Atresia bilier merupakan kondisi langka yang menyebabkan saluran empedu tersumbat. Sekitar 15.000 hingga 20.000 bayi lahir dengan tidak memiliki saluran empedu yang lengkap. Saluran empedu ini memiliki fungsi untuk menyalurkan empedu yang dihasilkan organ hati. Empedu kemudian di simpan di dalam kantong empedu dan dikeluarkan sedikit demi sedikit ke saluran pencernaan pada saat yang diperlurkan. Empedu sendiri merupakan cairan berwarna kuning kehijauan dan berfungsi untuk mencerna makanan yang mengandung lemak dan menyerap vitamin larut lemak A, D, E dan K.
Baca Juga:
Bukan hanya itu saja, empedu juga memiliki fungsi untuk membuang racun dan zat-zat sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh. Saluran empedu yang tidak berfungsi dengan normal menyebabkan empedu tetap berada di dalam hati. Jika kondisi ini terus dibiarkan, dapat menyebabkan kerusakan hati yang membuat hati sulit untuk membuang racun yang ada dalam tubuh. Kerusakan pada organ hati menyebabkan jaringan parut di hati terbentuk dan bersifat permanen.
Kelainan atresia bilier ini memang cukup jarang terjadi, akan tetapi jika kelainan ini terjadi biasanya bersifat fatal. Perbandingan bayi yang terkena penyakit atresia bilier adalah 1 : 10000. Menurut penelitian, penyakit atresia bilier biasanya lebih sering dialami oleh bayi perempuan dengan perbandingan 2 : 1. Selain bayi perempuan, penyakit ini juga lebih sering terjadi pada bayi prematur dan anak Asia atau Afrika. Atresia bilier merupakan penyebab terjadinya transplantasi hati pada anak atau bayi paling sering.
Penyebab dari Atresia Bilier
Penyakit atresia bilier ini terjadi disebabkan oleh perkembangan saluran empedu secara abnormal. Akan tetapi belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya gangguan perkembangan pada saluran empedu. Selain itu, atresia bilier bukan merupakan penyakit genetik dan bukan merupakan penyakit menular. Kejadian di dalam rahim atau sekitar waktu lahir lebih mungkin menjadi penyebab terjadinya atresia bilier. Berikut ini beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya atresia bilier:
1. Memiliki kelainan autoimun
Salah satu faktor penyebab seseorang mengalami atresia bilier adalah sistem autoimun yang bermasalah. Kelainan autoimun ini membuat tubuh menyerang diri sendiri. Dalam kasus atresia bilier, sistem imun menyerang saluran empedu atau hati tanpa alasan.
Baca Juga:
2. Infeksi bakteri atau virus setelah bayi lahir
Bayi yang baru lahir dengan berat badan kurang dari 2,75 kg memiliki risiko lima kali lebih sering terinfeksi bakteri. Selain itu, bayi juga dapat terinfeksi bakteri, virus, maupun berbagai mikroorganisme lainnya selama kehamilan. Beberapa virus seperti rotavirus, reovirus tipe 3 dan cytomegalovirus (CMV) apabila menginfeksi bayi baru lahir akan menyebabkan bayi mengalami penyakit atresia bilier.
3. Perkembangan abnormal saluran empedu dan hati
Kandung empedu dan hati dihubungkan oleh saluran yang dikenal sebagai duktus biliaris atau saluran empedu. Adanya gangguan pada perkembangan dari saluran empedu yang ada di dalam maupun di luar hati dapat menjadi penyebab bayi mengalami atresia bilier. Namun penyebab pasti terjadinya masalah pada perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui. Atresia bilier juga dapat terjadi pada beberapa anak yang disebabkan oleh saluran empedu yang tidak terbentuk.
4. Mutasi genetik
Berbagai kelainan genetik, seperti mutasi gen yang membuat struktur genetik berubah secara permanen memiliki hubungan dengan cacat hati dan limpa. Sebuah penelitian mengungkapkan adanya gen SOX17 yang terdapat dalam kandung empedu dan saluran empedu epitel dapat mengakibatkan terjadinya atresia bilier. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan peran mutasi gen pada gangguan atresia bilier.
Baca Juga:
5. Janin terpapar bahan berbahaya saat berada di dalam rahim
Kandungan zat yang terdapat pada produk kecantikan, produk pembersih dan cat dinding dapat membahayakan kondisi janin yang ada di dalam rahim. Janin yang terpapar bahan kimia beracun akibatnya bayi yang lahir akan mengalami atresia bilier.
Berbagai penyebab terjadinya penyakit atresia bilier tersebut tidak berkaitan dengan faktor keturunan. Dengan demikian, penyakit ini tidak diturunkan dari orang tua ke anaknya. Orang tua yang memiliki riwayat penyakit atresia bilier belum tentu akan menyebabkan anaknya juga mengalami penyakit yang sama.
Tanda-tanda dan Gejala Atresia Bilier
Bayi yang mengalami atresia bilier bisa saja terlihat normal saat baru lahir seperti bayi pada umumnya. Penyakit ini umumnya mulai terdiagnosa ketika bayi berusia 1 hingga 2 bulan. Beberapa gejala penyakit atresia bilier yang biasa muncul antara lain:
- Bayi terlihat kuning (Jaundice). Umumnya bayi yang baru lahir akan terlihat kuning hingga usia 2 minggu dan setelahnya bayi akan kembali normal. Namun bayi yang mengalami atresia bilier, kuning akan terus berlanjut bahkan dapat bertambah parah.
- Air seni berwarna cokelat dan feses berwarna abu-abu pucat.
- Penurunan berat badan.
- Terjadi pembengkakan pada perut serta pembesaran pada organ limpa dan hati.
Baca Juga:
Pada saat bayi berusia 2 hingga 3 bulan, gejala yang akan timbul di antaranya:
- Bayi sangat rewel
- Gatal-gatal
- Gangguan pertumbuhan
- Tekanan darah tinggi pada vena porta
Tanda-tanda atau gejala yang telah dijelaskan tersebut tidak spesifik dan dapat mengindikasikan penyakit lain. Oleh karena itu, dibutuhkan sejumlah tes yang dilakukan di rumah sakit untuk membuktikannya.
Penanganan Atresia Bilier
Obat-obatan yang diberikan dokter hanya dapat menstabilkan kondisi bayi. Kelainan atresia bilier hanya dapat ditangani dengan melakukan tindakan operasi yang bisa dilakukan saat usia bayi di atas 8 bulan. Operasi yang dapat dilakukan yaitu prosedur Kasai dan transplantasi hati, berikut penjelasannya:
- Prosedur Kasai
Prosedur Kasai merupakan terapi awal bagi penderita atresia bilier dan menjadi pilihan utama untuk mengatasi kelainan atresia bilier. Prosedur ini merupakan operasi bypass yang mengangkat saluran empedu yang tersumbat kemudian langsung dialirkan ke saluran pencernaan. Prosedur Kasai ini dapat dilakukan apabila kerusakan hati belum terjadi secara permanen. Namun meski prosedur Kasai berhasil dilakukan, kebanyakan anak memiliki risiko lebih besar mengalami sirosis bilier obstruktif saat dewasa. Oleh karena itu, anak perlu diawasi secara teratur untuk mengetahui aktivitas hati.
Baca Juga:
- Resiko Donor Hati
- Ciri Ciri Penyakit Hepatitis
- Penyebab Hepatitis
- Penyebab Batu Empedu
- Gejala Awal Kanker Hati
- Cara Penularan Hepatitis C
- Transplantasi hati
Transplantasi hati dilakukan apabila prosedur Kasai gagal dilakukan. Sebelumnya, transplantasi hati hanya dapat dilakukan jika tersedia hati dari donor yang sesuai. Namun kini, transplantasi hati dapat dilakukan dengan hati orang dewasi untuk anak kecil. Hal ini disebut dengan tranplantasi split liver. Setelah melakukan transplantasi hati, biasanya kebanyakan anak dapat makan dengan normal. Namun meski demikian, tetap harus selalu konsultasi dengan dokter mengenai diet terbaik untuk anak yang mengalami atresia bilier, karena biasanya anak dengan kondisi tersebut mengalami kekurangan nutrisi serta membutuhkan diet khusus.