Obat maag atau biasa disebut dengan antasida merupakan obat-obatan yang perlu kita miliki sebagai persediaan dalam kotak P3K. Seperti yang telah diketahui bahwa maag merupakan penyakit yang familiar di kalangan kita. Tak sedikit orang yang memiliki maag yang parah, bahkan hingga mencapai tahap kronis. Maag sendiri terjadi karena terjadi kelebihan zat asam di dalam lambung sehingga berakibat perih atau sesak di daerah perut atau dada sebelah kiri.
Golongan Obat Maag
Obat-obatan maag sendiri dibagi menjadi beberapa golongan. Dan setiap golongan ini memiliki mekanisme kerja tersendiri dalam menangkal penyakit maag. Beberapa golongan tersebut di antaranya adalah :
Anti Hiperasiditas
Pada golongan ini, obat bekerja sebagai penetral kelebihan asam di lambung. Otomatis pada golongan ini hanya ada obat dari senyawa basa. Biasanya digunakan zat-zat bersifat kapur seperti Magnesi dan Alumunii Hidroksid. Keduanya memiliki efek samping yang bersilangan, sehingga biasanya obat diberikan dalam bentuk kombinasi senyawa Hidrotalsit agar efek samping tidak begitu terlihat. Obat dengan kandungan Alumunii Hidroksid sendiri juga berfungsi sebagai pelindung dari tukak lambung agar tidak terjadi iritasi oleh asam lambung naik.
Antagonis Reseptor Histamin 2 (H2)
Reseptor Histamin 2 (H2) merupakan salah satu pemicu dari ekskresi asam lambung. Obat golongan ini akan merintangi reseptor tersebut, sehingga asam lambung tidak dikeluarkan. Biasa digunakan untuk menyembuhkan tukak lambung duodenum. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah obat-obatan seperti raditidin, simetidin, famotidin.
Penghambat Proton Pomp
Penghambat pompa proton adalah golongan obat maag yang terakhir. Obat-obat golongan ini bekerja pada pompa proton yang menghasilkan proton (ion H+) yang nantinya akan membentuk asam lambung. Secara harfiah, obat-obat golongan ini menghentikan produksi asam lambung langsung pada sumbernya.
Pada beberapa penggolongan pada obat maag atau antasid, sangat tidak di anjurkan mengkonsumsi ketiga golongan tersebut saat penyakit maag kambuh. Penggunaan ketiga golongan secara bersamaan dapat menyebabkan kerusakan lambung. Kurangnya asam pada daerah lambung juga dapat mengganggu sistem pencernaan dan absorbsi makanan.
Biasanya, dengan pertimbangan tertentu dan disesuaikan dengan diagnosa, dokter akan memberikan salah satu dari golongan obat maag tersebut. Satu-satunya obat maag pada pertolongan pertama adalah hidrotalsit. Karena obat golongan ini dijual bebas bahkan menjadi obat esensial, dan dapat dikonsumsi tanpa pentunjuk dari dokter.
Namun, sama seperti obat-obatan lainnya obat maag juga memiliki beberapa efek samping. Walau terkesan jarang dan tidak terlalu berbahaya, efek samping dari obat maag sendiri tidak boleh di remehkan. Berikut kami buat daftarn efek samping obat maag :
1. Diare
Penggunaan magnesium sebagai obat dapat menyebabkan frekuensi buang air besar bertambah. Sebagaimana sifat dari magnesium yaitu pencahar. Beberapa obat maag mengandung senyawa magnesium yang lebih besar dari alumunium sehingga efek samping dari zat magnesium ini lebih terasa.
2. Sembelit
Kebalikan dari poin pertama, obat-obat maag yang mengandung lebih banyak Alumunium dapat menyebabkan sembelit. Bahkan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sembelit yang parah. Karena sifat dari alumunium menyebabkan konstipasi. Itulah mengapa alumunium dan magnesium harus dikombinasikan dalam pemberiannya pada obat maag. Kombinasi hidrotalsit ini bisa menghilangkan atau mengurangi efek samping dari salah satunya, yaitu penyebab diare atau sembelit.
3. Alkalosis
Obat-obat maag pun sering dicampur dengan natrium bikarbonat, zat ini merupakan antasid yang larut dalam air dan bekerja cepat. Namun, bikarbonat yang terabsorbsi oleh tubuh dapat menyebabkan suatu keadaan yang terlalu basa atau bisa disebut alkalosis. Bila terlalu banyak penggunaannya atau tidak sesuai dosis maka dapat menyebabkan terlepasnya CO2. Efeknya dalam tubuh akan banyak gas, sehingga menjadi penyebab sering bersendawa maupun buang angin (sering kentut).
4. Encefalopatia
Pada beberapa kasus maag, digunakan pula obat dengan kandungan bismuti dan kalsium. Hal ini dikarenakan 2 zat tersebut dapat membentuk lapisan pelindung pada luka di lambung yang menyebabkan nyeri atau perih. Namun, penggunaan kedua zat tersebut sebaiknya dihindari karena bersifat neurotoksik (keracunan pada saraf pusat) yang dapat menyebabkan encefalopatia (kerusakan otak dengan gejala kejang-kejang dan linglung).
5. Pusing dan Sakit Kepala
Penggunaan antihistamin pada obat maag dilakukan bila maag yang terjadi sudah parah. Terjadi setelah setengah hingga satu jam setelah pemberian obat. Di awali dengan gejala pandangan kabur hingga sakit kepala ringan.
6. Ruam Kulit
Penggunaan obat maag juga dapat menimbulkan jenis penyakit kulit yakni ruam kulit, hal ini pun biasa di sebabkan oleh golongan antihistamin dimana zat histamin dalam tubuh ditekan sedemikian rupa. Efek yang terlihat adalah tanda garis merah atau ruam pada beberapa bagian lipatan tubuh, yang terasa gatal hingga perih.
7. Mengubah Kebiasaan BAB
Menggunakan obat maag juga dapat mempengaruhi sistem pencernaan. Alhasil jadwal atau waktu buang air besar pun akan terganggu. Misalkan pengguna yang terbiasa BAB saat jam 7 pagi, akan berubah jamnya menjadi lebih cepat atau lebih lambat. Contoh lainnya adalah, pengguna yang terbiasa BAB 3x sehari berubah menjadi 2x sehari atau 4x sehari.
8. Mulut Kering
Efek samping ini biasa terjadi pada obat maag yang mengandung sukralfat (kompleks alumunium hidroksida dengan sukrosa sulfat). Penggunaan obat dengan sukralfat dapat menyebabkan jaringan sekitar mulut dan tenggorokan mengering, dalam beberapa kasus seperti kelebihan dosis, pengeringan ini terjadi sangat parah. Hasilnya penderita akan sulit berbicara dan menelan. (Baca juga : penyebab mulut terasa pahit dan kering)
9. Memicu Pertumbuhan Bakteri di Saluran Cerna
Pada penggunaan omeprazole dalam pengobatan maag, penggunaan dengan dosis yang besar atau dalam jangka waktu yang lama dapat memicu pertumbuhan sel ECL (Enterokromafin-Like Cells). Sehingga perlu diperhatikan ada tidaknya pertumbuhan bakteri ini dalam tubuh, biasa ditandai dengan demam dan gangguan saluran cerna secara umum. Agak sulit dideteksi bila tidak di konsultasikan langsung dengan dokter ahli.
10. Hilangnya Libido
Pada penggunaan ranitidin pernah dilaporkan efek samping berapa hilangnya libido pada penderita pria. Beberapa penelitian pun dilakukan, sehingga efek samping impotensi pun termasuk ke dalam obat ini.
Penggunaan obat yang baik dan benar adalah sesuai arahan atau petunjuk dokter, apoteker, brosur petunjuk atau pendapat tenaga kesehatan lainnya. Untuk menghindari hal yang tidak di inginkan, maka bijaklah dalam mengkonsumsi obat sekalipun obat tersebut sudah biasa kita gunakan. Hentikan pula pemberian obat keras tanpa resep dokter, terkecuali yang termasuk ke dalam Obat Wajib Apotek.