Hipersomnia – Jenis, Penyebab, Gejala, Pengobatan dan Pencegahan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Mungkin Anda merasa bahwa tidur malam sudah terasa cukup karena Anda telah beristirahat selama 8-9 jam per harinya. Namun, apakah Anda rasanya masih terus mengantuk tanpa alasan? Ketika rasa kantuk berlebih terus terjadi dan tak hanya sekali atau dua kali meski sudah tidur cukup, Anda memiliki alasan untuk mengkhawatirkan kondisi ini.

Hipersomnia dapat menjadi penyebab utama dari rasa kantuk berlebih walau tidur malam sudah termasuk sangat panjang. Pada siang hari akan sulit bagi seseorang dengan hipersomnia untuk bertahan dalam kondisi terjaga. Ketahui apa saja jenis, pemicu, gejala, sampai dengan cara mengatasi hipersomnia ini agar ketika hal ini terjadi pada Anda, tak lagi perlu merasa khawatir.

Jenis dan Penyebab

Kondisi sulitnya mempertahankan mata agar tetap melek dan segar di siang hari adalah yang rintangan yang dialami oleh para penderita hipersomnia. Namun perlu diketahui pula bahwa hipersomnia terdiri dari 3 tipe atau jenis, yakni:

  • Hipersomnia Idiopatik – Jenis hipersomnia satu ini merupakan gangguan neurologis dengan kondisi penderita tidur malam dalam waktu yang sudah ideal atau juga lama, namun ketika bangun tidur sama sekali tak merasakan kesegaran pada tubuhnya. Inilah yang kemudian menjadikan penderita tetap mengantuk di siang hari. Dan kalaupun sudah tidur siang, ia pun bakal tetap merasa ngantuk dan lelah seperti merasa kurang tidur.
  • Hipersomnia Berulang – Jenis hipersomnia ini adalah rasa kantuk hebat yang dialami oleh penderitanya dan terjadi berulang kali tanpa mengenal waktu. Bahkan dalam sehari kita yang memiliki 24 jam, penderita hipersomnia mampu memakai 16-20 jam hanya untuk tidur.
  • Hipersomnia Post-Trauma – Jenis hipersomnia ini terjadi pada orang yang memiliki riwayat cedera syaraf atau otak di kepala. Untuk jenis hipersomnia ketiga ini, penderita dapat sembuh hanya dalam hitungan bulan atau paling cepat hitungan minggu. Yang pasti ketika cedera dinyatakan sembuh, hipersomnia kemungkinan besar pun akan hilang atau sembuh dengan sendirinya.

Penyebab Hipersomnia

Setelah mengenali jenisnya satu per satu, kita pun perlu tahu apa saja faktor yang mampu menyebabkan hipersomnia terjadi. Ada beberapa kondisi yang diperkirakan mampu meningkatkan risiko hipersomnia pada seseorang, yaitu:

