4 Metode Diagnosis Diabetes Tipe 1 untuk Ditempuh Penderita

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Adalah sebuah rahasia umum bahwa diabetes merupakan sebuah penyakit menahun atau penyakit kronis yang dapat dialami oleh seseorang saat kelenjar ludah perut alias pankreas tak menghasilkan insulin secara normal. Bila insulin tidaklah cukup dan tubuh juga tak secara maksimal dan efektif dalam penggunaan insulin, diabetes adalah akibatnya.

Diabetes tipe 1 adalah jenis diabetes yang masalah utamanya terletak pada sedikitnya produksi insulin sehingga memang jenis diabetes ini dianggap juga sebagai kondisi ketergantungan insulin. Adapun gejala diabetes tipe 1 yang bisa dialami oleh seseorang di mana disebut juga dengan gejala klasik adalah:

  • Sering merasakan lapar walau sudah makan.
  • Dehidrasi alias cepat dan mudah haus walau sudah minum cukup.
  • Sering buang air kecil di mana hal ini lebih dirasakan pada waktu malam hari.
  • Cepat lelah.
  • Gangguan pada penglihatan di mana pandangan mengabur yang disebabkan oleh bentuk lensa mata yang berubah.
  • Penurunan berat badan yang cukup terbilang drastis.

Gejala-gejala tersebut sebaiknya tidaklah dianggap enteng karena bila dibiarkan akan mudah berkembang sehingga lebih parah dari sebelumnya. Hanya dalam hitungan minggu atau bisa juga beberapa hari saja, gejala bisa lebih buruk. Demam tinggi, sakit perut, hilangnya nafsu makan, nafas yang aromanya seperti buah-buahan, muntah yang disertai mual lebih dulu, dan juga beratnya nafas dalam perlu dicurigai. Untuk itulah Anda perlu melakukan diagnosis diabetes tipe 1.

(Baca juga: penyebab diabetes melitus – makanan yang baik untuk diabetes melitus)

1. Tes Urine

Dalam banyak penyakit, tes urine adalah salah satu yang biasanya paling wajib dalam metode diagnosa untuk ditempuh oleh pasien. Tes urine ini perlu dan bakal disarankan juga oleh dokter supaya sampel urine dapat diuji. Pengujian atau pengetesan bertujuan untuk memeriksa kandungan glukosa.

Kondisi yang normal biasanya akan menunjukkan bahwa glukosa tidaklah terkandung di dalam urine. Tapi glukosa berkemungkinan menimbun dan akhirnya mengalir ke ginjal dan urine pada pasien yang memang mengidap diabetes. Tak hanya kandungan glukosa saja, kandungan keton pun diperiksa oleh dokter melalui tes urine tersebut.

2. Tes Darah

Selain dari tes urine, jelas tes darah adalah metode diagnosa wajib lainnya yang akan membantu pasien untuk menemukan jawaban akan kadar gula darahnya. Seperti halnya sampel urine, sampel darah bakal digunakan untuk mengetahui kadar glukosa. Dan oleh karena itulah, pasien biasanya diminta untuk puasa lebih dulu.

Puasa ini perlu dilakukan selama 8-12 jam lamanya dan pagi harinya barulah Anda melakukan tes darah tersebut. Sesudah pelaksanaan tes darah, pasien biasanya akan diberi 1 gelas minuman dengan gula berkadar tertentu. Tak perlu takut atau khawatir karena minuman tersebut tak akan berkadar gula tinggi karena sudah ditentukan oleh ahlinya.

Sampel darah biasanya akan diambil kembali sesudah 2 jam dari sejak pasien diberi minuman tadi. Darah yang diambil bertujuan untuk tes glukosa di mana fungsinya adalah untuk evaluasi kegiatan insulin yang ada pada tubuh pasien. Persiapkan fisik dan mental Anda dengan baik sebelum menempuh metode diagnosa tersebut dan setelah itu hasilnya bisa ditunggu dan dikonsultasikan dengan dokter.

(Baca juga: cara menurunkan gula darah – ciri-ciri gula darah tinggi)

3. Tes HbA1c

Tes ini pun termasuk penting untuk para penderita diabetes tipe 1 bila sudah mulai merasakan gejala-gejala yang cukup kurang wajar. HbA1c juga disebut dengan istilah Hemoglobin A1c di mana ini merupakan sebuah komponen minor yang memang masih berasal dari hemoglobin yang memiliki ikatan dengan glukosa.

Hb1Ac sendiri juga terkadang dikenal dengan istilah glikosilasi atau hemoglobin glikosilasi di mana pemeriksaannya akan meliputi pemeriksaan darah. Tes ini terbilang penting untuk mengecek tingkat kebaikan dan efektivitas pengobatan terhadap diabetes. Bila Anda ingin mengetahui rata-rata hasil dari kadar gula darah 2-3 bulan terakhir, maka tes ini akan membantu Anda.

Biasanya tes ini juga dilaksanakan bersamaan dengan tes gula darah yang biasa supaya nantinya memudahkan dokter dalam membuat penyesuaian tentang pengontrolan diabetes melitus. Saat diabetes diketahui tak terkendali dengan baik alias gula darah berkadar terlalu tinggi, terjadilah penumpukan gula di dalam darah sehingga kemudian terjadi penggabungan diri dengan HB atau hemoglobin yang terglikasi.

Biasanya hasil nilainya pasti tinggi dari tes ini apabila kadar glukosa darah selama beberapa minggu atau bulan terakhir memang tinggi secara terus-menerus. Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk dilakukan bagi yang menderita diabetes. Paling tidak, lakukan tes 3 bulan sekali supaya dapat ditentukan apakah gula darah sudah sampai pada kadar targetnya.

Bila hasil ternyata memuaskan, itu artinya pasien atau penderita tak perlu terburu-buru untuk melakukan pemeriksaan lagi dalam waktu dekat. Jika hasil diabetes masih dalam tahap wajar dan terkendali, waktu untuk melaksanakan tes darah kembali bisa cukup lama. Paling lama pun sebaiknya setahun 2 kali seperti yang para ahli anjurkan.

Bagaimana kita bisa tahu hasilnya menandakan bahwa kita mengidap diabetes tipe 1 atau tidak? Apabila angka 6,5 persen atau di atas itu adalah yang keluar sebagai tingkat HbA1c, inilah yang menjadi tanda bahwa pasien menderita diabetes. Selain itu, pemeriksaan dengan metode ini sangat baik dilakukan sebagai pemeriksaan awal bagi yang memang punya risiko diabetes.

(Baca juga: gejala penyakit gula – diabetes penyakit keturunan)

4. Tes Autoantibodi

Tes diagnosa lainnya yang perlu ditempuh ketika seseorang ingin mengetahui apakah ia positif mengidap diabetes tipe 1 adalah tes autoantibodi. Prosedur ini biasanya dilaksanakan sesudah diagnosa diabetes sudah dokter buat. Tujuan dari pelaksanaan tes ini adalah untuk membedakan diabetes tipe 2 dan juga 1 sebelum pasien menderita hiperglikemia.

Tes ini bakal dianjurkan oleh dokter apabila ini adalah kali pertama pasien didiagnosa diabetes dan tes autoantibodi akan sangat berguna sebagai penentu apakah diabetes yang diderita ada kaitannya dengan autoimun. Dokter juga bakal menyarankan apabila pasien merupakan pengidap diabetes yang ditangani dengan cara diet.

Ketika pasien mengalami kesulitan dalam mengendalikan kadar glukosanya supaya tetap normal serta ada dugaan bahwa ia mengidap diabetes tipe 1 dilihat dari gejala, dokter pasti menyarankan tes autoantibodi ini. Autoantibodi sendiri yang ada hubungannya dengan diabetes adalah protein yang sistem daya tahan tubuh produksi dan sudah ada bukti bahwa ada hubungannya dengan diabetes tipe 1.

Adanya 1 atau lebih autoantibodi yang terdapat dalam darah akan terdeteksi melalui pengujian satu ini. Kekurangan insulin pada tubuh merupakan tanda utama yang muncul pada penderita diabetes tipe 1. Hal ini diketahui disebabkan oleh proses autoimun yang melakukan penghancuran sel-sel beta yang tugasnya adalah memroduksi insulin.

Fungsi sel beta yang hilang dan rusak akan dapat diketahui dari autoantibodi yang ada hubungannya dengan diabetes ini. Tak hanya itu, dari tes ini jugalah bakal ketahuan pula akan tidak memadainya produksi insulin. Memang benar bahwa diabetes tipe 1 lebih diketahui sebagai diabetes remaja tapi definisinya kini lebih kepada sel beta yang rusak.

Intinya, ketika tak terdapat autoantibodi yang terhubung dengan diabetes, diabetes yang dialami oleh pasien bukanlah diabetes tipe 1. Walau cukup langka, sejumlah pasien dengan masalah penyakit diabetes tipe 1 biasanya tak dapat terdeteksi mempunyai beberapa kelompok autoantibodi. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa menanyakan dan berkonsultasi dengan dokter akan hal ini.

(Baca juga: perbedaan diabetes tipe 1 dan 2 – cara mencegah diabetes)

Segeralah pergi ke dokter untuk pemeriksaan dan melakukan diagnosis diabetes tipe 1 apabila memang Anda mulai merasakan gejala-gejala janggal pada keseharian Anda. Ketika kadar glukosa darah sudah cukup tinggi dan diabaikan, waspadai adanya pembuluh darah yang rusak berikut organ tubuh serta saraf.

Perlu diketahui pula bahwa diabetes pun memiliki potensi mengakibatkan beberapa komplikasi jikalau pengendalian tak dilakukan dengan baik. Tidak signifikannya peningkatan kadar gula darah memang biasanya tak akan begitu menunjukkan gejala tertentu. Namun jangan tenang-tenang saja dan tetap lakukan tips diet sehat serta cek kesehatan secara rutin sebab kerusakan dapat terjadi dalam jangka waktu yang lama.

fbWhatsappTwitterLinkedIn