Peptida terdapat pada setiap makhluk hidup. Perannya sangat penting di beberapa aktivitas biokimia yang dapat berupa enzim, hormon, antibiotik, dan reseptor. Peptida saling terkait dengan beberapa istilah seperti asam amino dan protein. Namun, ketiganya memiliki perbedaan dan juga karakteristik tersendiri.
Pengertian, Struktur dan Fungsi Peptida
Dikutip dari Wikipedia, Peptida merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino. Peptida juga diartikan sebagai senyawa yang terbentuk dengan menghubungkan satu atau lebih asam amino dengan ikatan kovalen (Jenis ikatan kimia yang terjadi ketika atom berbagi elektron). Namun, jumlah asam amino yang terkandung dalam peptida tidak lebih dari 50 molekul. Jika jumlahnya lebih dari 50, maka disebut dengan protein.
Jumlah asam amino juga digunakan untuk mengelompokkan jenis peptida dalam terminologi umum. Contohnya, ketika dibuat dari dua asam amino, hal itu disebut dipeptida. Contoh lain, tiga asam amino digabungkan untuk menghasilkan tripeptida, lalu empat asam amino digabungkan akan menghasilkan tetrapeptida, dan selanjutnya. Selain jenis yang disebutkan di atas, ada juga oligopeptida (terdiri dari 2 hingga 20 asam amino) dan polipeptida, yang memiliki banyak peptida (sekitar 100). Ciri-ciri yang penting dari peptida ditentukan dari jumlah dan urutan asam amino.
Peptida terbentuk ketika gugus karboksil (carboxyl group) dari suatu asam amino bereaksi dengan gugus amin (amine group) dari asam amino lain. Reaksi ini menciptakan pelepasan 1 molekul air (H2O) di setiap pembentukan satu ikatan peptida. Struktur dan fungsi peptida sangat beragam ditentukan oleh kombinasi, jumlah, dan urutan asam amino penyusunnya.
Untuk memperoleh pengetahuan tentang suatu peptida tidak cukup dengan mengetahui jenis dan banyaknya molekul asam amino yang membentuknya. Diperlukan juga keterangan tentang urutan asam- asam amino dalam molekul peptida. Menentukan urutan asam amino bisa menjadi salah satu acara. Adalah dengan degradasi Edman yang terdiri atas dua tahap reaksi, yaitu reaksi pertama ialah reaksi antara peptida dengan fenilisotiosianat dan reaksi kedua ialah pemisahan asam amino ujung yang telah lebih dulu bereaksi dengan fenilisotiosianat. Cara lain yang bisa dicoba adalah sintesis fasa padat.
Sifat-sifat Peptida
Sifat peptida terbagi menjadi tiga, yaitu fisik, kimiawi, dan sensori. Berdasarkan sifat fisik, Peptida memiliki ukuran molekul yang relatif kecil dengan berat molekul yaitu kurang dari 10.000. Sementara berdasar sifat kimiawi, peptida merupakan senyawa bioaktif dan memiliki komposisi asam amino yang tidak umum seperti, homolog lysine. Senyawa ini resisten terhadap protease yang dihasilkan oleh mikroflora usus, memiliki sifat candu dan juga bersifat memodifikasi sifat imunitas. Sifat peptida ditentukan oleh gugus (–NH2), gugus (–COOH), dan gugus (R). Sifat asam dan basa juga ditentukan oleh gugus (–COOH) dan (–NH2). Sedangkan pada peptida rantai panjang, gugus (-COOH) dan (–NH2) tidak berpengaruh. Suatu peptida juga mempunyai titik isoelektrik seperti halnya pada asam amino.
Masih sifat kimiawi, peptida dapat menghambat kerja enzim, anti penggumpalan darah, anti hipertensi, pengantar kartion, serta dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen peptida dengan teknik elektroforesis. Sifat ketika peptida, yaitu sensori terdiri dari memiliki rasa gurih yang disebabkan karena adanya L-glutamat, Inosin Monofosfat (IMP), dan Guanin Monofosfat (GMP).
Pembentukan Peptida dan Hasil Penggabungan
Dua molekul asam amino dapat saling berikatan membentuk ikatan kovalen melalui suatu ikatan amida disebut ikatan peptida. Jika tiga molekul asam amino yang bergabung maka membentuk dua ikatan peptida. Ketika ada empat molekul asam amino yang bergabung maka membentuk tiga ikatan peptida.
Proses pembentukan itu bisa terus berlanjut tergantung berapa jumlah molekul asam amino yang ada. Semakin banyak, ikatan tersebut membentuk rantai polipeptida. Bisa disimpulkan jika polipeptida merupakan polimer yang tersusun dari beberapa peptida. Dari satu atau lebih polipeptida ini dapat membentuk protein, seperti enzim.
Perbedaan Peptida dan Asam Amino
Dari pengertiannya, peptida merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino. Peptida memiliki ikatan peptida yang pada saat akan membentuk rantai polipeptida. Sementara asam amino merupakan asam karboksilat yang mempunyai gugus amino tetapi tidak memiliki ikatan peptida.
Jika diilustrasikan dengan sebuah kalung, asam amino adalah manik-manik. Jika digabungkan, maka asam amino akan membentuk protein yang dalam ilustrasi ini adalah kalung. Namun, hal tersebut tidak akan terbentuk jika tidak ada ikatan peptida. Dengan begitu jelas perbedaannya meski saling terkait.
Peptida juga bisa terikat, ikatan ini terbentuk antaradua molekul asam amino ketika gugus karboksil ama amino yang bereaksi dengan gugus asam amino lainnya yang melepaskan molekul air. Dua asam amino tersebut melewati proses kondensasi hingga akhirnya terbentuk dipeptida. Kondensasi merupakan proses mendekatnya dua asam amino kehilangan hidrogen dan oksigen dari gugus karboksil (COOH) dan asam amino lainnya kehilangan hidrogen dari gugus amino (NH2). Dari reaksi ini dihasilkan molekul air (H2O) dan dua asam amino yang membentuk ikatan dipeptida (-CO-NH-).
Perbedaan lainnya adalah, biasanya protein mempunyai struktur tiga dimensi stabil. Dan sebaliknya, peptida tidak diatur dalam struktur tiga dimensi yang stabil. Selain itu, peptida mempunyai panjang sekitar 100 asam amino, sedang protein lebih dari itu. Protein juga disebut sebagai makromelekul dan bisa berdiri sendiri sebagai primer, sekunder, tersier, juga kuartener. Dan semua peptida selalu termasuk dalam rantai linier.
Salah satu jenis dari peptida adalah polipeptida yang merupakan nama lain dari protein. Polipeptida tersusun atas asam amino-asam amino yang terhubung satu sama lain dengan ikatan peptida membentuk diri sehingga menyerupai rantai. Protein merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup, khususnya manusia. Berasal dari bahasa Yunani protos atau proteos yang memiliki artinya pertama atau yang utama. Disebut demikian karena protein mempunyai peranan penting dalam penyusunan tubuh mahluk hidup. Apabila jika kekurangan protein maka akan menyebabkan sakit. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian jika kekurangan sudah menyampai tingkat yang parah.
Fungsi Peptida dalam Bidang Kesehatan
Fungsi peptida dalam tubuh manusia tergantung pada asam amino di dalamnya. Beberapa di antaranya dapat mengatur hormon, di mana fungsinya membawa sinyal antara kelenjar dan sel-sel. Seperti, pengatur tidur dan gula darah. Selain itu, ada juga peptida yang dapat berfungsi sebagai antibiotik, di mana tubuh juga dilengkapi untuk memecah dan menggunakan kembali senyawa ini. Seseorang makan daging, contohnya. Enzim dalam ususnya akan memecah protein pada ikatan amida untuk menciptakan berbagai macam peptida yang dapat dicerna atau dikeluarkan, tergantung dari kebutuhan tubuh.
Fungsi polipeptida di bidang kesehatan ada banyak yang terdapat di bawah ini.
- Berfungsi mempercepat reaksi-reaksi kimia yang ada di dalam tubuh sebagai biokatalis.
- Polipeptida dapat mengangkut berbagai jenis gas. Misalnya jenis protein yang membangun hemoglobin yang berada di dalam sel-sel darah merah (eritrosit), berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dari paru-paru ke seluruh tubuh dan sebaliknya.
- Pembentukan tubuh dengan cara dengan lemak atau zat anorganik. Contohnya, fosfor menjadi fosfolipid.
- Sebagai antibodi untuk melawan zat-zat asing yang masuk dalam tubuh.
- Sumber energi jika karbohidrat sedang mengalami kekurangan atau karena aktivitas otot terlalu aktif.
Jenis – Jenis Peptida
Berikut adalah jenis-jenis peptida yang dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Antara lain:
- Hormon
Klasifikasi dari peptida yang paling umum adalah hormon. Molekul ini bertindak sebagai pembawa pesan khusus. Hormon diidentifikasi sebagai pengantar pesan karena molekul tersebut dikeluarkan dari sel-sel yang disebut sebagai kelenjar endokrin. Setelah dikeluarkan atau sekresi, hormon akan menargetkan organ mana yang akan beraksi. Bentuk hormon ini secara khusus berkaitan dengan reseptor pada membran sel target organ yang sesuai. Contohnya, peptida hormon glukagon dan insulin memiliki situs reseptor tertentu dalam hati yang nantinya akan membantu mereka untuk mengontrol kadar gula darah.
- Neuropeptida
Peptida jenis ini tersebar luas dalam sistem saraf pusat dan perifer tubuh. Neuropeptida berfungsi sebagai hambat dan rangsang. Mereka bekerja dengan cara yang sama seperti neurotransmiter. Salah satu neuropeptida yang terkenal adalah Endorfin, obat penghilang rasa sakit yang sering disama-samakan dengan morfin narkoba. Endorfin berfungsi meliputi penghambatan lain neuropeptida, Substance P, yang mentransmisikan sinyal rasa sakit dari sistem saraf perifer ke penerima di sistem saraf pusat. Di waktu tertentu, neuropeptida dapat bekerja sebagai hormon dalam sistem tubuh tertentu juga.
- Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang dihasilkan oleh banyak organisme. Tak hanya tumbuhan dan hewan, tapi juga jamur hingga bakteria. Umumya, alkaloid mengandung setidaknya satu atom nitrogen dalam amina yang berasal dari amonia. Contoh peptida alkaloid ini seperti Ergotamine, pandamine dan dynorphin.
- Antibiotik
Antibiotik merupakan sistem pertahanan pada makhluk hidup dari mikroorganisme. Bisa juga diartikan sebagai sistem yang dapat menghentikan mikroorganisme dalam tubuh. Mereka sering digunakan untuk pengobatan karena mampu membunuh bakteri penyebab penyakit. Peptida dinilai lebih aman sebagai pengganti antibiotika. Hal ini dikarenakan mempunyai mekanisme yang berbeda jika dibandingkan dengan antibiotika konvensional.
Peptida yang terdapat pada setiap tubuh makhluk hidup banyak didapatkan dari berbagai hal. Bagi tubuh manusia, peptida bisa berasal dari Serelia yaitu gandum dan kedelai. Ada juga yang berasal dari rempah-rempah seperti jahe, bawang putih, dan kunyit. Mikroba dan biota laut seperti spons dan algae juga bisa menyusun peptida. Tak hanya itu, sumbernya juga bisa berasal dari ikan, kerang, jamur, brokoli dan tomat yang dipanggang.