Dalam beberapa tahun belakangan, jumlah penderita gangguan jiwa baik di Indonesia maupun di dunia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Umumnya masalah kesehatan jiwa ini sangat berkaitan dengan tekanan hidup yang semakin berat, baik dalam hal pekerjaan, sekolah hingga urusan rumah tangga.
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami dengan baik tentang gangguan jiwa yang dialami seseorang, dan cenderung sepele dengan penyakit tersebut. Setidaknya kesalahpahaman berikut ini kerap terjadi dan sudah semestinya kita ketahui agar dapat bersikap lebih bijak.
1. Gangguan Jiwa Hanya Dialami Orang Dewasa
Masih banyak yang menganggap bahwa hanya orang dewasa yang beresiko mengalami gangguan jiwa, sementara anak-anak tidak. Padahal kenyataanya, anak-anak dan remaja juga beresiko mengalami gangguan jiwa, terlebih pada mereka yang mengalami kondisi kurang menyenangkan. Kekerasan yang kerap diterima di rumah atau tindakan bullying yang sering dialami anak dapat memicunya mengalami gangguan jiwa.
2. Penderita Gangguan Jiwa Memiliki Kepribadian yang Lemah
Tidak semua orang yang berkepribadian lemah mengalami gangguan kejiwaan, sebaliknya tidak semua pula penderita gangguan jiwa disebabkan kepribadiannya yang lemah. Gangguan jiwa yang terjadi lebih sering terjadi karena kondisi biologis, sosial, trauma pada kepala atau faktor lainnya yang justru tidak ada kaitannya dengan masalah kepribadian. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan secara kimiawi pada saraf otak sehingga penyampaian informasi di otak terganggu.
3. Gangguan Jiwa Tidak Dapat Disembuhkan
Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, termasuk penyakit gangguan kejiwaan. Faktanya orang yang mengalami gangguan jiwa masih bisa disembuhkan, atau paling tidak dikurangi gejalanya agar dapat beraktivitas dengan normal. Bahkan sudah banyak penderita gangguan jiwa yang berhasil sembuh dan terlepas dari terapi maupun obat-obatan, dan semuanya bisa dicapai jika pengobatan yang dilakukan dijalani dengan rutin dan konsisten.
4. Orang Dengan Gangguan Jiwa Sangat Berbahaya
Kebanyakan orang takut untuk berada dekat dengan orang yang mengalami gangguan jiwa karena dianggap dapat membahayakan nyawa mereka. Padahal, kasus kriminalitas yang dilakukan penderita gangguan jiwa tidak lebih dari 7,5% dari seluruh kasus kriminalitas yang ada. Artinya orang yang waras justru berpeluang membahayakan nyawa dibanding penderita gangguan jiwa. Justru merekalah yang kerap mengalami bahaya karena sering melukai diri sendiri atau mendapatkan perlakuan kekerasan dari orang lain.
5. Penderita Gangguan Jiwa Harus Diasingkan
Mereka yang yang terganggu kesehatan jiwanya harus mendapatkan dukungan dan perhatian lebih, terutama dari keluarga dekatnya. Dengan dukungan yang besar dan usaha untuk berobat justru penyakitnya bisa segera disembuhkan. Jadi, orang dengan gangguan jiwa tidak semestinya diasingkan, apalagi sampai dipasung karena ini bisa menyebabkan gangguan yang dialami betambah parah.
Tidak ada orang yang mau terganggu jiwanya, karena itu yuk kita saling support dan perhatian dengan keluarga maupun orang-orang di sekitar. Jika memang ditemukan seseorang yang mengalami gejala gangguan jiwa, segera rangkul dan temani proses pengobatannya, dan tak lupa pula untuk selalu berkonsultasi dengan ahli kejiwaan untuk memantau perkembangan kesehatannya.