Bolehkah Vaksin Difteri saat Flu? Ini Penjelasannya

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Penyakit difteri termasuk penyakit yang sangat mudah menular, dan sangat sulit untuk diobati jika seseorang sudah terserang penyakit tersebut. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, biasanya menyerang saluran pernapasan sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pada hidung dan tenggorokan. Bakteri tersebut masuk saat seseorang menghirup udara, kemudian saat di dalam tubuh manusia bakteri menghasilkan racun yang berbahaya.

Karena perkembangbiakan dan penyebarannya yang sangat cepat, penyakit difteri sempat menjadi wabah di Indonesia pada akhir 2017. Hampir semua penderitanya ternyata tidak mendapatkan fungsi vaksin difteri atau pernah mendapatkannya namun tidak lengkap. Pemberian vaksin difteri sangat penting karena vaksinasi ini merupakan langkah yang paling mudah dan tepat untuk mencegah penularan penyakit difteri.

Bolehkah Pemberian Vaksin Difteri saat Flu?

Vaksin difteri biasanya diberikan kepada anak sekaligus dengan vaksin tetanus dan vaksin pertusis dalam satu vaksin, yaitu vaksin DPT. Vaksin ini diberikan pada anak di bawah usia 1 tahun sebanyak 3 kali. Setelah itu, di usia 1 hingga 5 tahun, anak juga perlu mendapatkan vaksin difteri ini sebanyak dua kali ulangan. Orang-orang yang sebelumnya tidak mendapatkan imunisasi ini juga bisa mendapatkannya di pusat layanan kesehatan masyarakat setempat.

Pemerintah membuat program imunisasi difteri gratis dengan diadakan secara serentak dan massal di sekolah dasar, dimana anak yang boleh mendapatkannya berada di kelas 1, kelas 2, kelas 3 atau kelas 5 SD. Setelah pemberian vaksin tersebut, vaksin ulangan dapat diberikan setiap 10 tahun sekali, termasuk pada orang dewasa.

Pemberian vaksin ini sebaiknya ditunda jika anak sedang mengalami demam di atas 37,5 derajat celsius atau batuk pilek yang parah. Hal ini dikarenakan pembentukan antibodi terhadap vaksin yang disuntikkan tidak dapat berjalan dengan optimal. Vaksin difteri juga sebaiknya tidak diberikan atau ditunda pemberiannya pada anak yang memiliki riwayat kejang setelah imunisasi. Namun, jika anak hanya mengalami demam, batuk dan pilek yang ringan, maka tidak ada alasan untuk menunda pemberian vaksin difteri, karena vaksin ini aman untuk diberikan.

Sebaiknya memang anak mendapatkan vaksin difteri dan juga jenis vaksin lainnya dalam keadaan tubuh sedang sehat. Selain itu mengotimalkan pembentukan antibodi, hal ini juga bertujuan untuk mencegah penyakit yang dialami anak semakin parah akibat efek samping dari pemberian vaksin. Sama seperti vaksin MMR dan imunisasi campak, vaksin difteri pun terkadang menimbulkan efek samping yang ringan seperti demam ringan dan nyeri atau bengkak pada bekas suntikan.

Meski jarang, ada hal yang perlu diperhatikan dan diwaspadai setelah anak mendapatkan vaksin difteri yaitu jika anak mengalami demam di atas 40 derajat celsius atau mengalami kejang dan pingsan. Jika ini terjadi, jangan ragu untuk segera membawa anak ke rumah sakit agar dapat segera ditangani oleh dokter.

fbWhatsappTwitterLinkedIn