Kenali 5 Masalah Gizi di Indonesia yang Belum Banyak Orang Sadari

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pertumbuhan anak kecil dengan tubuh gemuk kerap dianggap lebih menggemaskan, namun sebenarnya kegemukan awal pada anak juga bisa berisiko obesitas apalagi jika berkepanjangan sampai remaja dan dewasa. Hal ini tidak menjadi lucu lagi karena pada masa kanak-kanak obesitas tak menyehatkan. Perlu diketahui bahwa balita atau remaja yang terlalu kurus, terlalu gemuk atau pendek, bisa jadi menjelaskan status gizi yang bermasalah seperti berikut.

  1. Obesitas

Ketika seorang anak lahir dengan berat badan rendah, hal ini mampu meningkatkan risiko obesitas ke depannya. Risiko obesitas cukup tinggi ketika berat badan lahir bayi rendah karena saat tumbuh kembangnya, orangtua cenderung memberi makan berlebih karena perasaan bersalah.

Dengan asupan makan berlebih inilah yang membuat anak mudah gemuk melewati batas. Anak yang tumbuh dewasa dengan masalah kegemukan yang berlanjut justru rentan terkena penyakit degeneratif dan mengalami pula sindrom metabolik, semacam tekanan darah tinggi dan juga penyakit diabetes.

  1. KEK atau Kurang Energi Kronis

Jika pernah melihat para remaja dengan tubuh kurus dan seperti kurang gizi padahal masih dalam masa pertumbuhan, ini adalah kondisi kurang energi kronis atau KEK yang mampu meningkatkan potensi penyakit hormonal dan infeksi. Kondisi masalah gizi satu ini dapat disebabkan oleh psikososial ataupun alasan ekonomi, namun jika dibiarkan dapat memengaruhi kesehatan padahal pencegahan dapat dilakukan dengan mengasup makanan bernutrisi tinggi.

  1. Kelebihan GGL

Masalah gizi yang juga terbilang umum namun tak juga disadari adalah kelebihan asupan GGL, yakni gula, garam dan lemak. Batas konsumsi gula per hari adalah 4 sendok makan, sementara garam adalah sesendok teh, dan lemak hanya 5 sendok makan minyak, tak lebih dari itu.

Namun ketika setiap hari mengonsumsi GGL secara berlebih di mana porsi lebih dari itu, asupan gizi menjadi tak seimbang. Akibatnya tak dirasakan saat ini, namun di masa mendatang, seperti diabetes, stroke, serangan jantung, dan tekanan darah tinggi ketika kita mengutamakan rasa ketimbang mempertimbangkan keseimbangan nutrisi.

  1. Kekurangan Zat Gizi Mikro

Seseorang dengan masalah kekurangan vitamin D, apalagi pada anak bisa memicu gangguan kesehatan tulang. Ketika kekurangan asupan vitamin A, kesehatan matalah yang terganggu, begitu juga dengan pertumbuhan dan daya tahan tubuh. Sementara kekurangan zat besi menjadikan tubuh kekurangan darah alias anemia sehingga sulit konsentrasi dan fisik cepat lelah.

  1. Stunting

Stunting adalah salah satu masalah gizi yang juga umum di Indonesia hanya saja tak disadari oleh banyak remaja. Pertumbuhan tinggi badan rata-rata anak di Indonesia dikatakan lebih pendek ketimbang tinggi badan standar WHO. Jadi untuk perempuan lebih pendek 9,8 cm dan laki-laki 12,5 cm.

Dampak jangka pendek stunting pada fungsi kognitif cukup signifikan karena dapat mengurangi fungsinya, begitu juga dengan gangguan sistem metabolisme dan kekebalan tubuh. Pada akhirnya, penyakit darah tinggi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus turut terjadi di kemudian hari karena dampak jangka pendek tersebut.

Menurut dr Pattiselano Robert Johan, MARS selaku Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI edukasi pada remaja mengenai konsumsi gizi seimbang itu sangat penting dan bahkan perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan supaya berbagai masalah gizi berbahaya tersebut dapat diminimalisir.

fbWhatsappTwitterLinkedIn