Jumlah menstruasi menurun merupakan tanda utama seseorang memasuki masa menopause, apalagi jika memang sudah hampir atau sudah sampai pada usia kepala lima. Turunnya kemampuan seksual seorang wanita juga menjadi masalah di sini. Namun untuk mengetahui lebih jauh, inilah beberapa mitos seputar hubungan intim dengan pasangan pasca menopause.
- Suami Tak Memahami Kondisi Istrinya
Tak salah jika wanita kemudian mengira bahwa sang suami tak mengerti apa yang dialaminya. Sebagai solusi, menutup diri adalah yang paling sering dipilih oleh para wanita. Pada dasarnya, wanita juga masih ingin kok berhubungan intim dengan pasangannya walau tidak lagi dalam usia produktif. Komunikasikan hal ini bersama pasangan termasuk tentang harapan dan keluhan yang dimiliki agar menemukan jalan keluar yang sehat sebab pasangan pasti dapat mengerti kondisi Anda.
- Hubungan Suami Istri Renggang
Rumah tangga yang harmonis seringkali identik dengan hubungan seks yang rutin, sementara pasangan yang sudah jarang atau tak melakukannya dianggap sudah tidak intim. Intimasi pasangan suami istri sebenarnya tidak ditentukan oleh faktor seks saja lho. Menjaga komunikasi tetap dekat, dalam dan baik adalah salah satu yang mampu membuat sebuah rumah tangga tetap harmonis, termasuk melakukan hal-hal yang menjadi kesenangan berdua.
- Libido Menghilang
Selama ini lebih banyak yang meyakini bahwa pasca menopause libido wanita dalam melakukan hubungan intim itu sudah turun atau hilang. Libido itu tergantung setiap individunya, dan tidak selalu demikian pada tiap wanita. Ada yang libidonya turun, namun ada pula yang memang telah kehilangan libido.
Hormon seks estrogen adalah hormon yang memengaruhi timbulnya libido pada wanita dan biasanya pasca menopause hormon ini bakal turun yang juga ikut berdampak pada turunnya libido. Namun bukan berarti wanita yang sudah menopause tak bisa bergairah dan menikmati hubungan intim dengan pasangannya ya.
- Sakit dan Tidak Merasa Bergairah Saat Berhubungan Intim
Produksi cairan pada miss V wanita jelas menurun karena hormon estrogen yang ikut turun setelah menopause. Betul adanya kalau wanita pasca menopause akan terasa sakit kalau berhubungan intim dan cenderung gampang perdarahan juga karena bukaan vagina merapat sekaligus kondisi memendeknya ruang di dalamnya.
Hanya saja, mitos belaka kalau wanita tak lagi bisa menikmati hubungan intim dengan pasangan. Setelah menopause pun wanita masih bisa memiliki kehidupan seks yang menggairahkan termasuk dengan menjalani terapi hormon, memanfaatkan pelumas, hingga memakai obat tertentu supaya saat bercinta tak sakit dan terasa lebih mudah.
- Jarang Berhubungan Intim, Miss V Jadi Tidak Sehat
Wanita usai menopause biasanya akan jarang bercinta dan bahkan enggan melakukannya sama sekali di mana hal ini kemudian memunculkan pendapat bahwa miss V jadi tak lagi sehat karena jarang bersenggama. Padahal, tak benar juga kalau bercinta harus jadi patokan sehat atau tidaknya organ intim wanita.
Kesehatan saluran kemih pun menjadi faktor apakah miss V sehat atau tidak. Jika terjadi infeksi saluran kencing misalnya, maka kesehatan miss V ikut terganggu; sebaliknya apabila saluran kemih sehat, miss V pun sehat. Memiliki PMS (penyakit menular seksual) atau tidak juga berpengaruh pada kesehatan miss V, jadi tak melulu sering tidaknya bercinta berdampak pada miss V ya.
- Mustahil Orgasme
Pasca menopause, banyak anggapan muncul bahwa wanita tak lagi memperoleh orgasme saat berhubungan intim. Wanita tetap bisa merasakannya kok apabila saat bercinta dilakukan dengan tepat. Butuh rasa santai dan sabar ketika melakukannya; bahkan orgasme masih bisa didapat dari beberapa hal, seperti alat bantu seks, seks oral, maupun penetrasi.
- Terapi Hormon Satu-satunya Solusi
Kadar hormon estrogen yang menurun usai menopause memang biasanya memerlukan terapi hormon untuk menanganinya. Namun terapi hormon bukan satu-satunya jalan, sebab ada cara lain seperti konsumsi obat yang dokter sarankan atau bahkan memanfaatkan cara-cara alami yang lebih aman.
Itulah deretan hal-hal seputar seks usai menopause yang terjadi pada wanita dan hanyalah sebuah mitos. Para wanita kerap dikhawatirkan pula dengan hal-hal tersebut, padahal kehidupan seksual bisa tetap berjalan lancar dan menyenangkan asal ditangani dengan benar dan dikomunikasikan baik-baik dengan pasangan.