Beberapa tahun terakhir diketahui munculnya suatu kondisi kesehatan yang diistilahkan dengan nomofobia yang merupakan singkatan dari no-mobile-phone phobia. Dengan kata lain, nomofobia merupakan ketakutan untuk jauh dari gadget, khususnya smartphone sehingga terkadang bepergian tanpa membawa charger merupakan kekhawatiran tersendiri.
Tahukah Anda bahwa kehadiran iPhone dan Android rupanya menjadi awal dari nomofobia ini? Kemampuan untuk akses internet lewat ponsel atau telepon genggam mempermudah dan mempercepat koneksi sehari-hari sehingga akhirnya pengguna ponsel pun secara tak disadari mengalami ketergantungan.
Hal ini pun terbukti oleh pengalaman Patrick O’Neill tak lama sesudah peluncuran iPhone di tahun 2008. Ia menjumpai teman-temannya saat makan malam bersama justru sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Untuk berbicara dengan teman-temannya pun ia sampai harus meminta mereka agar ponsel diletakkan sementara.
O’Neill pun mengatakan bahwa orang perlu membawa ponsel ketika harus ke toilet saja sudah begitu mengerikan buatnya seperti dilansir dari Huffington Post. O’Neill sendiri sebenarnya berprofesi sebagai jubir (juru bicara) kantor pos Inggris kala itu dan ia pula yang memberikan usul untuk pembuatan survei oleh kantor pos tentang perasaan manusia terhadap telepon genggam. Dari hasil survei itulah, dijumpai bahwa warga Inggris sebagian besar sudah begitu dekat dengan ponsel sampai menyatakan takut jika tak hidup tanpanya. Dari situlah, muncul istilah nomofobia yang diciptakan oleh O’Neill.
Gejala Nomofobia
Tak heran sepertinya dengan kemajuan teknologi saat ini nomofobia pun menjadi kondisi yang banyak orang alami. Hampir setiap orang pasti kita jumpai sedang memegang ponselnya, entah itu saat sedang duduk-duduk di rumah makan/cafe, saat sedang berjalan, atau bahkan ketika sedang berkendara. Bagi orang-orang dengan nomofobia, ketika kehilangan ponsel, mereka akan seperti kehilangan sahabat paling baik.
Lalu, sebenarnya apakah bisa mencegah nomofobia ini dengan mengenali gejala-gejala awalnya? Berikut ini adalah sejumlah gejala yang merujuk pada kondisi nomofobia.
- Minimal 30-40 kali mengecek ponsel dalam sehari.
- Tak pernah menon-aktifkan ponsel sehingga ponsel dalam kondisi menyala atau aktif terus-menerus.
- Saat sinyal buruk atau baterai tinggal sedikit, Anda mulai panik.
- Cemas ketika lupa membawa ponsel saat bepergian atau lupa membawa charger.
- Sibuk memainkan ponsel walaupun sedang berada dalam sebuah pertemuan dengan kerabat atau teman dekat.
- Tidur dengan ponsel di sebelah Anda atau bahkan masih berada di genggaman tangan.
- Membawa ponsel ke mana saja, bahkan ketika Anda harus ke toilet sekalipun.
- Panik dan cemas sewaktu berkomunikasi dengan orang lain dengan bertatap muka langsung.
Risiko Kesehatan Akibat Nomofobia
Dilansir dari laman CNN Indonesia, pada Januari 2015 sebuah hasil penelitian dari University of Missouri menyatakan bahwa risiko kesehatan mental dapat terjadi pada orang-orang dengan kondisi ketakutan berlebih hidup tanpa ponsel. Ya, tanpa ponsel seseorang bisa terkena masalah psikologis seperti berikut.
- Kecemasan meningkat
- Tekanan darah meningkat
- Detak jantung lebih cepat (hal ini dapat berkaitan dengan kepanikan)
- Merasa diri tidak berguna ketika tak ada ponsel
- Berpengaruh terhadap kesehatan dan kegiatan harian secara negatif
Penelitian tentang nomofobia ini pun masih berlanjut hingga kini karena adanya peningkatan penggunaan ponsel pintar. Nomofobia bukan lagi ketergantungan biasa yang dapat merugikan diri sendiri, melainkan hal ini bisa memengaruhi sopan santun ketika bertemu atau berkumpul dengan orang lain.
Belum dapat ditentukan pula apa pengobatan atau perawatan untuk nomofobia, namun sejumlah terapi pun dianjurkan bagi para penderita nomofobia, seperti menghapus aplikasi-aplikasi yang kurang perlu dan menjadikan kecanduan, contohnya saja seperti aplikasi permainan/games. Membatasi waktu penggunaan smartphone dan bahkan berupaya untuk tidak terlalu sering mengeceknya, ditambah dengan mulai bergaul dan bersosialisasi langsung dengan orang lain sangat penting untuk dilakukan sebagai solusi untuk mengurangi gejala nomofobia.