  • Gangguan Tidur – Gangguan tidur berupa sleep apnea, narkolepsi, insomnia, sindrom kaki gelisah, dan tidur berjalan.
  • Efek Pengobatan Tertentu – Ada kalanya obat tertentu yang tengah dikonsumsi dapat menyebabkan efek hipersomnia. Namun, berhenti dari menggunakan obat tertentu saat sudah tergolong kecanduan juga bisa menjadi penyebab hipersomnia. Putus obat pun perlu diwaspadai kalau Anda telah terlalu lama mengonsumsi obat tertentu.
  • Kurang Tidur – Ada banyak hal yang mampu menyebabkan seseorang mengalami kurang tidur. Jam kerja panjang dan lembur adalah faktor-faktor yang kerap mengharuskan seseorang untuk begadang walau ada beberapa orang yang begadang karena bermain game atau menonton video. Begadang hingga pagi menyebabkan kurang tidur dan bila berkepanjangan akan mudah memicu hipersomnia nantinya.
  • Faktor Lingkungan – Ketika tidur tak begitu panjang atau tidur hanya sebentar-sebentar bisa saja menyebabkan tubuh terasa lelah walau kelihatannya Anda bisa tidur dari malam hingga pagi. Faktor lingkungan seperti pasangan memiliki kebiasaan mengorok sewaktu tidur, bayi yang terbangun di tengah malam, suhu terlalu dingin atau panas, kasur yang tak nyaman, hingga tetangga yang berisiknya terdengar hingga sampai ke kamar kita.
  • Kerja dengan Sistem Shift – Sistem shift kerja yang kerap berubah dan tak selalu pasti bisa menjadi pemicu kacaunya ritme internal tubuh yang kita bisa istilahkan dengan ritme sirkadian. Dari kacaunya ritme tersebut, otak pun akhirnya menjadi kesulitan dalam bersinkronisasi dalam pengaturan waktu tidur.
  • Kondisi Mental Tertentu – Saat seseorang mengalami kekecewaan, rasa cemas berlebihan, hingga depresi, faktor-faktor ini mampu memicu rasa susah tidur dan biasanya juga menyebabkan seringnya terbangun di tengah malam. Dari masalah seperti inilah kemudian hipersomnia muncul.
  • Perubahan Zona Waktu – Mungkin bagi yang jarang melakukan perjalanan jauh apalagi pergi ke belahan bumi lain dengan perbedaan zona waktu yang cukup banyak dan berbeda, ini otomatis akan berpengaruh terhadap jam biologis internal atau ritme sirkadian. Hipersomnia dapat muncul dari faktor seperti ini.
  • Penyakit Tertentu – Penyakit seperti asma nokturnal, refluks esofagus, serta hipotiroidisme dan juga penyakit kronis lainnya mampu menjadi pengganggu tidur yang kemudian berujung pada hipersomnia.
  • Faktor Usia – Pada umumnya, hipersomnia lebih banyak dialami oleh para remaja maupun orang-orang di usia produktif atau dewasa muda. Bahkan diketahui pula bahwa pertama kali hipersomnia dijumpai atau dikenali pada masa dewasa muda atau remaja.

Gejala Hipersomnia

Penderita hipersomnia tidaklah seperti seseorang yang mengalami kurang tidur dan merasa lelah keesokan harinya. Lebih dari itu, para penderitanya akan terpaksa melakukan tidur siang secara berulang yang bahkan terkadang tak tepat waktu karena bisa saja tidur sewaktu di tempat kerja, ketika sedang mengobrol atau bahkan sewaktu makan.

Kalau seseorang yang biasanya kurang tidur dan merasa lelah, normalnya tidur siang 1-2 jam sudah terasa cukup baginya dan ia akan kembali segar. Penderita hipersomnia tak akan merasa tidur siang dengan durasi tersebut memuaskannya. Mereka belum lega bila hanya didukung dengan 1-2 jam tidur siang.

Gejala-gejala lainnya yang wajib untuk diketahui dan diperhatikan antara lain adalah:

  • Tubuh cepat lelah dan kelelahan tersebut terlalu hebat karena dirasakan sepanjang hari.
  • Sulit untuk fokus atau konsentrasi terhadap suatu hal.
  • Sulit mengingat.
  • Sering kebingungan.
  • Sering gelisah
  • Apati di mana ini artinya penderita kurang antusias, kurang motivasi, dan kurang emosi.
  • Pikiran tak jernih.
  • Gampang tersinggung dan marah.
  • Sulit dalam membuat keputusan.
  • Sulit untuk berpikir.
  • Berbicara lambat
  • Sering halusinasi
  • Mengalami penurunan selera makan
  • Mengalami penurunan energi dalam tubuh.

Bahkan lebih seriusnya lagi, ada sejumlah penderita hipersomnia yang sampai mengalami hilangnya kemampuan untuk menjalankan fungsinya dalam sosial, pekerjaan, hingga keluarga.

Pengobatan dan Pencegahan

Dengan mengetahui faktor penyebabnya lebih dulu, maka akan lebih mudah bagi Anda untuk mengatasi hipersomnia yang bisa disesuaikan dengan faktor pemicunya. Pemeriksaan perlu dilakukan di mana hal ini harus meliputi riwayat obat yang sedang dikonsumsi, kondisi mental pasien, kebiasaan hidup, hingga riwayat kesehatan menyeluruh pasien.

