Category: Sindrom Sheehan
Sindrom Sheehan mungkin kedengaran asing, namun kondisi di mana kelenjar pitutari mengalami penurunan fungsi ini wajib untuk kita kenali lebih lebih jauh untuk mampu mewaspadainya. Tanda lainnya selain dari penurunan fungsi kelenjar pituitari oleh nekrosis iskemik adalah hipopituitarisme. Nekrosis iskemik itu sendiri diketahui dipicu oleh syok hipovolemik serta kehilangan darah selama proses persalinan berlangsung atau bahkan sesudahnya.
Walau tergolong sindrom yang langka dengan sekitar 5 dari 100 ribu kasus pada wanita, tetap ada kemungkinan bahwa keadaan ini bisa menyerang. Negara-negara yang kurang maju atau yang sedang berkembang perlu lebih memerhatikan sindrom ini. Untuk itulah, kita pun perlu mengenal apa yang menjadi penyebab, gejala hingga cara pengobatan sindrom ini secara tepat.
Penyebab
Kelenjar pituitari dapat terkena dampak dari kondisi tubuh yang kehilangan banyak darah sehingga akhirnya kelenjar ini terugikan. Perkembangan kondisi ini pada umumnya terjadi sewaktu seorang wanita hamil melahirkan. Pada proses persalinan, akan ada banyak darah yang hilang sehingga kerusakan jaringan penghasil hormon pun terjadi dan menimbulkan gangguan fungsi normal kelenjar.
Kelenjar pituitari sendiri ada pada dasar otak manusia dengan fungsi utama sebagai penghasil hormon yang membuat pertumbuhan lebih mudah. Tak hanya itu, fungsi reproduksi serta produksi ASI pun terdukung oleh hormon yang dihasilkan. Kesembuhan luka dan juga rangsangan kelenjar adrenal sekaligus tiroid pun didukung banyak oleh hormon tersebut.
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari berperan banyak dalam kelangsungan tubuh setiap manusia, maka dapat dikatakan bahwa kekurangan atau ketiadaan hormon tersebut mampu memicu berbagai macam keluhan kesehatan. Ada banyak gejala yang bisa terjadi pada seseorang dengan sindrom ini meski penyebab pastinya belum diketahui.
Faktor Risiko
Ada beberapa situasi selain persalinan biasa yang termasuk di dalam faktor peningkat risiko terjadinya sindrom Sheehan atau terjadinya penurunan fungsi dari kelenjar pituitari di dalam tubuh, seperti:
- Proses persalinan anak kembar.
- Memiliki gangguan pada plasenta.
- Tekanan darah sangat rendah sewaktu persalinan.
Gejala
Gejala untuk kondisi sindrom Sheehan pada umumnya timbul secara perlahan, bisa saja sesudah beberapa bulan atau bisa juga malah bertahun-tahun kemudian. Tanda paling cepat yang kemungkinan dialami adalah ketidakmampuan dalam menyusui yang akan disusul dengan masalah-masalah lainnya.
- Jarang menstruasi atau justru sama sekali tidak menstruasi.
- Tubuh cepat lelah.
- Detak jantung menjadi tidak teratur.
- Payudara menyusut.
- Anemia
- Rambut pada alat vital yang tidak lagi bisa tumbuh.
- Libido yang rendah.
- Hipoglikemia atau kadar gula darah menjadi sangat rendah.
- Hipotensi atau tekanan darah rendah.
- Fungsi mental yang melambat.
- Sembelit
- Penurunan berat badan dan sulitnya untuk meningkatkan kembali berat badan disertai dengan kondisi sulitnya suhu tubuh untuk naik sebagai efek dari tiroid yang tidak aktif.
- Sakit kepala.
- Massa otot yang berkurang.
- Koma (pada kasus yang sangat jarang).
- Kadar sodium di dalam tubuh terlalu rendah.
- Insufisiensi adrenal sekunder di mana kondisi ini terbilang mirip dengan penyakit Addison.
- Ketiadaan laktasi.
[AdSense-B]
Ada kemungkinan bahwa penderita sindrom ini pun akan mengalami ketiadaan gejala apapun di mana hal ini tergantung dari tingkat rusaknya kelenjar pituitari. Gejala-gejala yang telah disebutkan pun dapat terjadi sebab hormon pengendali kelenjar pituitari yang meliputi kelenjar adrenal, tiroid, hormon fungsi haid dan hormon produksi ASI terlalu sedikit di dalam tubuh.
Seorang wanita bahkan ada yang tak menyadari sama sekali bahwa tubuhnya sedang menderita sindrom Sheehan hingga akhirnya dirawat karena kekurangan adrenal atau tiroid. Wanita-wanita ini pada umumnya dapat hidup bertahun-tahun tanpa mengetahui apapun termasuk bahwa kelenjar di bawah otak sedang tak berfungsi normal. Hal ini menjadi muncul ke permukaan ketika krisis adrenal terjadi yang dipicu oleh proses pembedahan atau infeksi serius.
Diagnosa dan Pengobatan
Sewaktu gejala telah muncul, penting untuk lalu memeriksakan diri ke dokter dan menempuh serangkaian metode diagnosa. Karena adanya kemungkinan gejala menunjukkan penyakit lain, maka berikut inilah pemeriksaan yang bisa dilalui pasien.
- Pengumpulan riwayat medis pasien – Pasien dengan gejala sindrom Sheehan penting untuk menginformasikan pada dokter akan komplikasi persalinan yang pernah dialami. Meski sudah lama dari waktu persalinan terakhir Anda, tetap hal ini perlu untuk disebutkan. Bahkan tak hanya itu, pasien juga perlu memberitahukan dokter apabila saat seharusnya menyusui tak dapat memroduksi ASI secara cukup atau bahkan menstruasi yang tidak terjadi pasca persalinan.
[AdSense-A]
- Pemeriksaan darah – Dengan memeriksa darah pasien, maka kadar hormon pituitari dapat diketahui.
- Tes pencitraan – CT scan adalah salah satu prosedur yang bisa ditempuh dengan tujuan untuk memeriksa ukuran pituitari pasien. Tak hanya pemeriksaan tersebut, pemeriksaan MRI pun merupakan bagian dari tes pencitraan yang akan mendukung hasil diagnosa dengan menyingkirkan adanya kemungkinan penyakit lain, seperti tumor pituitari dengan gejala yang sama.
- Tes stimulasi hormon pituitari – Tes jenis ini biasanya perlu dilakukan dengan melalukan tes darah berulang dan juga suntik hormon untuk mengetahui respon pituitari paa tubuh pasien. Namun, tes ini perlu dilakukan setelah adanya konsultasi dengan dokter yang memang memiliki keahlian dalam bidang penyakit hormonal.
Sesudah dari pemeriksaan terdeteksi bahwa benar gejala merujuk pada kondisi sindrom Sheehan, berikut ini merupakan penanganan yang dokter pada umumnya berikan sebagai pengganti hormon yang telah hilang.
- Levothyroxine – Obat-obatan yang mampu diandalkan sebagai peningkat kadar hormon tiroid yang kurang kemungkinan akan diberikan pada pasien. Bahkan untuk obat ini pun diketahui efek sampingnya relatif kecil ketika juga pasien menggunakan dalam dosis tepat. Seperti jenis antibiotik, obat yang diresepkan harus dihabiskan walaupun kondisi tubuh pasien sudah terasa lebih baik.
- Hormon Pertumbuhan – Menurut penelitian yang ada, rasio otot terhadap lemak tubuh dapat menjadi normal kembali ketika hormon pertumbuhan pada wanita penderita sindrom hormon pertumbuhan diganti. Bahkan massa tulang dan otot pun akan ikut terjaga sealigus juga menurunkan kadar kolesterol tinggi. Namun, retensi cairan dan kekakuan sendi dapat menjadi efek samping yang wajib diwaspadai.
- Estrogen – Selain dari hormon pertumbuhan, sebagai alternatif dokter bisa saja memberikan pengobatan ini apabila pasien baru saja menjalani prosedur histerektomi atau prosedur pengangkatan rahim. Terapi penggantian estrogen pada umumnya memanfaatkan penggunaan pil dan kalaupun ada kemungkinan untuk hamil lagi, pemberian gonadotropin adalah salah satu solusinya di mana pemberian dalam bentuk suntikan supaya ovulasi mendapatkan stimulasi.
- Kortikosteroid – Obat jenis ini akan menjadi pengganti hormon adrenalin yang gagal diproduksi disebabkan oleh hormon adrenokortikotropik yang kurang. Konsultasikan dosis yang paling tepat dengan dokter supaya tak terjadi efek samping berbahaya.
Adakah bahaya komplikasi dari sindrom Sheehan?
Karena hormon pituitari sendiri memiliki peran yang cukup besar dalam kelangsungan fungsi tubuh terutama metabolisme kita, tentu beberapa komplikasi pun akan timbul saat sindrom tidak ditangani dengan benar dan cepat, seperti:
- Ketidakteraturan datang bulan.
- Perubahan berat badan yang tidak diharapkan.
- Tekanan darah menjadi makin rendah.
- Krisis adrenal, yakni kelenjad adrenalin pun hanya memroduksi hormon kortisol terlalu sedikit.
Sindrom Sheehan yang berhubungan dengan kinerja dan fungsi kelenjar pituitari ini perlu kita waspadai. Dengan mengenali penyebab, gejala hingga cara-cara menanganinya, maka kiranya kita dapat mencegah kondisi gejala semakin serius yang berakibat pada timbulnya komplikasi.