Laparoskopi Ginekologi – Metode, Perawatan, Manfaat dan Risiko Bahaya

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Laparoskopi ginekologi adalah salah satu jenis-jenis operasi bedah di mana dikenal sebagai sebuah solusi alternatif dari operasi terbuka. Laparoskop adalah nama alat yang digunakan dalam setiap prosedur laparoskopi ginekologi ini. Dengan bantuan alat tersebutlah, ahli medis mampu melihat dan melakukan pengecekan pada bagian panggul, khususnya area dalamnya karena operasi terbuka seringkali harus membentuk sayatan besar pada tubuh pasien.

Alat yang disebut laparoskop sendiri merupakan teleskop yang sangat ringan dan berbentuk ramping. Dengan alat inilah, dokter baru bisa melihat sampai ke bagian dalam tubuh pasien dan cara ini bahkan jauh lebih nyaman dan aman karena risiko buruk tak sebesar operasi terbuka.

Metode

Sama seperti tindakan medis secara umum, selalu ada metode persiapan dan proses pelaksanaan di mana persiapannya pun ditentukan oleh jenis operasi itu sendiri. Berikut adalah dua bagian penting yang perlu diperhatikan, yakni langkah persiapan maupun prosedur pelaksanaan dari laparoskopi ginekologi.

Persiapan

Ada kemungkinan sebagai bagian dari persiapan sebelum menjalani prosedur inti dari laparoskopi ginekologi, Anda diminta untuk melakukan tes pencitraan lebih dulu. Dokter pun biasanya mungkin meminta pasien untuk terlebih dulu berpuasa selama beberapa jam sebelum proses laparoskopi dilakukan. Tentunya untuk berapa lama dan proses puasa bisa dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter yang menangani Anda supaya tak terjadi kesalahan.

Tak hanya berpuasa, pasien perlu memberi tahu dokter apa saja obat yang sedang atau terakhir kali dikonsumsi. Bahkan suplemen pun tergolong obat yang perlu diinformasikan kepada dokter, serta obat-obat tanpa resep yang bisa Anda beli bebas di toko obat. Dokter biasanya dapat menyarankan Anda untuk berhenti menggunakan obat tersebut sebelum prosedur laparoskopi.

Karena pasca operasi pasien bisa langsung pulang di mana artinya tidak perlu rawat inap, otomatis Anda harus datang bersama teman atau sanak keluarga ketika hendak menempuh laparoskopi ginekologi. Bila tak ada yang menemani, pastikan bahwa Anda ada yang menjemput karena pasca operasi pasien tak diizinkan untuk mengemudi.

Prosedur

Prosedur laparoskopi ginekologi pada dasarnya hampir sama dengan sejumlah operasi bedah pada umumnya, yakni dengan pembiusan lebih dulu, barulah proses dilakukan seperti berikut ini.

  • Pasien lebih dulu akan diberikan anestesi umum yang membantu supaya pasien tidak dalam kondisi sadar sewaktu dibedah.
  • Sesudah efek anestesi bekerja dan pasien tertidur, kateter atau tabung kecil akan dokter masukkan dengan tujuan untuk pengambilan urine.
  • Dokter pun menggunakan jarum kecil yang kemudian dengan jarum tersebut perut bakal diisi dengan gas karbondioksida.
  • Tujuan dari pemberian dan pengisian perut dengan gas karbondioksida adalah supaya dinding perut terjauhkan dari organ lainnya dan dengan cara ini biasanya mampu meminimalisir terjadinya cedera.
  • Sayatan kecil pun mulai dibuat oleh dokter pada bagian pusar dan setelahnya, laparoskop dimasukkan.
  • Dari laparoskop yang sudah berhasil dimasukkan, alat inilah yang bekerja sebagai pengirim gambar pada layar sehingga dokter bisa melihat sendiri dan mengecek bagian dalam organ tubuh pasien secara jelas.
  • Apabila memang diperlukan sebuah langkah operasi melihat dari hasil diagnosa dokter, maka tentu sayatan lainnya perlu dibuat.
  • Alat-alat yang masuk pada tubuh pasien pun nantinya akan dilepaskan jika prosedur benar-benar sudah usai di mana dokter juga akan menjahit untuk menutup sayatan. Usai dijahit, dokter akan membalutnya dan pasien bisa menjalani perawatan pemulihan.

Perawatan

Setelah prosedur laparoskopi selesai, masih ada langkah perawatan yang perlu dijalani oleh pasien hingga kondisi benar-benar pulih. Tentunya ada perawat yang akan menjadi pemantau akan tanda-tanda vital pasien setelah penempuhan operasi.

Untuk berapa lama pasien bisa pulih seutuhnya, tentu hal ini bervariasi antara satu pasien dengan pasien lainnya karena tergantung dari pelaksanaan prosedur itu sendiri. Kebanyakan pasien bisa pulang ke rumah hanya selisih beberapa jam saja pasca laparoskopi, tapi tak menutup kemungkinan bahwa pasien diharuskan rawat inap 1-2 malam.

Karena beberapa efek samping pasti dialami oleh pasien, seperti misalnya merasakan mual, rasa sakit di bagian bahu, dada dan perut, memar pada bagian perut, sulit buang air kecil karena penggunaan kateter, hingga efek dari anestesi. Untuk meredakan masalah-masalah tersebut pada masa perawatan, dokter biasanya memberi resep obat jenis antibiotik tertentu yang berfungsi sebagai pencegah infeksi maupun atau obat pereda nyeri.

Kondisi setiap pasien pastinya berbeda-beda, ada yang harus beristirahat hanya beberapa hari saja, tapi ada pula yang harus sampai berminggu-minggu hingga sebulan sebelum dapat kembali melakukan rutinitas lagi secara normal. Hanya saja, jangan ragu untuk menemui atau menghubungi dokter apabila dalam masa perawatan ada keluhan-keluhan seperti:

  • Demam tinggi.
  • Mual terus-menerus disertai dengan muntah berkepanjangan.
  • Sakit perut berlebihan.
  • Buang air besar terasa nyeri.
  • Buang air kecil terasa nyeri.
  • Perdarahan berlebih pada bagian yang dibedah melalui laparoskopi.
  • Terdapat nanah pada bagian tubuh yang dibedah melalui laparoskopi.

Manfaat dan Risiko

Laparoskopi sendiri adalah langkah medis yang dokter gunakan untuk mendiagnosa maupun mengobati penyakit, tergantung kondisi pasien sendiri. Namun selain menawarkan berbagai manfaat medis, prosedur ini juga memiliki sejumlah risiko bahaya kesehatan.

Manfaat

Pada kasus laparoskopi diagnostik, maka tujuan dan manfaatnya adalah untuk mengecek sejumlah keluhan gejala dari pasien, seperti:

  • Riwayat infeksi panggul.
  • Ketidaksuburan atau infertilitas yang tak jelas alasannya.
  • Sakit atau nyeri panggul yang penyebabnya kurang jelas.

Apabila laparoskopi dijadikan sebagai sebuah langkah perawatan atau pengobatan, maka inilah sejumlah bentuk perawatan laparoskopi sesuai kondisi pasien:

  • Pengangkatan fibroid
  • Pengangkatan indung telur
  • Pengangkatan rahim atau histerektomi
  • Pengangkatan kista ovarium
  • Memblokir peredaran darah ke fibroid
  • Ablasi jaringan endometrium

Apabila laparoskopi digunakan sebagai metode diagnosa, beberapa jenis kondisi medis yang kiranya dapat terdeteksi antara lain adalah:

  • Infertilitas
  • Abses pelvis
  • Kehamilan ektopik
  • Tumor atau kista ovarium
  • Fibroid rahim
  • Endometriosis
  • Jaringan parut yang menyebabkan rasa sakit
  • Kanker reproduksi
  • Penyakit radang panggul

Risiko Bahaya

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ada manfaat tentunya juga ada risiko bahaya dari prosedur medis seperti tindakan bedah ini, yakni seperti:

  • Infeksi saluran kencing
  • Iritasi kulit
  • Reaksi alergi
  • Kerusakan saraf
  • Kerusakan pembuluh darah rahim, usus, kandung kemih serta perut.
  • Gangguan buang air kecil
  • Pembekuan darah

Ketika pasien memiliki masalah obesitas dan pernah menjalani operasi perut sebelum ini, risiko bahaya tersebut walau jarang bisa terjadi pada mereka. Kondisi lainnya yang mampu memperbesar potensi risiko bahaya adalah ketika pasien memiliki penyakit usus kronis, infeksi panggul, serta endometriosis ekstrim.

Masa penyembuhan luka pasca laparoskopi ginekologi tergolong sebentar apabila dibandingkan dengan proses bedah lainnya, yang kembali lagi tergantung dari kondisi kesehatan menyeluruh pasien. Hanya saja, pemulihan yang sebentar rupanya dibarengi dengan biaya yang cukup mahal karena penggunaan alat-alat canggih dalam prosedurnya. Jadi, pertimbangkan keuntungan serta kerugian dari tindakan medis ini sebelum memutuskan menjalaninya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn