Seperti obat-obatan yang beredar pada umumnya, sebelum menggunakannya kita perlu mengetahui kegunaan, fungsi hingga cara penggunaan attau dosisnya. Tidak berhenti di situ, kita juga perlu mengetahui efek samping ari obat agar bisa lebih siap jika terjadi reaksi tertentu yang terjadi setelah mengkonsumsi obat. Namun, sayangnya tidak terlalu banyak informasi mengenai hal ini, terutama untuk obat-obatan yang tidak secara umum beredar di masyarakat. Salah satunya adalah cefodizime, obat apa dan apa kegunaannya mungkin tidak banyak orang yang tahu. Maka, di artikel kali ini kita akan membahas lebih lengkap untuk lebih mengenal obat cefodizime.
Nama obat cefodizime memang tidak sering kita dengar. Obat ini pun mungkin tidak tersedia secara bebad di apotek atau toko obat. Hal ini bisa dikarenakan penggunaan cefodizime yang memang dibatasi dan harus menggunakan resep dokter untuk mendapatkannya. Tapi, sebenarnya apakah cefodizime itu?
Cefodizime, Obat Apa?
Cefodizime adalah obat yang termasuk generasi ketiga dari antibiotik cephalosporin dengan aktivitas spektrum yang luas dalam melawan bakteri aerob, baik bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Secara klinis, obat ini menunjukkan tingkat efektivitas yang baik untuk menangani infeksi sistem pernapasan bagian atas dan bagian bawah. Tidak hanya itu, obat ini juga efektif untuk mengobati infeksi sistem saluran kemih serta gonorea.
Cefodizime adalah antibiotik untuk melawan bakteri yang bekerja dengan menarget penicillin-binding proteins (PBPs) 1A/B, 1 dan 3. Dengan kinerjanya, cefodizime dapat membunuh sel bakteri yang terbentuk. Dalam eksperimen in vivo infeksi yang terjadi ditunjukkan bahwa pembersihan bakteri dengan obat ini paling tidak sama efektifnya dengan pengobatan menggunakan antibiotik cephalosporin generasi ketiga lainnya. Tidak hanya itu, efek samping yang ditimbulkan oleh obat ini juga sama dengan obat-obatan cephalosporin generasi ketiga lainnya, terutama pada efek samping gastrointestinal dan penyakit di kulit. perlu diketahui bahwa penggunaan obat ini saat ini tidak disetujui oleh FDA untuk penggunaan di Amerika Serikat.
Kegunaan dan Dosis Pemakaian Cefodizime
Secara klinis, cefodizime menunjukkan kemampuan klinis yang superior yang sudah bisa diduga dari hasil eksperimen yang dilakukan in vitro. Khasiat imunomodulator tertentu dari obat inilah yang mungkin berperan dalam peningkatan obat pada aktivitas in vivo dalam melawan spesies bakteri tertentu. Khasiat imunomodulator ini menstimulasi beberapa fungsi sel fagosit dan limfosit ketika mereka telah dilemahkan. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah studi di tahun 2004, bahwa cefodizime meningkatkan reaksi dari reseptor tol 4 (TSR-4) di neutrophil yang distimulasi oleh infeksi Kiebsiella pneumoniae yang kemudian mempengaruhi produksi sitokin pada sel yang terstimulasi.
Pada sebuah studi yang dilakukan di tahun 1992 secara in vitro untuk melihat kerentanan cefodizime, ditemukan bahwa bakteri gram negatif yang memiliki tingkat kerentanan konsisten terhadap obat meliputi Enterobacteriaceae, termasuk E. coli, Kiebsiella pneumonia, Morganella morganii, Proteus mirabilis, P. vulgaris, Shigella sonnei, Yersinia enterocolitica, Salmonella, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Neisseria gonorrhoeae, dan Neisseria meningitidis. Sementara itu, studi kerentanan in vitro menemukaan bakteri gram positif yang rentan terhadap obat adalah methicillin-sensitive Staphylococcus aereus dan Streptooccus agalactiae, S. pneumoniae, dan S. pyogenes. Cefodizime tidak efektif secara in vitro dalam melawan Enterobacter spp. Pseudomonas aeruginosa, dan Xanthomonas maltophilia. Dalam studi in vitro ini, bakateri dianggap rentan jika 90% atau lebih pertumbuhan bakteri dapat dicegah dengan konsentrasi cefodizime sebanyak minimal 8mg/L.
Cefodizime biasanya tersedia dalam bentuk obat suntik yang disuntikkan secara intramuscular atau melalui otot. Cefodizime juga bisa diberikan secara intravena bolus atau infuse dan biasanya diberikan sebanyak satu kali hingga dua kali per hari. Dalam percobaan klinis, penggunaan yang paling sering dengan dosis dewasa bervariasi mulai 2 gram hingga 4 gram intramuscular atau intravena per hati, yang bisa diberikan langsung dalam satu dosis atau bisa dibagi menjadi 2 dosis.
Efek Samping
Telah disebutkan bahwa cefodozime cukup efektif dalam mengobati penyakit akibat infeksi bakteri. Penyakit-penyakit itu meliputi penyakit gonore, penyakit gangguan usus dan pencernaan, meningitis, dan banyak penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini termasuk penyakit yang serius dan tidak bisa diremehkan, namun masih ada beberapa alternatif pengobatan lainnya untuk menangani penyakit akibat bakteri tersebut disamping menggunakan obat-obatan antibiotik.
Sebagai contohnya, Anda bisa menggunakan obat herbal untuk menangani gangguan usus dan pencernaan Anda. Atau, untuk penyakit gonore Anda bisa mengobatinya dengan pengobatan gonore secara alami yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Akan tetapi, jika cara alami yang Anda lakukan tidak bisa segera mengobati penyakit yang menyerang Anda, segeralah menghubungi dokter yang mungkin akan meresepkan pemberian cefodizime.
Meski pemberian cefodizime harus dilakukan di bawah pengawasan dokter atau tenaga medis, pemberian obat ini tidak lepas dari adanya efek samping. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa efek samping dari cefodizime mungkin tidak berbeda dari efek samping obat cephalosporin generasi ketiga lainnya.
Berikut ini adalah beberapa efek samping yang mungkin muncul pada penggunaan cefodizime. Perlu diingat bahwa efek samping berikut tidak bersifat pasti. Artinya, ada pasien yang mungkin tidak mengalami efek samping sama sekali. Bahkan, tidak menutup kemungkinan adanya efek samping lain yang dirasakan di luar efek samping yang disebutkan berikut:
- Gangguan gastrointestinal, yaitu gangguan pencernaan termasuk diare, mual, muntah hingga transaminase yang tinggi. Efek samping ini dialami 2,4% pasien dalam percobaan klinis yang dilakukan. Segera pertolongan pertama pada penderita diare untuk mencegah dehidrasi atau dampak gangguan pencernaan lainnya.
- Reaksi alergi di kulit, termasuk exanthema, urticaria, dan pruritus. Efek samping ini dialami oleh 1,1% pasien dalam percobaan klinis. Anda mungkin bisa mengatasi efek samping ini dengan mengkonsumsi obat herbal alergi kulit, namun konsultasikan hal ini terlebih dahulu dengan dokter Anda.
Efek samping lain selain yang disebut di atas mungkin terjadi, seperti rasa sakit di area yng disuntik dan phlebitis atau peradangan pembuluh darah yang disebabkan oleh pemberian obat melalui intravena atau intramuscular.
Jika Anda mengalami efek samping di atas, Anda mungkin bisa mencoba mengatasi dengan cara-cara alami alih-alih mengkonsumsi obat lainnya. Hal ini untuk menghindari adanya interaksi obat karena pada obat-obatan tertentu bisa terjadi reaksi jika digabungkan dengan obat atau makanan lainnya. Sebagai alternatif yang paling aman adalah segera sampaikan ketidaknyamanan yang Anda rasakan pada tenaga medis yang bertugas. Jangan ragu untuk menyampaikan keluhan karena dokter bisa mengubah dosis atau menyesuaikan jadwal pemberian obat dengan menyesuaikan kondisi tubuh Anda.
Peringatan Penggunaan Cefodizime
Perlu diperhatikan bahwa pemberian cefodizime tidak boleh digabung dengan antibiotik lainnya dalam satu jarum ataupun tabung suntik. Cefodizime juga tidak boleh diberikan bersamaan dengan cairan infus lainnnya. Cefodizime harus segera diberikan setelah dipersiapkan dan tidak boleh disimpan lebih dari 6 jam di suhu ruangan.
Selain cara pemberian obat di atas, terdapat kontraindikasi yang juga harus diperhatikan sebelum pemberian obat pada pasien:
- Pasien dengan hipersensitivitas terhadap cephalosporin
- Pasien dengan hipersensitivitas terhadap penicillin
- Memiliki riwayat hipersensitif terhadap lidocaine atau anestesi local lain dengan tipe amide
- Penyumbatan jantung, yang bisa ditunjukkan dengan gejala awal sakit jantung
- Gagal jantung parah
- Sensitif terhadap pemberian obat melalui intravena
- Belum ada penelitian lebih lanjut tentang pemberian cefodizime pada pasien anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui. Maka, pemberian obat ini tidak dianjurkan untuk pasien golongan ini demi menghindari terjadinya efek samping yang tidak diinginkan.
Jika pemberian oat terlanjur dilakukan pada pasien dengan kondisi di atas dan terjadi reaksi hipersensitif, segera hentikan pemberian obat. Maka, tenaga medis dan dokter harus mengetahui riwayat pengobatan yang Anda lakukan untuk melihat apakah Anda memiliki alergi obat-obatan tertentu. Selain itu, sampaikan juga jika Anda sedang menjalani pengobatan untuk penyakit lain atau sedang menjalani diet makanan tertentu karena bisa jadi makanan dan obat herbal pun berinteraksi dengan cefodizime. Dokter dan tenaga medis juga harus hadir pada pemberian obat pertama kali untuk bisa segera bertindak jika muncul reaksi anaphylactic.
Demikian pembahasan lengkap mengenai cefodizime, mulai dari obat apa, dosis, kegunaan dan efek samping dari cefodizime. Perlu diingat bahwa pemberian obat apapun, khususnya obat-obatan antibiotik harus dilakukan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri. Bagaimanapun terdapat bahaya resistensi antibiotik yang membuat bakteri lebih sulit mati saat kita sakit sehingga sangat perlu dihindari. Inilah sebabnya kenapa antibiotik harus dihabiskan sesuai petunjuk dokter. Semoga artikel ini bermanfaat dan Anda segera sembuh, ya!