Caronem merupakan salah satu obat yang mengatasi infeksi pada dewasa dan anak, seperti :
- pneumonia,
- termasuk pneumonia nosokomial,
- infeksi intra abdomen,
- infeksi kulit dan jaringan lunak,
- infeksi ginekologi (termasuk bahaya endometritis),
- meningitis,
- septikemia.
Caronem juga dapat digunakan sebagai terapi empirik untuk injeksi pada pasien dewasa dengan febril neutropenik (sebagai monoterapi atau kombinasi dengan antivirus atau antijamur). Infeksi polimikrobial.
Caronem merupakan obat yang diproduksi oleh Pyridam. Obat ini termasuk dalam golongan K merah, artinya obat ini dapat dibeli di apotek terdekat namun perlu menyertakan surat resep dari dokter.
Komposisi Caronem
Obat Caronem mengandung bahan meropenem. Meropenem merupakan jenis antibiotik yang dimanfaatkan untuk mengobati jenis-jenis infeksi disebabkan oleh bakteri. Komposisi ini termasuk dalam kelas obat carbapenem-type antibiotic. Cara kerja Meropenem terhadap tubuh orang yang mengonsumsinya adalah dengan cara membunuh atau menghentikan reproduksi bakteri menjadi dampak infeksi.
Dosis Penggunaan Caronem
Dosis penggunaan merupakan takaran yang sesuai dengan perintah dokter untuk dikonsumsi oleh pasien atau penderita. Pasien yang hendak menggunakan obat ini harus sesuai pertimbangan dokter agar memberikan dampak yang baik untuk tubuh dan mengurangi risiko efek samping.
Dosis penggunaan Caronem antara lain:
- Khusus Dewasa
- Pneumonia, ISK, endometritis, infeksi ginekologi, infeksi kulit & jar lunak diberikan dosis sebesar 500 mg. Berikan sebanyak 3 kali sehari.
- Pneumonia nosokomial, peritonitis, infeksi pada pasien neutropenik, septikemia sebanyak 1 gram. Berikan seban3 x/hari.
- Meningitis, dosis yang sesuai adalah 2 gram. Berikan sebanyak tiga kali sehari.
- Anak
- Anak diatas 3 hingga 12 tahun meminum sebanyak 10-20 mg per kilo berat badan. Berikan sebanyak 3 kali sehari.
- Anak dengan berat badan diatas 50 kg mengikuti dosis orang dewasa.
- Bagi anak-anak menderita meningitis sebanyak 40 mg per kg berat badan. Berikan sebanyak 3 kali sehari.
Efek Samping Caronem
Efek samping untuk setiap obat selalu ada ketika seseorang sudah meminum obat tersebut. Caronem juga bisa memberikan efek samping kepada pasien atau penderita, antara lain:
- Inflamasi
- tromboflebitis dan nyeri pada tempat injeksi
- Ruam kulit, pruritus, urtikaria
- Nyeri perut, mual, muntah, diare, kolitis pseudomembran
- Trombositopenia reversible, eosinofilia, neutropenia, leukopenia
- hasil tes Coomb langsung atau tidak langsung positif
- sakit kepala, parestesis, kandidiasis oral & vag.
Interaksi Caronem dengan Obat Lain
Interaksi obat merupakan perubahan atau efek yang bisa terjadi pada suatu obat ketika obat tersebut dikombinasikan dengan pemakaian obat lain, obat tradisional, makanan hingga senyawa kimia yang lain.
Jika obat Caronem terdapat interaksi bersama dengan aminoglikosida, maka yang terjadi adalah terjadi peningkataan risiko nefrotoksik.
Kontraindikasi Caronem
Kontraindikasi merupakan kondisi bahwa seorang pasien tidak diperkenankan untuk
- Seseorang yang hipersensitivitas terhadap kandungan obat Caronem, yaitu meropenem.
- Seseorang yang memiliki kolitis pseudomembran
Hal-hal yang perlu diperhatikan
- Monoterapi pada pasien yang sakit kritis & diketahui atau diduga mengalami infeksi Pseudomonas aeruginosa.
- Alergi silang terhadap penicillin dan sefalosporin.
- Monitor kadar transaminase dan bilirubin pada pasien dengan penyakit hati.
- Riwayat gangguan GI, terutama kolitis.
- Pemberian bersama dengan obat yang bersifat nefrotoksik lain.
- Dpt mengganggu kemampuan mengemudi kendaraan atau menjalankan mesin.
- Hamil dan laktasi.
- Anak kurang dari usia 3 tahun.
Caronem untuk Kehamilan
Pada sebuah penelitian mengenai reproduksi hewan percobaan tidak mengindikasikan adanya risiko terhadap janin tetapi tidak ada studi terkontrol yang dilakukan terhadap wanita hamil, atau studi terhadap reproduksi fauna percobaan mengindikasikan adanya efek samping, ada penurunan fertilitas yang tidak dikonfirmasikan dalam penelitian terkontrol pada wanita dengan kehamilan tiga bulan pertama. Selain itu tidak ada bukti risiko pada kehamilan selanjutnya.