Belum lama ini viral sebuah video di manaseorang anak kena marah orangtuanya gara-gara memperoleh ranking 3. Hal inimenjadi bukti kalau pola asuh keras masih ada saja yang menerapkan dan tuntutanorangtua agar anak menjadi yang paling baik pun masih kita temui di zaman ini.
Masalahnya, tak semua anak bisabenar-benar seperti apa yang orangtua harapkan. Ada kalanya target meleset danhasil yang diharapkan tak sesuai dengan kenyataan yang ada, namun memarahi anakapakah benar merupakan sikap yang benar walaupun memiliki niat dan tujuan yangbaik?
Dampak bagi anak yang dimarahi secara psikologis apa sih?
Memarahi anak mungkin adalah bentuk darikurangnya pengendalian diri sebagai orangtua yang jelas punya keterbatasan. Bahkanseberapa berusahanya diri kita dalam mencegah agar tak memarahi anak, adakalanya kita kelepasan dan meninggikan suara kita terhadapnya atau bahkanmembentak. Namun ingat, kebiasaan memarahi anak yang dianggap wajar bisamemberi dampak cukup negatif bagi si anak menurut Healthline, seperti:
- Anak sukamarah-marah karena meniru apa yang dilakukan orangtuanya serta perilakuorangtua.
- Anakakan meninggikan suara kepada siapapun yang ia ajak bicara agar pesan bisaditerima oleh lawan bicaranya.
- Anakakan menarik diri dari orangtuanya karena tahu bahwa apa yang ia lakukanmungkin tidak sesuai harapan dan bakal kena marah lagi dan lagi.
- Hubungananak dan orangtua menjadi tak stabil karena proses komunikasi yang tak lancardan tak sehat.
- Anakjadi berani melawan saat diajak bicara atau saat sedang dimarahi; bahkan jangankaget kalau ia pun membentak balik kepada orangtuanya.
- Anakmengalami trauma, khususnya jika sering dimarahi sejak kecil; ini karena padadasarnya, anak di usianya yang dini membutuhkan rasa aman, kepercayaan dankehangatan dari keluarga sendiri.
Selama sehabis memarahi anak para orangtuatahu bagaimana cara meminta maaf dan mengajarkan kepadanya pelajaran yangpenting, seperti semua orang melakukan kesalahan dan perlu meminta maaf, makaanak pasti bisa mengerti. Menurut lansiran dari Detik Health, Dr Nilam Widyarini, Msi yang merupakan seorangpsikolog pun mengatakan bahwa seharusnya ada diskusi yang dibentuk olehorangtua bersama anak.
Orangtua perlu memberikan penjelasankepada anak mengenai aturan-aturan yang telah dibuat supaya memperolehkesepakatan bersama. Biarkan anak mengerti lebih dulu dan barulah memberibimbingan supaya anak melakukannya secara konsisten. Tidak seharusnya orangtualangsung bertindak dan berperilaku begitu saja sementara anak diam dan menerimakemarahan orangtuanya.
Psikolog pun mengatakan bahwa memarahi anakbukanlah pola asuh yang tepat karena justru tidak membentuk kekuatan mentalanak. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, anak jadi senang melawanorangtuanya, bahkan lebih buruknya lagi ada risiko anak justru tak percaya lagipada keluarganya sendiri. Anak bahkan berpotensi memiliki kecenderungan untukkeluar dari lingkungan keluarga gara-gara pola asuh keras.
Selalu ada jalan untuk memperbaikinya kok,demi mental dan perilaku anak yang lebih baik, orangtua dapat memulaipembicaraan dari hati ke hati dengan anak. Jadikan lingkungan rumah dankeluarga menjadi lingkungan yang tenang di mana semua orang bisa berkomunikasisecara baik-baik, sehat, mencoba memahami perasaan orang lain, serta penuhrespek.