Mahasiswa ITB Tewas Gantung Diri, Depresikah Sebabnya?

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Seorang mahasiswa yang bahkan berprestasi sekalipun tak lepas dari yang namanya masalah di mana hal ini terbukti dari kasus seorang mahasiswa S2 berusia 25 tahun dari ITB (Institut Teknologi Bandung) yang kehilangan nyawa karena gantung diri. Mahasiswa yang dikenal berprestasi asal Sukoharjo ini diduga polisi mengakhiri hidupnya sendiri karena depresi.

Pihak berwajib menemukan surat kontrol dokter kejiwaan dari Rumah Sakit Melinda di Bandung yang memang menyatakan bahwa korban tengah menderita depresi. Maka tak heran bila kemudian depresi menjadi dugaan kuat penyebab mahasiswa berinisial MA ini gantung diri. Berbagai anggapan pun muncul mengenai kenapa mahasiswa ini sampai memilih untuk mengakhiri hidup.

Tak hanya orang gedewasa saja yang mampu mengalami stres dan depresi, sebab nyatanya mahasiswa dapat terbeban dengan banyaknya proses pembelajaran sehingga dalam hal ini konteks akademis bisa jadi alasan mengapa seorang mahasiswa bisa depresi. Bukan sebagai penyebab utama, beban kuliah dan belajar kemungkinan merupakan pemicunya saja karena setiap pada dasarnya siapapun berpotensi mengalami depresi.

Jika memang mahasiswa ini menderita depresi dan bahkan sudah memeriksakan diri ke dokter kejiwaan, lalu mengapa masih timbul dorongan untuk bunuh diri? Menurut dr Andri, SpKJ, FAPM yang merupakan seorang psikiater dilansir dari Detik Health, kejadian pasien depresi yang bunuh diri tentu tak dapat diprediksi karena masalahnya dorongan ini muncul secara tiba-tiba, namun tak semua penderita depresi memilih mengakhiri hidup.

Mendatangi dokter ahli jiwa bukanlah suatu jaminan bahwa dorongan untuk bunuh diri tak mampu memengaruhi seorang pasien depresi. Namun menurut dr Andri, mahasiswa ITB ini sudah berusaha untuk mengatasinya dengan meminta pertolongan dari dokter ahli jiwa hanya saja segala bentuk dorongan mengakhiri hidup tak dapat diduga dan diprediksi.

Keputusan bunuh diri oleh si penderita depresi biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan dirinya untuk mengatasi gejala stres dan depresi yang terus berkelanjutan. Beberapa faktor yang kemudian membuat seseorang memilih jalan pintas ini antara lain adalah:

  • Faktor bullying, kerap menjadi korban bully sehingga merasa tak berharga, sering putus asa, dan tertekan dalam waktu lama.
  • Masalah dalam suatu hubungan, entah itu hubungan dengan pasangan, anggota keluarga maupun sahabat. Adanya pertengkaran, hubungan yang kasar, baru berpisah, atau bahkan kerap merasa tak dihargai adalah pemicunya.
  • Penyalahgunaan zat aditif, seperti menggunakan alkohol atau obat-obatan terlarang. Bila kecanduan, hal ini lebih lagi membuat mental lebih tertekan dan bahkan terjadi perubahan fungsi otak serta neurotransmitter yang membuat depresi makin serius.
  • Pengalaman yang membuat trauma, seperti perasaan bersalah atau malu yang membuat dorongan bunuh diri sering muncul. Pengalaman traumatis di sini dapat berupa kekerasan fisik misalnya yang kemudian seringkali menimbulkan kilas balik sehingga rasa cemas yang dirasakan begitu intens sampai menghambat aktivitas harian.

Sebenarnya dari pihak ahli kejiwaan selalu memberi pesan kepada pasiennya untuk menghubungi pihak mereka saat dorongan bunuh diri muncul. Tak hanya itu, penderita depresi juga hendaknya meminta tolong kerabat ataupun teman untuk menemani saat pikiran makin kacau dan terombang-ambing antara ingin mengakhiri hidup atau tidak.

fbWhatsappTwitterLinkedIn