10 Efek Samping Setelah Transfusi Darah Paling Mengerikan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Transfusi darah merupakan prosedur medis rutin yakni darah yang disumbangkan melalui tabung sempit yang ditempatkan pada pembuluh darah area lengan. Prosedur ini dilakukan untuk mengganti darah seseorang yang sudah hilang akibat pembedahan, cedera atau mengalami sebuah penyakit. Pada umumnya, donor darah merupakan prosedur yang aman untuk dilakukan dan tidak membahayakan tubuh.

Namun, terkadang efek samping setelah transfusi darah juga bisa terjadi yang bisa bersifat ringan namun juga bisa bersifat berat sehingga harus diperiksakan ke dokter. Itulah sebabnya seseorang yang memiliki gejala darah rendah atau gejala darah tinggi tidak diperbolehkan untuk mendonorkan darahnya. Berikut ini adalah beberapa efek samping setelah transfusi darah yang bisa terjadi dan perlu anda ketahui sebelum memutuskan untuk mendonorkan darah anda atau membutuhkan transfusi darah.

  1. Reaksi Alergi

Beberapa orang bisa menderita reaksi alergi pada darah yang diterima saat melakukan transfusi darah bahkan jika golongan darah yang diberikan sudah tepat. Seseorang bisa menderita gatal gatal yang disebabkan karena alergi. Jika ini terjadi maka bisa diberikan obat antihistamin, namun jika reaksi yang terjadi terbilang serius maka harus berkonsultasi dengan dokter.

  1. Demam

Demam yang merupakan salah satu efek samping setelah transfusi darah bukanlah hal yang serius. Demam merupakan reaksi tubuh pada sel darah putih dalam darah yang diransfusikan. Akan tetapi, ini juga bisa dijadikan pertanda yang serius apabila pasien juga mengalami mual atau sakit di area dada sehingga harus berkonsultasi dengan dokter apabila terjadi gejala lanjutan.

  1. Reaksi Hemolitik Imunitas Akut

Reaksi hemolitik kekebalan yang akut merupakan reaksi serius akan tetapi jarang terjadi yang disebabkan tubuh pasien menyerang sel darah merah yang ditransfusikan. Apabila ini terjadi, maka akan memicu pelepasan zat yang dapat merusak ginjal. Ini sering terjadi apabila donor darah yang dilakukan tidak sesuai dengan tipe darah pasien dengan gejala seperti mual, menggigil, demam, dada nyeri, terasa nyeri di bagian punggung bawah dan urine yang berwarna gelap.

  1. Infeksi Darah Bawaan

Semua darah yang sudah disumbangkan akan diputar dan juga diuji untuk melihat potensi virus, bakteri dan juga parasit seperti contohnya gejala malaria tropica, gejala malaria vivax untuk mencegah cara penularan malaria dan beberapa penyakit pada sistem peredaran darah. Akan tetapi, terkadang darah yang terinfeksi tidak dapat terdeteksi sehingga pasien yang menerima transfusi darah juga akan menderita infeksi atau virus yang ada dalam darah tersebut.

  1. HIV

Semua darah yang sudah disumbangkan memang akan diuji secara menyeluruh untuk HIV. Namun ada 1 dari 2 juta darah yang kemungkinan membawa virus HIV dan bisa ditularkan pada penerima transfusi.

[AdSense-B]

  1. Hepatitis B dan C

Hepatitis B yang terdapat dalam darah hasil donor darah bisa terjadi sekitar 1 dari 300.000 darah. Sementara risiko hepatitis C bisa terjadi 1 dari 1.5 juta darah.

  1. Penyakit Creutzfeldt-Jakob variant

Penyakit Creutzfeldt-Jakob variant atau [VCJD] merupakan penyakit versi manusia dari sapi gila yang merupakan kelainan otak langka akan tetapi fatal akibatnya. Kemungkinan seseorang terkena VCJD bisa terjadi lewat transfusi darah meski memiliki risiko yang sangat rendah. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki VCJD tidak diperkenankan untuk melakukan donor darah.

  1. Zat Besi Berlebihan

Efek samping setelah transfusi darah yang bisa terjadi berikutnya adalah terlalu banyak zat besi yang terbentuk dalam darah. Seseorang yang memiliki kelainan seperti thalasemia yang membutuhkan banyak transfusi darah memiliki risiko kelebihan zat besi ini. Sedangkan untuk mengatasi zat besi berlebihan bisa dilakukan dengan suntikan atau pil untuk mengeluarkan zat besi berlebih dari tubuh.

[AdSense-C]

  1. Cedera Paru Paru

Transfusi darah juga bisa merusak paru paru dimana pasien akan mengalami kesulitan bernafas. Hal ini umumnya terjadi dalam waktu sekitar 6 jam dari prosedur transfusi darah. Sebagian besar pasien bisa sembuh dari cedera ini, akan tetapi sekitar 5% hingga 25% pasien yang mengalami cedera paru paru bisa meninggal akibat luka yang ditimbulkan.

  1. Penyakit Graft Versus Host

Penyakit Graft Versus Host atau GVHD merupakan kondisi dimana sel darah putih dalam darah transfusi menyerang jaringan pasien. GVHD umumnya bisa berakibat fatal dan seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah kemungkinan besar bisa terkena GVHD tersebut. Gejala yang ditimbulkan akan terjadi dalam waktu 1 bulan sesudah transfusi darah seperti ruam, diare dan juga demam.

Itulah penjelasan mengenai beberapa Efek Samping Setelah Transfusi Darah yang wajib kalian ketahui untuk mencegah dan menangani apabila hal tersebut menimpa kalian agar dapat segera tertangani dan hal hal yang tidak diinginkan dapat dicegah sedini mungkin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn