Obesitas merupakan suatu kondisi tubuh yang memiliki kadar lemak yang banyak sehingga menyebabkan badan menjadi gemuk atau memiliki berat badan berlebih. Sebenarnya setiap orang memang diharuskan memiliki sejumlah lemak untuk menyimpan energi dan lainnya. Namun jika jumlahnya berlebihan, maka lemak yang menimbun dapat merugikan metabolisme tubuh.
Batasan Pengelompokan Obesitas
Secara klinis, seseorang dapat dikatakan mengalami obesitas ketika berat badan seseorang mencapai 15% lebih berat dari berat badan idealnya. Pengelompokan obesitas yang lain juga diklasifikasikan sebagai berikut:
- Obesitas ringan, dengan kelebihan berat badan mencapai 20% hingga 40%.
- Obesitas sedang, dengan kelebihan berat badan mencapai 41% hingga 100%.
- Obesitas berat, dengan kelebihan berat badan lebih dari 100%.
Kelebihan berat badan atau obesitas bukan hanya sekedar mempengaruhi lebar pinggang, tetapi menimbulkan efek yang lebih buruk lagi. Sejumlah masalah kesehatan yang serius, merupakan bahaya akibat obesitas yang bisa terjadi, adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Otak
Menurut penelitian terbaru, ada sejumlah kasus obesitas yang berbahaya bagi otak. Seperti yang dilansir dari My Health News Daily, bahwa obesitas dapat mempengaruhi otak seperti berikut ini:
- Kecanduan makan, sebab menurut penelitian obesitas dapat mengubah pola makan secara otomatis. Sehingga jika hal ini terjadi, maka berat badan akan bertambah karenakan otak butuh dipuaskan oleh makanan utamanya yang manis dan berlemak.
- Mengubah kinerja sistem imun, Resiko inflamasi menjadi meningkat. Kemudian inflamasi ini akan mempengaruhi otak dan menghancurkan beberapa bagiannya sehingga suasana hati mudah berubah hingga sulit untuk menghentikan kebiasaan makan yang berlebih.
- Demensia, Berhubungan dengan inflamasi akibat obesitas, ternyata dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi gampang stres. Ukuran otak juga bisa mengecil akibat adanya lemak di perut sehingga resiko demensia dapat meningkat.
- Diet yoyo, yakni diet berputar yang mengakibatkan penurunan dan peningkatan berat badan secara berkelanjutan. Diet ini bisa membuat berat badan menjadi bertambah lebih cepat, dan perputarannya bisa mempengaruhi otak sehingga gampang stres.
- Merusak memori, Menurut studi Journal of the American Geriatric Society, hormon yang diproduksi oleh lemak bisa menyebabkan inflamasi sehingga mempengaruhi bagian kognitif yang akibatnya membuat seseorang akan kehilangan ingatan.
2. Penyakit Jantung
Bahaya obesitas dapat memicu terjadinya serangan jantung, sebab lemak yang berlebih dapat menutupi pembuluh darah pada jantung sehingga menjadi tersumbat. Jika hal ini terjadi, maka serangan jantungpun dapat terjadi termasuk jantung koroner. Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh penyakit jantung ini antara lain :
- Mengalami sakit pada bagian dada seperti ditekan
- Sakitnya menjalar ke leher seperti tercekik dan ke lengan kiri
- Sakit pada bagian ulu hati
- Kadang-kadang disertai dengan kembung
- Denyut nadi melemah
- Mengeluarkan keringat dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak
3. Hipertensi
Obesitas memiliki hubungan yang erat dengan penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini bisa terjadi akibat dari seringnya mengkonsumsi makanan penyebab darah tunggi, kolesterol dan lemak berlebih yang akhirnya dapat memicu penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi naik.
Penyakit hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu:
- Hipertensi primary, yakni tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh gaya hidup dan faktor lingkungan.
- Hipertensi secondary, yakni tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita seperti gagal jantung, gagal ginjal hingga kerusakan sistem hormon pada tubuh.
Adapun beberapa gejala yang sering dialami oleh penderita hipertensi adalah:
- Merasa pusing dan sakit kepala
- Merasa pegal serta tidak nyaman
- Merasa oleng atau merasa ingin jatuh
- Detak jantung bergerak cepat dan berdebar-debar
- Telinga berdengung
4. Gangguan Saluran Pernapasan
Bahaya obesitas dapat menyebabkan gangguan pernafasan, karena terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan pada dinding dada hingga menekan paru-paru. Jika hal ini dibiarkan dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam bernapas. Pada saat tidur, gangguan pernapasan ini bisa terjadi sehingga menyebabkan pernafasan bisa berhenti untuk sementara (obstructive sleep apnea), sehingga menimbulkan ciri ciri-ciri kurang tidur, seperti sering mengalami kantuk di siang hari.
5. Diabetes
Resiko yang bisa dialami oleh seseorang yang menderita obesitas adalah penyakit diabetes tipe 2. Pada penderita obesitas, insulin yang dihasilkan oleh pankreas terganggu oleh komplikasi-komplikasi obesitas sehingga tidak dapat bekerja maksimal untuk membantu sel-sel menyerap glukosa. Karena kerja insulin menjadi tidak efektif, maka pankreas terus berusaha untuk menghasilkan insulin lebih banyak yang akibatnya kemampuan pankreas semakin berkurang untuk menghasilkan insulin.
Kondisi ini pada umumnya disebut resistensi insulin yang merupakan faktor penyebab seseorang mengalami diabetes tipe 2. Adapun gejala-gejala umum yang dirasakan oleh penderita diabetes untuk tipe 2 adalah:
- Sering buang air kecil utamanya pada malam hari
- Mulut kering
- Sering haus dan kelelahan
- Mengalami pusing
- Merasa gatal dan infeksi pada daerah vagina atau penis
- Penglihatan menjadi kabur
- Terjadi infeksi pada kulit, seperti bisul
6. Osteoartritis
Saat mengalami obesitas, maka resiko terkena osteoartritis (peradangan sendi) akan semakin rentan. Bagian pada tubuh yang biasa mengalaminya adalah bagian leher, tangan, kaki, dan lutut. Hal ini terjadi karena lemak terus tertimbun dalam tubuh menyebabkan beban tubuh semakin berat dan bertambah. Akibatnya, cairan sendi menjadi berkurang lebih cepat sehingga, bagian-bagian tulang akan saling bergesekan dan rasa nyeripun akan timbul.
Tak jarang, robekan-robekan pada tulang rawan sendi bisa terjadi. Walaupun tubuh memiliki sistem yang dapat memperbaikinya, namun jika terus menerus berlangsung, maka robekan bisa menjadi parah.
7. Stroke
Menurut penelitian, seseorang yang menderita obesitas ternyata lebih beresiko terserang stroke daripada orang yang memiliki ukuran tubuh sedang. Hal ini terjadi karena penderita obesitas cenderung memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan terkena diabetes yang akan memicu terjadinya stroke.
Adapun beberapa gejala yang terjadi jika menderita stroke adalah:
- Melemahnya fungsi motorik pada satu sisi tubuh, dimana penderita stroke akan berbicara pelo, atau mata sulit terbuka.
- Penglihatan menjadi kabur hingga melemahnya koordinasi tubuh, akibat kehilangan kemampuan sensorik.
- Mengalami sakit kepala secara tiba-tiba, akibat terjadi peningkatan tekanan di dalam otak. Hal ini biasa terjadi pada penderita stroke pendarahan.
- Merasa mual dan muntah, karena terjadi peningkatan tekanan dalam kepala hingga merangsang reseptor mual.
- Merasa bingung secara mendadak hingga sulit untuk bicara dan mengerti.
- Kesulitan dalam berjalan secara tiba-tiba, mudah terhuyung dan keseimbangan menjadi hilang.
- Merasa hilang kesadaran secara mendadak atau pingsan mendadak.
8. Gangguan Kesuburan
Bahaya obesitas bisa mengganggu kesuburan khususnya bagi wanita, akibat berat badan yang berlebih. Dampak dari obesitas ini, ovarium yang memproduksi sel telur tidak memungkinkan wanita untuk hamil. Walaupun terjadi pembuahan, maka janin sulit berkembang secara normal sehingga keguguran sangat rentan terjadi. Selain itu, menstruasi menjadi tidak teratur akibat ketidakseimbangan hormon yang dipicu oleh obesitas.
9. Depresi
Depresi merupakan gangguan kesehatan yang bisa disebabkan oleh obesitas. Kurang percaya diri hingga minder bisa mengakibatkan tekanan-tekanan emosional terjadi. Tak jarang kebiasaan buruk seperti menjadi lebih sensitif dan mudah marah, menjadi salah satu emosi yang dikeluarkan saat merasa depresi sehingga gampang stres.
Bahaya Obesitas Menyebabkan Kanker
Baru-baru ini, sebuah fakta mengungkapkan bahwa penderita obesitas beresiko terkena beberapa jenis kanker sebesar 40%. Hormon estrogen yang diproduksi oleh sel lemak inilah, yang sebenarnya merupakan salah satu penyebab resiko kanker menjadi meningkat.