Untuk mengobati hipersomnia, ada beberapa langkah yang dapat coba dilakukan. Berikut adalah langkah penanganan paling umum yang bisa diperhatikan.

  • Obat-obatan

Contoh obat-obatan yang pada umumnya diberikan kepada penderita hipersomnia adalah amfetamin, methylphenidate, serta modafinil di mana ketiganya masih termasuk di dalam obat jenis stimulan yang tak bisa dikonsumsi kalau tidak dengan resep dokter.

Obat lainnya yang cukup kerap juga dipakai dalam pengobatan hipersomnia antara lain adalah seperti antidepresan, bromokriptin, levodopa, clonidine, dan juga penghambat monoamine oxidase. Tentunya akan lebih baik serta efektif bila penderita menggunakan obat tersebut sesuai anjuran resep dokter.

  • Menjauhkan Benda-benda Pengganggu Tidur

Gadget adalah benda masa kini yang secara sadar atau tidak sadar telah banyak memakan korban susah tidur. Jadi untuk mengatasi hipersomnia, tentunya kualitas tidur harus tetap dijaga sehingga akan sangat baik kalau Anda bisa menjauhkan diri dari smartphone, televisi, atau benda elektronik lainnya yang kiranya membuat Anda tak jadi tidur.

Benda-benda yang mampu mengganggu tidur Anda bukan hanya gadget saja, melainkan juga AC yang kemungkinan dinyalakan dengan suhu terlalu rendah sehingga akhirnya menyebabkan kedinginan dan susah tidur. Pastikan untuk menyetel AC dengan suhu yang pas, tak membuat Anda kepanasan tapi juga tak terlalu membuat Anda kedinginan.

  • Memajukan Jam Tidur

Dalam mengatasi hipersomnia yang disebabkan oleh begadang sehingga susah/kurang tidur, membuat jam tidur lebih awal dapat menjadi solusi yang dicoba oleh Anda. Untuk mengawalinya, Anda bisa tidur 15 menit lebih awal dan lakukan dengan konsisten dalam beberapa malam. Secara bertahap, Anda bisa menambah durasinya sehingga akhirnya mampu memperbaiki pola tidur dengan baik.

  • Olahraga secara Rutin

Sebagai bagian dari proses meregulasi pola tidur Anda, lakukanlah latihan hingga tubuh berkeringat sampai kelelahan dirasakan oleh tubuh. Berolahraga di luar ruangan dan terpapar sinar matahari pagi selama kurang lebih setengah jam adalah hal yang juga dianjurkan. Cara ini layak dicoba karena terpercaya efektif demi mendapatkan tidur teratur dan berkualitas sampai pada akhirnya hipersomnia pergi.

Cara Mencegah

Setelah kita mengetahui cara mengobati atau mengatasi hipersomnia, ada baiknya Anda juga tahu bagaimana pencegahan terhadap hipersomnia. Di bawah ini bisa dilihat dan dipraktikkan dengan baik apa yang sebaiknya dan tak sebaiknya Anda lakukan.

  • Tidak tidur apabila Anda tak terlalu mengantuk.
  • Hindari segala macam prasangka yang menyebabkan rasa gelisah muncul. Ketika prasangka dan kegelisahan datang, tenangkanlah diri Anda.
  • Hindari minuman berkafein terlalu banyak.
  • Hindari kebiasaan merokok.
  • Aturlah jadwal tidur malam Anda dan patuhilah aturan tersebut tanpa melanggarnya.
  • Olahraga secara teratur dan jangan sampai kurang olahraga; lakukan latihan fisik setiap hari paling tidak 30 menit.
  • Aturlah pola makan dan selalu penuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi yang baik.

Demikianlah info mengenai hipersomnia, mulai dari jenisnya, faktor penyebab, gejala, pengobatan hingga cara mencegahnya. Bila memang diperlukan, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter khusus spesialis syaraf. Pola hidup yang sehat pun turut mendukung agar Anda terhindar dari kondisi ini maupun mampu mengatasi hipersomnia dengan baik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn