Cukup sulit bagi saya untuk mencari artikel – artikel terkait faktor prognostik yang ada di internet. Kebanyakan bahkan tidak menjelaskan asal muasal dari yang namanya faktor prognostik itu sendiri dan hanya menyisipkannya sedikit kedalam pengobatan sebuah penyakit dan sebagainya, padahal, istilah medis yang satu ini sangat asing bagi saya selaku orang awam yang hanya belajar biologi paling jauh di SMA. Jadi, apa yang dimaksud dengan faktor prognostik, apa kegunaannya dan bagaimana cara kerjanya? Artikel kali ini akan membahas sedikit yang saya ketahui mengenai segala hal yang terkait dengan faktor prognostik dari sudut pandang orang awam.
Definisi dari faktor prognostik itu sendiri adalah karakteristik pada suatu penyakit atau pasien seperti usia dan sebagainya, yang mempengaruhi bagaimana penyakit yang sedang dipelajari berkembang. Secara garis besarnya, faktor prognostik itu sendiri bisa saya artikan sebagai segala jenis karakteristik entah itu pada jenis penyakit tertentu atau pasien tertentu yang dapat dilihat bagaimana setiap karakternya mempengaruhi perkembangan penyakit yang tengah diteliti.
Untuk contoh lebih lengkapnya, seperti ketika dua buah proses perawatan diterapkan pada pasien dengan gangguan kesehatan yang sama, faktor – faktor prognostik yang sangat bergantung pada pasien itu sendiri akan sangat mempengaruhi hasil akhir pengujian. Faktor prognostik yang dimaksud bisa jadi seperti umur pasien, tekanan darah pasien dan sebagainya.
Faktor prognostik dapat diterapkan dalam berbagai gangguan kesehatan, mulai dari kanker, tumor, trauma keras pada otak, bahkan scizoprenia atau gangguan kejiwaan yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir, merasakan atau berperilaku dengan baik yang bisa disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan bahkan struktur atau senyawa pada otak yang berubah karena suatu hal.
Mungkin sedikit sulit untuk menerapkan faktor prognostik dalam masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan karena ukuran atau standart dari gangguan kejiwaan itu sendiri yang tidak bergantung pada faktor umur, gen atau yang lainnya. Tetapi gejala – gejala yang ditimbulkan dapat dipelajari sehingga bisa menemukan faktor prognostik yang tepat sebagai salah satu pencegahannya.
Faktor prognostik sering dihubung – hubungkan bahkan disama – samakan dengan faktor resiko atau faktor umumnya tentang kesehatan yang akan terjadi atau terpengaruh oleh tindakan anda sebelumnya. Contoh dari peristiwa faktor resiko yang paling mudah adalah ketika anda merokok akan meningkatkan resiko tubuh anda untuk mengalami gangguan kesehatan seperti kanker, gangguan kehamilan dan janin bahkan impoten.
Sedangkan perbedaan signifikan dari faktor prognostik dengan faktor resiko adalah bahwa faktor prognostik seorang pasien sudah memiliki tingkat atau karakter kesehatan tertentu yang nantinya akan mempengaruhi hasil pengobatan dan sebagainya. Pasien dengan tingkat tekanan darah tinggi akan lebih mungkin mengalami gangguan kesehatan pada jantungnya tanpa perlu mengkonsumsi rokok. Sedangkan, bagi siapapun yang mengkonsumsi rokok pasti akan meningkatkan resiko kemungkinan penyakit jantung dan sebagainya.
Nah, semoga pengertian simple di atas mampu menjawab perbedaan dan pengertian serta fungsi dari faktor prognostik itu sendiri. Selanjutnya kita akan membahas lebih banyak mengenai karakteristik faktor prognostik dan apa saja yang mempengaruhinya.
Karakteristik dan yang Mempengaruhi Faktor Prognostik
Sejauh yang saya ketahui, karakter faktor prognostik sangat tergantung dengan penyakit yang di derita oleh pasien itu sendiri. Akan cukup sulit untuk megelompokkan atau melihat garis besar dari karakteristik faktor prognostik itu sendiri. Akan tetapi, yang perlu anda ketahui adalah bahwa hampir seluruh karakteristik dari faktor prognostik adalah variabel – variabel tertentu yang akan menentukan kelangsungan hidup pasien, baik pasien yang mengalami tumor, kanker, atau gangguan kesehatan lainnya.
Contoh lain dari karakteristik faktor prognostik adalah misalnya bayi dengan berat badan yang rendah ketika lahir mempunyai resiko menderita suatu kelainan pada neurologis sebesar 48% apabila sang bayi mampu melewati satu tahun pertama usianya. Nah, ketika seorang pasien, ibu dari bayi bertanya tentang anaknya, maka dokter bisa menjawab dengan mengatakan bahwa kemungkinan anak ibu mengalami gangguan neurologis setelah usia 1 tahun adalah lebih dari 40%.
Karakteristik dari faktor prognostik yang harus ada dalam setiap penelitian yang dilakukan akan mampu menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut, antara lain adalah :
- Seberapa besar kemungkinan terjadinya perubahan outcome jika dikaitkan dengan rentan waktu tertentu?
- Seberapa besar kemungkinan bahwa nantinya perkiraan hasil faktor prognostik akan tepat?
- Apa saja karakteristik sample yang akan diteliti? Dan apakah sama dengan pasien di tempat lain?
- Apakah hasil penelitian yang dilakukan akan mempengaruhi tindakan medis yang akan dilakukan?
Jika seluruh pertanyaan telah dijawab maka penelitian tentang faktor prognostik dapat dilakukan. Dan seluruh faktor prognostik akan memiliki karakteristik dari jawaban – jawaban yang anda berikan dari pertanyaan – pernyataan di atas.
Tipe-tipe Faktor Prognostik
Karena faktor prognostik merupakan salah satu esensial yang mampu mengembangkan proses suatu penyakit dan tingkat keberhasilan dari penanganannya untuk kemudian diprediksi hingga batas waktu tertentu. Faktor prognostik mampu menunjukkan tingkat keagresifan suatu penyakit, lama waktu penyakit tersebut dapat hidup atau berkembang di dalam tubuh manusia, dan kemampuan pasien dalam menangani suatu penyakit serta apa saja efek samping dari obat atau penanganan kesehatan yang dilakukan.
Faktor prognostik dilakukan ketika awal pasien datang, yang kemudian digunakan sebagai dasar analisa untuk memilih jenis pengobatan paling tepat untuk gangguan kesehatan tersebut. Tipe-tipe dari prognostik itu sendiri antara lain adalah :
1. Umur
Sudah pasti yang pertama masuk ke dalam tipe faktor prognostik adalah umur pasien dan ini merupakan bagian yang sangat penting dalam metode penyembuhan yang akan dipilih kemudian. Sebagai contoh adalah ketika penyakit lymphoma atau kanker sistem limfatik dengan gejala – gejala seperti pembesaran limfa, kelelahan, dan penurunan berat badan. Lymphoma ternyata tidak terlalu berbeda ketika menjangkiti pasien manula atau anak – anak. Nah, jika hal ini terjadi, maka umur saja tidak akan cukup menjadi satu – satunya faktor prognostik yang akan digunakan. Maka kita akan membutuhkan variable faktor prognostik lainnya.
2. Panjang atau Jangka Waktu Hidup Suatu Penyakit
Biasanya, hampir setiap penyakit mempunyai fase yang berbeda-beda. Fase – fase tersebut biasanya ditentukan oleh setiap penyakit yang diderita oleh pasien. Seperti demam berdarah dengan siklus pelana kudanya yang berbahaya, maka penyakit – penyakit lain juga memiliki siklus serta fase yang berbeda – beda. Tapi, dari banyaknya siklus suatu gangguan kesehatan selalu melalui empat fase yang sudah diperkirakan jauh – jauh hari, fase – fase tersebut adalah:
- Fase pertama : dimana hanya satu bagian tertentu yang terkena efek dari penyakit yang menyerang seseorang. Seperti contoh bagi penderita lymphoma akan terlihat sakit atau pembesaran pada limpa.
- Fase kedua : beberapa organ lain mulai terinfeksi, tetapi yang merasakan efeknya masih dalam batas organ utamanya saja.
- Fase ketiga : penyakit telah menyebar hampir ke seluruh tubuh dan membuat rasa tidak nyaman di sekujur tubuh.
- Fase keempat : diseminasi penyakit pada organ, diseminasi merupakan kegiatan penyebaran penyakit yang menjangkiti organ – organ.
Nah, itu merupakan fase – fase penyebaran penyakit yang menjangkiti tubuh manusia. Meski tidak mencakup fase – fase lain dalam bagaimana penyakit itu dapat disembuhkan, akan tetapi, faktor prognostik hanya mengandung fase awal penemuan penyakit dan nanti mengerucut hingga menemukan solusi yang tepat dari masalah tersebut.
3. Tingkat Kesehatan Pasien Itu Sendiri
Tingkat kesehatan seorang pasien akan menentukan seberapa baik pasien mampu menerima proses penyembuhan dan bagaimana kemampuan seseorang dalam menolak suatu penyakit. Nah, tingkat kemampuan seseorang dalam menolak penyakit ini dibedakan menjadi beberapa fase yang dinotasikan melalui angka dari nol hingga empat. Berikut adalah uraiannya.
- 0 : Dimana penyakit sama sekali tidak memberi efek pada seseorang, dimana ia tetap sehat dan kehidupannya berjalan normal.
- 1 : Pasien mengalami kelelahan, akan tetapi ia masih tetap bisa melakukan berbagai kegiatan secara normal.
- 2 : Rasa kelelehan yang sangat memaksa pasien untuk berbaring di tempat tidur pada siang hari.
- 3 : Pasien harus tidak dapat meninggalkan pembaringan selama setengah hari.
- 4 : Pasien harus istirahat secar total di tempat tidur.
Selain indeks ini, terdapat banyak indeks lain yang tidak hanya menggunakan bagaimana sikap seseorang akan tetapi juga dengan melihat sampel darah pasien. Dimana sampel darah tersebut akan menunjukkan tingkat kesehatan seseorang. Berikut adalah uraiannya:
- LDH atau the level of lactate dehydrogenase
- The level of beta – 2 – microglobulin
- The level of albumin, kadar albumin atau sejenis protein utama dalam darah yang memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Dimana tingkat albumin dalam darah bisa memperlihatkan tingkat nutrisi yang berada di dalam tubuh seorang pasien.
- Elevated SR atau sedimentation rate, yang nantinya akan mempengaruhi tingkat inflammasi atau peradangan.
- Tingkat hemoglobin atau jenis metaloprotein dalam darah merah, dan nantinya akan menunjukkan seorang pasien mengalami anemia atau tidak.
Contoh Kasus dalam Penggunaan Faktor Prognostik
Berikut adalah beberapa contoh kasus yang menggunakan hasil analisa faktor prognostik yang telah dilakukan di berbagai negara, antara lain adalah:
- Faktor prognostik dan faktor prediktif dari kanker lambung
Karena faktor prognostik adalah beberapa faktor yang diukur sebelum perawatan, yang nantinya akan berefek besar pada hasil pengobatan yang dilakukan, dan biasanya hasil tersebut di ukur secara keseluruhan atau disebutkan bahwa pasien sembuh atau tidak atau ada efek sampingnya lainnya.
Sedangkan, faktor prediktif adalah faktor yang diharapkan mampu mengidentifikasi pasien yang akan menerima keuntungan dari suatu penanganan medis tertentu secara spesifik. Hipotesis yang diberikan tidak bergantung pada variasi segala jenis variabel yang ada dan terlihat lebih seperti panduan terapi pada suatu penyakit.
Untuk contoh faktor prediktif yang sering dilakukan adalah HER2 untuk mengobati kanker payudara. Faktor ini memungkinkan kita untuk mengetahui kemungkinan seorang pasien menghadapi respon trastuzumab yang telah digunakan lebih dari 10 tahun untuk menangani masalah kanker payudara.
Nah, untuk contoh faktor prognostik pada kasus kanker lambung antara lain adalah yang pertama dengan melihat ukuran dari kanker lambung pasien. Yang kedua adalah karakter dari pasien itu sendiri dan kemungkinan sang pasien menderita tumor. Dan yang terakhir adalah faktor metabolisme dari pasien.
- Faktor prognostik dengan CA 15 – 3 pada penderita kangker payudara
Penyakit yang mematikan dan paling sering menjangkiti pasien berjenis kelamin wanita ini terbentuk dari benjolan dan terjadi karena adanya kanker pada sel – sel pembentuk struktur payudara. Karena faktor prognostik merupakan identifikasi awal yang digunakan oleh dokter untuk menentukan penanganan penyakit kanker payudara yang paling tepat bagi pasien, maka akan sangat diperlukan detail yang menyeluruh dari data pasien itu sendiri.
CA 15 -3 merupakan sejenis antigen kanker khususnya untuk kanker payudara. ia merupakan sejenis protein yang terbentuk dari sel payudara pada umumnya. CA 15 – 3 berfungsi sebagai penentu bahkan pendeteksi adanya kanker pada payudara sehingga bisa menentukan faktor prognostik yang dialami oleh pasien. Dan sebenarnya, tidak semua dokter menganjurkan penggunaan CA 15 -3 sebagai pendeteksi kanker payudara, hal ini dikarenakan adanya kemungkinan munculnya tumor bahkan jenis kanker lain pada tubuh seperti kanker lambung dan kanker prostat.