Adapun beberapa jenis kanker yang dapat diakibatkan oleh obesitas adalah :
1. Kanker Usus
Kanker usus adalah sel kanker yang tumbuh ganas pada usus. Kanker ini bermula dari perkembangan sel yang awalnya tidak ganas dan hanya membentuk polip (sel tumbuh cepat) saat stadium awal. Pada masa ini penderita tidak akan menimbulkan gejala apapun, sehingga sangat sulit untuk diketahui. Namun hal ini harus diwaspadai karena sel yang tidak ganas tersebut dapat berubah menjadi ganas.
Gejala :
- Terjadi perubahan pada proses buang air besar, dimana feses kadang menjadi keras atau sebaliknya.
- Mengalami susah buang air besar
- Feses yang keluar disertai darah dan lendir
- Keluarnya darah bersumber dari anus atau dubur
- Merasa kembung dan tegang
- Diare
Pengobatan :
- Operasi lokal, yakni pengobatan pada stadium awal dengan mengangkat jaringan kanker tanpa menyayat perut. Kemudian, alat khusus dimasukkan menuju usus besar melalui rektum atau anus, dan kankerpun diangkat.
- Bedah usus, yakni pengobatan pada stadium awal yang dilakukan dengan tindak operasi yang sedikit menyayat perut. Lalu, usus besar yang terkena kanker akan dibuang dan disambung lagi.
- Reseksi, yakni pengobatan dengan membuang sisa makanan setelah pembedahan atau operasi dilakukan.
2. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah penyakit yang diakibatkan oleh sel kanker yang tumbuh di jaringan payudara. Sel-sel ini akan muncul di saluran atau lobula pada payudara. Selain itu, sel-sel tersebut bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pada umumnya, kanker ini sering diderita oleh para wanita, walaupun pria juga bisa terkena penyakit ini.
Gejala:
- Terdapat benjolan pada payudara yang tidak terasa sakit.
- Terjadi rasa gatal dan timbul ruam pada sekitar puting.
- Cairan keluar atau pendarahan pada puting.
- Membengkaknya kulit payudara hingga menebal.
- Terjadi kerutan pada kulit payudara.
- Puting masuk ke dalam.
Pengobatan:
- Pembedahan, yang prosedurnya berupa mempertahankan payudara, mengangkat seluruh bagian payudara dengan atau tanpa jaringan kelenjar getah bening, dan mengambil sel kelenjar getah bening di bawah ketiak untuk diperiksa.
- Terapi sistematik, yakni dengan kemoterapi, terapi hormon dan herceptin.
- Radioterapi, dengan menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
- Rehabilitasi, yang terbagi menjadi fisik dan mental. Rehabilitasi fisik seperti melatih bahu setelah pembedahan, merawat tangan, menyeimbangkan nutrisi dan memperbaiki gaya hidup. Adapun rehabilitasi mental seperti dukungan dari teman dan keluarga, serta mengikuti konsultasi dokter.
3. Kanker Kandung Empedu
Kanker kandung empedu merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kanker di dalam kandung empedu. Kandung empedu adalah bagian di dekat dasar hati yang berfungsi untuk menyimpan empedu, yakni cairan yang membantu memecahkan dan menyerap lemak pada tubuh yang dihasilkan oleh hati.
Gejala:
- Sakit perut, biasanya pada bagian kanan atas perut
- Perut terasa kembung
- Merasa gatal
- Terjadi demam
- Nafsu makan menghilang
- Merasa mual
- Kulit menguning
Pengobatan:
- Operasi
- Kemoterapi
- Terapi Radiasi
- Pemasangan Stent
- Bypass Biliari
- Kolekistektomi
4. Kanker Rahim
Kanker ini juga bisa disebut dengan kanker endometrium karena kanker ini menyerang sel-sel yang membentuk dinding rahim atau endometrium. Selain itu, kanker ini juga bisa membentuk sarkoma uteri karena biasanya menyerang otot-otot pada sekitar rahim.
Gejala:
- Terjadi pendarahan pada vagina setelah monopause atau diluar siklus menstruasi.
- Mengalami pendarahan yang berlebihan jika sedang menstruasi.
- Sekresi pada vagina membentuk cairan atau darah encer.
- Terasa sakit pada daerah panggul dan saat berhubungan intim.
- Terjadi benjolan di perut bagian bawah.
Pengobatan:
- Histerektomi, yakni bedah pengangkatan rahim, kedua ovarium dan tuba falopi sehingga menghapus kemungkinan seorang wanita untuk hamil. Histerektomi juga bisa dilakukan lewat operasi dengan beberapa sayatan kecil. Selain itu, operasi ini juga menjalani pengangkatan serviks dan vagina bagian atas.
- Radioterapi, yakni pengobatan yang dilakukan setelah menjalani histerektomi untuk menghambat penyebaran kanker. Efek yang ditimbulkan dari pengobatan ini seperti kulit pada menjadi merah dan perih pada bagian yang diobati atau pendarahan pada rektum.
- Kemoterapi, biasanya dilakukan untuk penderita kanker rahim stadium 3 atau 4 yang diberikan secara bertahap melalui infus. Efeknya bisa merontokkan rambut, kelelahan, mual hingga muntah.
- Terapi hormon, dilakukan untuk menangani kanker rahim yang muncul kembali. Fungsinya untuk mengecilkan tumor dan mengurangi gejala. Efek sampingnya adalah berat badan menjadi bertambah, otot mengalami kram, serta mual-mual.
5. Kanker Ginjal
Kanker ginjal merupakan tumor ganas yang dapat tumbuh pada bagian dari renal parenchyma. Kanker ginjal dapat menjalar ke jaringan dan organ terdekat melalui tumor primer hingga dapat keluar melalui pembuluh darah vena atau limfatik.
Gejala:
- Tidak ada gejala yang jelas, sebab pada umumnya 40% kanker ginjal secara kebetulan ditemukan saat pemeriksaan kesehatan tanpa tanda yang jelas.
- Kencing darah, yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Jika membentuk gumpalan dalam jumlah banyak maka akan terasa sakit dan nyeri saat buang air kecil.
- Adanya benjolan, yang sekitar 10% hingga 40% penderita bisa merabanya pada bagian perut.
- Sakit pinggang, akibat tumor bertumbuh besar dan meningkat sehingga tumor invasi ke jaringan sekitar.
- Adanya gejala metastase, yakni mengalami sakit tulang, patah tulang, batuk tanpa atau dengan darah.
Pengobatan:
- Operasi, dengan pengangkatan seluruh ginjal, kelenjar adrenal dan reseksi jaringan adiposa di sekitar ginjal yang disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening didekatnya.
- Metode terapi pisau Ar-He, untuk menurunkan suhu tumor sehingga dapat menghancurkan jaringan tumor.
- Radiofrekuensi ablasi, yakni penerapan energi tinggi gelombang radio yang berfungsi memanaskan tumor dengan frekuensi tinggi hingga sel-sel tumor hancur.
- Metode radioterapi, yakni penerapan sinar berenergi tinggi yang berfungsi mengecilkan sel kanker atau membunuhnya.
- Metode terapi bertarget, berfungsi untuk menghambat pertumbuhan pembuluh darah yang biasa mensuplai nutrisi kepada tumor serta sel kanker pada bagian lain.
- Metode imunoterapi, berfungsi meningkatkan sistem imun untuk melawan dan menghancurkan sel-sel kanker.
- Metode kemoterapi, yakni dengan menginjeksikan obat anti kanker pada pembuluh darah atau dengan pil oral sehingga mengalir ke seluruh tubuh melalui darah.
6. Kanker Kerongkongan
Kanker kerongkongan biasanya dikenal dengan istilah kanker esophagus. Kanker ini menyerang bagian sel jaringan kerongkongan dengan tumor yang ganas. Jenis kanker ini terbagi menjadi empat, namun yang paling umum terjadi hingga 90% adalah karsinoma sel skuamosa.
Gejala:
- Terasa aneh pada tenggorokan hingga tersedak ketika menelan makanan.
- Ketika menelan, bagian dada terasa panas, hingga sakit seperti tertarik.
- Sering disertai muntah, sakit perut, hingga penurunan berat badan dan gejala lainnya.
Pengobatan:
- Operasi, yakni dengan menghilangkan jaringan tumor yang dekat dengan kelenjar getah bening agar lebih efektif.
- Radioterapi, dilakukan sebelum operasi agar tumor mengecil, dan sesudah operasi untuk menghilangkan sisa-sisa sel setelah operasi.
- Kemoterapi, bisa dipadukan dengan radioterapi agar sel kanker berkurang atau menghilang.
- Terapi photodynamic, umum dilakukan untuk pengobatan setelah pengobatan pada lini pertama.
7. Kanker Pankreas
Kanker pankreas merupakan penyakit yang sel kankernya terbentuk dalam pankreas dan diawali dari sel-sel eksokrin.
Gejala:
- Samar, sebab kanker pankreas sering terdiagnosa pada stadium yang sudah lanjut.
- Mengalami gangguan pencernaan, serta pembengkakan dan gerakan usus.
- Menderita sakit kuning seperti pada mata dan kulit.
Pengobatan:
- Operasi pembedahan.
- Perawatan paliatif.
- Pengobatan komprehensif, yang dibantu dengan radioterapidan kemoterapi.
Sebenarnya kita bisa melakukan pencegahan bahaya obesitas ini, dengan menerapkan gaya hidup sehat. Pemilihan asupan yang tepat, serat kesadaran untuk membuat berat badan tetap ideal dapat menghindari gangguan obesitas ini.