Clomifene – Obat Apa – Dosis – Kegunaan – Efek Samping

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Obat Apa

Obat Clomifene merupakan jenis obat kesuburan non steroid yang digunakan untuk mengatasi infertilitas atau kondisi tidak subur pada wanita yang tidak dapat berovulasi (ovulasi, mengeluarkan sel telur dari ovarium atau indung telur). Obat ini termasuk ke dalam kelas obat-obatan stimulan ovulasi atau perangsang ovulasi. Proses ovulasi dipengaruhi oleh aktivitas hormon, hormon yang bertanggungjawab dalam proses ovulasi adalah hormon – hormon gonadotropin. Hormon – hormon gonadotropin merupakan jenis hormon glikoprotein (sejenis protein) polipeptida yang disekresi atau dilepaskan oleh sel gonadotrope pada anterior pituitari. Anterior pituitari merupakan bagian dari kelenjar pituitari yang terdapat pada bagian otak hipotalamus. Sedangkan hipotalamus adalah bagian otak yang terletak di bawah otak yang berfungsi sebagai penghubung sistem syaraf dengan sistem endokrin atau sistem hormon melalui kelenjar pituitari.

Hormon – hormon gonadotropin antara lain adalah follicle-stimulating hormone (hormon perangsang folikel atau disingkat FSH), luteinizing hormone (LH) dan human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon – hormon gonadotropin yang berfungsi dalam proses ovulasi adalah follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone. Sementara human chorionic gonadotropin berfungsi dalam proses awal kehamilan. Hormon – hormon gonadotropin hanya akan dilepaskan bila mendapat perintah dari hipotalamus, yang mana hipotalamus memberi sinyal lewat gonadotropin-releasing hormone (hormon pelepas gonadotropin atau disingkat GnRH). Namun, gonadotropin-releasing hormone hanya mempengaruhi pelepasan hormon follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone. Sedangkan human chorionic gonadotropin dihasilkan oleh plasenta setelah terjadi pembuahan sel telur.

Obat Clomifene merangsang hipotalamus untuk melepaskan hormon pelepas gonadotropin yang memicu pelepasan follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormon, yang mana kedua hormon ini dapat memicu terjadinya proses ovulasi. Dengan demikian obat Clomifene dapat membantu meningkatkan kesuburan wanita yang memiliki masalah dalam proses ovulasi. Pada bagian – bagian berikutnya akan dijelaskan mengenai dosis, kegunaan dan efek samping dari obat Clomifene ini.

Dosis

Sebelum menggunakan obat Clomifene ini, Anda diharapkan berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis profesional terkait. Hal ini perlu dilakukan agar Anda dapat menggunakan dosis yang tepat sesuai dengan kondisi medis Anda. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai dosis pemakaian obat Clomifene yang dilansir dari www.drugs.com.

  • Dewasa:
  1. Untuk keperluan induksi ovulasi atau rangsangan ovulasi, dosis oral (melalui mulut atau ditelan) yang diberikan sebanyak 50 mg sekali sehari selama 5 hari.
  2. Bila penggunaan progestin perangsang pendarahan sedang direncanakan atau terjadi pendarahan uterus secara tiba-tiba sebelum penggunaan obat Clomifene ini, maka dosis tersebut baru bisa digunakan pada sekitar hari kelima dari siklus pendarahan.
  3. Penggunaan obat Clomifene ini baru bisa dimulai pada saat tidak ada pendarahan uterus yang baru terjadi. Jika ovulasi belum juga terjadi setelah pemberian dosis pertama, maka dosis kedua sebanyak 100 mg per hari selama 5 hari perlu diberikan.
  4. Dosis kedua ini dapat dimulai sedini mungkin 30 hari setelah dosis pertama setelah disesuaikan dengan tindakan pencegahan (precautions) yang terkait dengan obat, terkecuali kehamilan.

Beberapa informasi terkait dengan penggunaan obat Clomifene ini antara lain adalah:

  1. Dosis dapat ditingkatkan hanya jika pasien tidak berovulasi pada siklus dosis sebesar 50 mg.
  2. Meningkatkan dosis di atas 100 mg per hari selama 5 hari tidak direkomendasikan untuk dilakukan.
  3. Bila ovulasi terjadi karena penggunaan dosis sebesar 50 mg per hari selama 5 hari, maka tidak perlu meningkatkan jumlah dosis obat yang diberikan untuk siklus selanjutnya.
  4. Sebagian besar pasien dapat berovulasi setelah menjalani terapi dosis pertama, jika ovulasi tidak terjadi setelah tiga kali penggunaan 3 kali terapi dosis, maka perawatan lebih lanjut dengan penggunaan obat Clomifene tidak direkomendasikan dan pasien perlu dievaluasi ulang.
  5. Penggunaan obat ini untuk perawatan disfungsi ovulasi pada wanita yang menginginkan kehamilan. Obat ini ditujukan untuk pasien dengan disfungsi ovulasi yang memiliki kondisi: pasien dengan fungsi hati normal; pasien tanpa kista ovarium, obat Clomifene ini tidak boleh digunakan pada pasien dengan pembesaran ovarium kecuali yang memiliki sindrom ovarium polikistik; pasien yang sedang tidak hamil; dan pasien tanpa kondisi pendarahan vagina yang tidak normal, jika terjadi pendarahan vagina tidak normal, perlu dilakukan evaluasi mengenai tidak adanya luka neoplastik.

Beberapa informasi tambahan yang berkaitan dengan obat Clomifene ini dijelaskan di bawah ini:

  1. Kontraindikasi dari obat ini antara lain: kehamilan; pendarahan uterus tidak normal dari penyebab yang tidak dapat ditentukan; hipersensitvitas terhadap bahan – bahan yang terkandung dalam obat Clomifene; memiliki penyakit hati atau riwayat disfungsi hati; memiliki kelenjar gondok yang tidak terkendali atau disfungsi adrenal; adanya luka intrakanial organik seperti tumor pituitari; dan mengalami pembesaran ovarium atau kista ovarium yang tidak disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik.
  2. Pasien harus mengunakan obat ini hanya setelah evaluasi diagnostik yang cermat, termasuk evaluasi terhadap pembesaran ovarium, pembentukan kista ovarium dan tidak sedang mengalami kehamilan. Evaluasi terhadap kondisi pasien juga menyangkut evaluasi di antara setiap siklus perawatan.
  3. Dosis dan lama waktu terapi paling rendah direkomendasikan untuk diterapkan pada pasien, terutama jika diduga terdapat reaksi sensitivitas yang tidak biasa pada gonadotropin pituitari pada pasien dengan sindrom ovarium polikistik.
  4. Ovulasi biasanya terjadi 5 hingga 10 hari setelah terapi, hubungan badan dilakukan bertepatan dengan waktu ovulasi yang diharapkan.

Kegunaan

Kegunaan dari obat Clomifene ini adalah untuk membantu terjadinya proses ovulasi pada wanita yang mengalami gangguan ovulasi. Sehingga bisa dikatakan obat Clomifene membantu meningkatkan kesuburan wanita. Selain dengan batuan obat Clomifene ini terdapat juga beberapa makanan untuk kesuburan. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai kegunaan obat Clomifene.

  • Membantu proses ovulasi pada wanita

Ovulasi merupakan terjadinya proses pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi terjadi saat folikel ovarium luruh dan melepaskan sel telur sekunder, setelah ovulasi terjadi, sel telur tersebut dapat dibuahi oleh sel sperma. Ovulasi pada manusia terjadi pertengahan dan selama siklus menstruasi. Ovulasi dikontrol oleh bagian hipotalamus (bagian otak) dengan mensekresi hormon – hormon seperti follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone yang memicu terjadinya ovulasi. Namun, terkadang wanita tidak dapat mengalami proses ovulasi, dimana ovarium tidak melepaskan sel telur selama siklus menstruasi.

Tidak terjadinya proses ovulasi dapat terjadi pada wanita yang mengalami menopause (saat proses menstruasi berhenti, pada umumnya terjadi di antara usia 49 dan 52 tahun), namun tidak terjadinya ovulasi bisa terjadi pada wanita usia produktif. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi pada wanita antara lain adalah ketidakseimbangan hormon atau kimia dalam tubuh dan adanya gangguan fungsional. Pada umumnya penyebab tidak terjadinya ovulasi adalah ketidakseimbangan hormon atau kimia dalam tubuh, diperkirakan 70% kasus tidak terjadinya ovulasi disebabkan oleh penyebab ini. Sekitar setengah dari wanita dengan ketidakseimbangan hormon tidak menghasilkan folikel yang cukup untuk memastikan perkembangan sebuah sel telur muda. Kejadian ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya sekresi hormon dari kelenjar pituitari atau dari bagian hipotalamus.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, proses ovulasi diatur oleh hipotalamus dengan bantuan kelenjar pituitari, yang mana kelenjar pituitari mengatur sebagian besar aktivitas hormon dalam tubuh manusia. Selain penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormon (terdapat beberapa akibat kekurangan dan kelebihan kelenjar endokrin yang mengatur hormon) dan kimia, gangguan fungsional dari ovarium juga dapat mempengaruhi tidak terjadinya ovulasi. Gangguan fungsional diperkirakan merupakan penyebab dari sebagian kecil kasus tidak terjadinya ovulasi, sekitar 10 hingga 15%. Gangguan fungsional ini dapat berupa ovarium berhenti bekerja, sehingga tidak menghasilkan sel telur dan juga terhambatnya atau tertutupnya saluran ovarium juga dapat menjadi penyebab gangguan fungsional. Selain penyebab – penyebab tersebut, terdapat beberapa penyebab tidak haid atau menstruasi pada wanita seperti obesitas.

Obat Clomifene dapat digunakan untuk merangsang terjadinya proses ovulasi, dengan mempengaruhi aktivitas hormon dalam tubuh. Obat tersebut akan mempengaruhi hipotalamus guna mengeluarkan hormon yang diperlukan untuk memulai proses ovulasi yaitu f0llicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone. Dengan dikeluarkannya hormon – hormon tersebut diharapkan proses ovulasi dapat terjadi.

Efek Samping

Seperti halnya berbagai obat medis modern lainnya, obat Clomifene tidak terlepas dari efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi akibat pemakaian obat ini antara lain adalah:

  1. Sakit kepala
  2. Mual
  3. Ketidaknyamanan pada payudara
  4. Muntah
  5. Diare
  6. Penglihatan kabur
  7. Pendarahan tidak normal pada vagina
  8. Sesak napas
  9. Sakit pada dada

Demikianlah penjelasan mengenai obat Clomifene beserta dosis, kegunaan dan efek sampingnya. Semoga informasi yang disajikan disini mengenai obat Clomifene menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi Anda.

fbWhatsappTwitterLinkedIn