Antibiotik untuk Difteri – Jenis – Penggunaan – Dosis – Efek Samping

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Difteri adalah suatu kondisi atau jenis penyakit menular yang penyebab utamanya adalah bakteri Corynebacterium. Gejala difteri sendiri bisa terjadi pada anak maupun orang dewasa dengan bentuk demam, sakit di bagian tenggorokan, pembentukan lapisan abu-abu di tenggorokan dan amandel, serta bisa juga sampai gangguan kulit. Antibiotik diketahui menjadi pengobatan yang membantu bagi penderita difteri, apa saja jenis antibiotik yang perlu digunakan?

  1. Eritromisin

Eritromisin ini masih tergolong antibiotik macrolide yang diberikan dengan tujuan mampu memperlambat pertumbuhan atau penyebaran bakteri sensitif dengan cara membuat produksi protein penting yang bakteri tersebut butuhkan untuk bertahan hidup bisa berkurang. Segala jenis infeksi yang bakteri sebabkan biasanya dapat dicegah dan diobati menggunakan eritromisin ini.

Penggunaan dan Dosis

Untuk penggunaan obat eritromisin, ada 2 cara yang bisa dilakukan, yakni secara oral alias diminum dan juga bisa diberikan dengan metode suntikan. Dokter biasanya akan memberikan dosis yang perlu diikuti oleh pasien. Ingat akan bahaya antibiotik tanpa resep dokter, maka perhatikan dan konsumsilah sesuai anjuran dokter Anda.

Eritromisin untuk difteri biasanya diberikan 40 mg/kg per harinya atau 2 gm per hari. Penggunaan antibiotik pun tak bisa sembarangan sesuai dengan keinginan kita. 14 hari adalah waktu lamanya penggunaan antibiotik dan harus habis walau kondisi sudah membaik. Ada kemungkinan dokter akan membuat perubahan dosis demi pasien memperoleh hasil terbaik.

Efek Samping

Setiap obat dapat berpotensi menimbulkan efek samping, bahkan termasuk obat antibiotik eritromisin ini. Ada beberapa kasus di mana pengguna obat ini merasakan efek samping, mulai dari yang ringan hingga pada tahap yang cukup mengkhawatirkan, seperti yang disebutkan berikut.

  • Reaksi alergi, berupa bengkak pada wajah, lidah, bibir dan tenggorokan.
  • Sulit bernapas.
  • Sakit kepala
  • Nyeri pada bagian dada.
  • Kehilangan kesadaran
  • Detak jantung mendadak berdebar kencang
  • Diare
  • BAB berdarah
  • Gangguan pendengaran (kondisi ini termasuk jarang). Biasanya gangguan efek samping seperti ini terjadi pada penderita difteri orang dewasa.
  • Gangguan organ hati yang menyebabkan serangkaian keluhan, seperti sakit perut bagian atas, mual, gatal-gatal, turunnya selera makan, rasa lelah, urine berwarna gelap, jaundice atau sakit kuning, atau feses berwarna gelap. Biasanya efek ini lebih sering terjadi pada orang dewasa.
  • Reaksi kulit yang serius di mana hal ini ditandai dengan sakit pada tenggorokan, bengkak pada wajah, demam, mata serasa terbakar, kulit terasa nyeri, ruam kemerahan atau keunguan pada kulit, hingga kulit yang mengelupas.

Bila efek-efek samping tersebut terjadi pada Anda, silakan untuk tak ragu menghubungi atau menemui dokter supaya cepat dapat ditangani di mana hal ini juga demi mencegah kondisi tak berkomplikasi.

Bagaimana kalau melewatkan satu dosis?

Ada kemungkinan bahwa Anda lupa untuk menggunakan satu dosis yang seharusnya, jangan khawatir atau panik, langsung saja ambil dosis yang terlewat tersebut saat Anda ingat. Namun bila Anda ingat saat sudah hampir waktunya menggunakan dosis yang terjadwal berikutnya, maka lewati saja dosis yang tadi terlupakan. Tidak dianjurkan sama sekali untuk minum obat tambahan dengan tujuan sebagai pengganti dosis yang tak digunakan tadi.

  1. Procaine G Penicillin

Selain eritromisin, procaine G penicillin adalah jenis obat antibiotik lainnya yang bisa membantu penderita difteri dalam melawan dan mengatasi infeksi bakteri. Namun karena beberapa orang berkemungkinan memiliki alergi terhadap jenis obat ini, sebaiknya beritahukan kepada dokter Anda sebelum menerima obat ini dan menggunakannya.

Penggunaan dan Dosis

Penggunaan dari obat ini adalah dengan disuntikkan ke otot dan ini adalah satu-satunya cara menggunakan obat ini. Pemberian suntikan adalah 300.000 unit 12 jam sekali untuk pasien difteri yang memiliki berat badan 10 kg ke bawah. Sementara itu, pemberian 600.000 unit setiap 12 jam sekali untuk pasien difteri yang memiliki berat badan di atas 10 kg.

Seperti halnya eritromisin, jenis antibiotik apapun adalah obat yang tak boleh sembarangan digunakan karena harus sesuai dengan resep dokter. Untuk obat jenis suntikan pun perlu menggunakannya selama 14 hari. Ada pula pemberian penicillin V 250 mg di mana penggunaannya sehari 4 kali yang diberikan secara oral daripada melalui injeksi bila penderita mampu menelan.

Efek Samping

Walau efek samping dari penggunaan obat ini cukup jarang, tetap ada beberapa kasus di mana penggunanya mengalami efek samping buruk dan bahkan berisiko besar mematikan. Berikut di bawah ini merupakan efek-efek samping yang patut diwaspadai dan diperiksakan ke dokter jika Anda alami.

  • Reaksi alergi, yakni berupa gatal-gatal pada kulit, muncul ruam kemerahan, kulit membengkak, kulit melepuh, kulit mengelupas tanpa demam, sesak di dada, mengi, suara menjadi lebih serak, serta sesak di bagian tenggorokan. Bahkan pembengkakan pun kerap terjadi di bagian tenggorokan, lidah, bibir, mulut atau wajah.
  • Demam dan menggigil.
  • Tubuh cepat lelah dan terasa lemah.
  • Pusing
  • Kehilangan kesadaran
  • Nyeri pada sendi
  • Gangguan ginjal yang dapat ditandai dengan kondisi sulit buang air kecil, jumlah urine yang keluar, kenaikan berat badan yang cukup signifikan, serta urine yang keluar disertai darah.
  • Muncul memar yang terjadi tanpa sebab yang jelas.
  • Terjadi perdarahan.
  • Sakit perut atau kram perut.
  • Kerusakan pada saraf yang pada umumnya dapat ditandai dengan kelemahan dan kesemutan.
  • Diare (kasus ini cukup jarang)

Bagaimana bila terjadi overdosis?

Ada beberapa kasus di mana pengguna obat ini merasakan terjadinya overdosis, maka apa yang harus dilakukan? Segera hubungi dokter dan dapatkan pertolongan medis. Beritahukan informasi mengenai kapan obat diberikan, seberapa banyak, dan apa saja gejala atau efek yang dirasakan sebagai akibat overdosis tersebut.

Jangan lupa untuk memberi tahu dokter Anda apabila Anda tengah menggunakan obat lain karena adanya kondisi selain difteri. Ada beberapa obat yang tak bisa berjalan baik dengan jenis antibiotik untuk difteri, namun ada juga sejumlah obat yang tak masalah digunakan bersama kedua antibiotik tersebut.

Antibiotik memang menjadi salah satu penanganan yang baik untuk para penderita difteri, namun alangkah lebih baik kalau sebelumnya setiap orang sudah pernah mendapatkan imunisasi difteri. Tergantung setiap individu penerima imunisasi, efek samping imunisasi difteri tetanus pun perlu untuk diwaspadai meski imunisasi merupakan langkah penting dan aman bagi setiap orang dalam mencegah difteri.

fbWhatsappTwitterLinkedIn