannya tak mengandung resiko. Semakin lama seorang pasien menggunakan obat tersebut dikhawatirkan akan timbul suatu gejala penolakan. Penolakan ini sendiri berupa kekebalan terhadap penicilin. Jika hal itu terjadi maka pasien dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

Penggunaan Chemoprophylaxis

Metode pengobatan yang menggunakan chemoprophylaxis sendiri bisa dikatakan tak bisa langsung dilakukan. Ada beberapa hal yang sangat mempengaruhi penggunaan metode ini. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk menggunakan metode ini adalah

  1. Ketersediaan bahan-bahan profilaksi dalam penggunaannya.
  2. Tingkat keberhasilan penggunaan jika digunakan pada pasien dengan penyakit tertentu.
  3. Tingkat infeksi penyakit yang dialami oleh pasien.
  4. Lama konsumsi obat yang mungkin dialami pasien.
  5. Kemungkinan terjadinya resistensi dari pasien terhadap kandungan obat jenis tertentu.
  6. Tingkat penerimaan masyarakat terhadap penggunaan jenis obat tertentu. Hal ini dikarenakan beberapa masyarakat terkadang menolak jenis obat yang memiliki kandungan yang tak dibolehkan oleh komunitas.
  7. Harga dari obat itu sendiri.

Nah, itu tadi beberapa informasi yang bisa kalian dapatkan menganai chemoprophylaxis. Metode tersebut merupakan sebuah metode yang umum namun juga sekaligus khusus untuk menangani jenis penyakit tertentu. Semoga informasi tadi bermanfaat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn