Aturan Imunisasi Difteri Untuk Dewasa Dan Anak 3 Tahun Keatas

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Imunisasi difteri merupakan pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit tertentu yang muncul karena bakteri Corynebacterium Diphteriae.

Difteri adalah penyakit infeksi pernafasan akut yang mudah menular ke orang sehat dan dapat mengancam jiwa ketika bacteri Corynebacterium Diphteriae memproduksi racun eksotoksin yaitu sejenis molekul beracun yang dapat merusak sel sel sehat.

Gejala Difteri

Banyak orang yang masih beranggapan bahwa difteri adalah penyakit radang tenggorokan tetapi anggapan itu salah. Radang tenggorokan hanya berkutat pada area saluran kerongkongan saja dan bakteri yang ada tidak menyebar, Sedangkan Difteri merupakan infeksi pernafasan yang bisa mempengaruhi organ tubuh lain dan menimbulkan kerusakan jaringan.

Gejala difteri yang harus diwaspadai adalah:

  1. Tenggorokan terasa nyeri, Sulit menelan, Suara parau dan tidak nafsu makan merupakan salah satu gejala difteri pada orang dewasa dan anak
  2. Gangguan tenggorokan meliputi terlihat adanya selaput putih ke abu abuan yang melekat pada dinding tenggorokan dekat amandel, Dinding seluruh rongga mulut dan bahkan mudah dilihat dirongga hidung
  3. Setelah muncul gangguan pada tenggorokan , Rongga mulut dan hidung maka seseorang akan terserang demam ringan hingga berat.
  4. Demam yang muncul biasanya akibat telah ada pembengkakan pada kelenjar limfa dimana ciri cirinya dapat dilihat saat muncul bengkak di leher (Kelenjar getah bening)
  5. Muncul kondisi ganggugan pada sistem pernafasan misalnya dada terasa nyeri lalu diiringi dengan Sesak nafas, Nafas pendek, Sulit bernafas sehingga tubuh menjadi cepat merasa kelelahan tetapi mengalami kesulitan tidur
  6. Saat menarik nafas atau bernafas akan terdengar suara mengi atau seperti decitan yang menyerupai penderita asma

Metode Pemberian Imunisasi Difteri Untuk Dewasa Dan Anak

Metode pemberian imunisasi dapat diberikan pada balita, Anak anak dan orang dewasa dalam bentuk vaksin. Vaksin difteri itu sendiri ada 3 golongan terdiri dari :

  • vaksin DPT-HB-Hib
  • Vaksin DT
  • vaksin Td

Pemberian vaksin vaksin tersebut disesuaikan dengan tingkat usia dan jadwal yang telah disepakati oleh dinas kesehatan terkait dan Ikatan Dokter Indonesia.

Ada beberapa lokasi suntikan imunisasi yang disarankan:

  • Penyuntikan vaksin langsung pada area otot
  • Penyuntikan vaksin pada lapisan bawah kulit
  • Dilakukan penetesan vaksin yang disesuaikan dengan usia yang diberikan melalui mulut.
  • Penyuntikan vaksin pada lapisan kulit terluar, Yang biasanya akan meninggalkan jejak berupa penggelembungan permukaan kulit menyerupai keloid.

Metode pemberian imunisasi difteri sesuai usia

  • Dibawah 12 bulan – Usia anak dibawah 12 bulan akan dilakukan metode sederhana berupa imunisasi jenis suntikan subkutan yang dilakukan tepat dipaha bagian atas.
  • Diatas 12 bulan – Usia anak diatas 12 bulan akan dilakukan metode pemberian imunisasi jenis suntikan subkutan tetapi pada kulit lengan bagian atas.
  • Usia 1 sampai 2 tahun – Untuk anak anak usia 1 sampai 2 tahun diberikan imunisasi jenis suntikan intramuskular dibagian paha atas dan lemgan atas.
  • Usia 3 hingga 18 tahun dan orang dewasa diatas 18 tahun akan diberikan imunisasi jenis suntikan intramuskular pada bagian lengan atas saja.

Dosis Imunisasi Difteri Untuk Dewasa Dan Anak

Pemberian dosis imunisasi difteri pada anak anak dan orang dewasa berbeda, Hal ini mempertimbangkan tingkat imunitas atau daya tahan tubuh manusia berbeda beda sesuai dengan usianya.

  • Usia 1 tahun imunisasi akan diberikan dengan 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib
  • Usia 18 bulan imunisasi akan diberikan hanya 1 dosis DPT-HB-Hib
  • Anak sekolah 1 SD dosis yang diberikan 1 dosis PT setiap bulan November
  • Anak sekolah 2 SD diberikan 1 dosis Td pada bulan November
  • Anak sekolah 5 SD diberikan 1 dosis Td juga dibulan November
  • Dewasa yang tidak pernah imunisasi jenis Td maka akan diberikan 1 dosis
  • Dewasa yang belum pernah sama sekali mendapatkan imunisasi 2 dosis dengan jarak 4 minggu.

Diagnosis Penyakit Difteri

Diagnosis bertujuan untuk menegakkan dan menganalisa secara akurat apakah seorang pasien benar benar sedang tertular atau mengalami gejala difteri.

  • Pemeriksaan fisik – Pemeriksaan fisik akan dilakukan oleh dokter terutama pada area kelenjar getah bening saat penderita belum atau telah mengalami pembengkakan.
  • Riwayat kesehatan – Dokter akan meminta pasien untuk menjabarkan secara rinci tentang riwayat kesehatan sebelum penyakit difteri menyerang serta menjelaskan tentang gejala awal yang pernah terjadi .
  • Sampel sel jaringan – Pemeriksaan terhadap lesi atau lepuhan warna ke abu abuan diarea tenggorokan atau amandel yaitu dengan mengambil sampel sel jaringan pada area tersebut sekaligus pada sel jaringan rongga hidung dan area kulit yang telah membentuk jaringan kerusakan berupa luka dan iritasi ringan.
  • Pemeriksaan di laboratorium – Sampel akan dipelajari, Diperiksa dan Dianalisa secara akurat dilaboratorium agar dapat memastikan apakah kuman /bakteri difteri sudah dalam tahap berbahaya atau belum.

Komplikasi Difteri

Penyakit difteri yang terlambat diobati atau tidak segera di bawa kerumah sakit lebih awal guna perawatan lebih lanjut maka dapat beresiko mempermudah munculnya beberapa komplikasi difteri, Diantaranya:

1.Gangguan pernafasan

Terserang gangguan pernafasan berupa kesulitan bernafas/sesak nafas dan nafas pendek yang diiringi dengan dada nyeri dan tubuh dalam keadaan sangat pucat, Kondisi ini memberitahukan bahwa seseorang sedang mengalami hambatan pasokan oksigen ketika sedang mengambil nafas.

2. Gangguan jantung

Otot jantung bermasalah (Miokarditis) berupa otot jantung melemah, Tidak berfungsi dengan normal, Detak jantung tidak normal, Katub jantung membengkak dan terjadi kerusakan

3. Ganggua saraf

Terjadi gangguan saraf tubuh sehingga muncul beberapa bagian tubuh yang mengalami kesulitan untuk digerakkan atau kelumpuhan sementara.

4. Gagal ginjal

Bagi penderita yang sebelumnya belum pernah mendapatkan sama sekali imunisasi difteri maka penyakit difteri yang telah terbentuk dapat mudah menyebabkan gagal ginjal atau kerusakan ginjal ketika bakteri difteri telah masuk pada jaringan ginjal dan menyebabkan pendarahan hebat, Kondisi ini dapat menyebabkan kematian ketika ginjal tidak mampu lagi mengendalikan cairan tubuh akibat pergerakan kuman/bakteri yang telah mernyebar.

5. Gangguan paru paru

Gangguan paru paru berupa munculnya masalah pneumonia yang menyebabkan paru paru mengalami luka luka, Iritasi, berubang , Peradangan hingga infeksi berat.

6. Muncul luka 

Muncul luka luka pada jaringan kulit, Luka pada dinding rongga hidung hingga masalah sinusitis yang dapat memperkeruh kondisi imunitas secara keseluruhan.

Perawatan

Perawatan pada penderita difteri dilakukan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah agar kuman/Bakteri penyebab difteri tidak muncul kembali pada masa masa yang akan datang.

  • Antibiotik difteri – Dokter akan memberikan antibiotik untuk difteri yang salah satunya adalah jenis penissilin dan Penggunaan anti toksin difteri untuk memblokir aktifitas kuman/ bakteri lebih lanjut.
  • Pemberian makanan dan minuman – Pemberian makanan dan minuman khusus yang hanya diperbolehkan oleh ahli gizi dan dokter terkait yang sebelumnya telah dicocokan dengan kondisi sistem pernafasan si penderita yang tujuannya untuk mempercepat penyembuhan difteri dan peningkatan imunitas tubuh.
  • Menjauhi udara bebas – Sedapat mungkin menghindari polutan udara yang dikhawatirkan mengandung bakteri difteri yang ditularkan oleh orang orang yang sebenarnya telah mengidap difteri dengan gejala awal tetapi belum terditeksi.
  • Imunisasi difteri – Dilakukan imunisasi difteri dengan pemberian vaksin difteri dengan dosis yang disesuaikan dengan usia dan riwayat penggunaan vaksin tersebut sebelumnya.
  • Gaya hidup – Setelah rawat inap selesai dan dokter menyatakan pasien bisa dirawat lanjut dirumah maka pasien diharuskan segera merubah gaya hidup serta kebiasaan buruk yang dapat memicu munculnya bakteri penyebab penyakit difteri. Hal tersebut berkaitan dengan memelihara lingkungan yang bersih dan kebersihan fisik secara individu.

Bagi penderita difteri pada anak dan orang dewasa yang telah di diagnosa mengalami gangguan sistem pernafasan cukup parah, Kerusakan otot jantung dan saraf maka akan di masukkan pada ruangan perawatan intensif dalam beberapa hari.

fbWhatsappTwitterLinkedIn