Penyakit Atresia Bilier merupakan salah satu gangguan kesehatan pada bayi yang dapat berakibat fatal. Gangguan kesehatan yang berdampak serius terhadap fungsi organ hati bayi ini dapat muncul ketika bayi masih berada di kandungan ataupun pada saat setelah kelahiran.
Banyak gejala atresia bilier yang harus diwaspadai orang tua karena kebanyakan tidak dianggap sebagai masalah yang serius. Penyakit ini sendiri dapat beresiko meningkat statusnya menjadi gagal hati apabila tidak mendapat penanganan yang baik.
Atresia Bilier sendiri dapat terjadi karena berbagai faktor resiko seperti genetik keturunan dari orang tua, paparan racun ,adanya mutasi gen yang tidak terdeteksi yang menyebabkan abnormalitas pada sel-sel organ serta macam-macam penyebab atresia bilier pada bayi lainnya.
Untuk kasus global, angka kelahiran anak yang mengidap Atresia Bilier diperikirakan berjumlah 18000 orang. Sementara diperkirakan setiap 300 -450 anak Indonesia yang lahir setiap tahunnya didiagnosa menderita penyakit ini.
Beberapa kasus pada penderita Atresia Bilier sebagian besar harus berakhir dengan menjalani transplantasi hati. Namun perkembangan ilmu kedokteran telah membuahkan hasil bagi upaya penyembuhan penyakit Atresia Bilier pada bayi. Berikut beberapa cara menyembuhkan penyakit Atresia Bilier.
- Hepatoportoenterostomy
Hepatoportoenterostomy atau yang populer disebut dengan teknik Kasai ini merupakan metode yang diketemukan oleh ahli bedah asal Jepang Morio Kasai. Teknik operasi ini menekankan pada pembukaan saluran empedu minor yang terhambat agar mengalir melalui modul inti dari saluran empedu hepatik menuju organ pencernaan.
Keberhasilan operasi ini sangat bergantung dari beberapa faktor seperti tingkat keparahan saluran empedu pada bayi ataupun masa operasi. Penelitian yang berasal dari Pubmed mengatakan bahwa bayi yang mendapat penanganan prosedur kasai sebelum usia tujuh minggu memiliki kemungkinan berhasil lebih tinggi.
2. Kortikosteroid
Penggunaan hormon steroid atau yang disebut dengan kortikosteroid terhadap pasien atresia bilier diyakini dapat mengurangi sakit kuning pada bayi dengan cara menekan tingkat bilirubin dalam darah. Kortikosteroid yang memiliki persamaan senyawa kimia yang mirip dengan kortisol yang dihasilkan tubuh ketika mengalami stress. Kortikosteroid ini berdampak pada pelancaran alur saluran empedu serta mencegah inflamasi atau pembengkakan pasca dilakukannya operasi kasai.
3. Terapi Koleretis
Penggunaan terapi koleretis seperti Asam Ursodeoksiholik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki fungsi saluran empedu. Beberapa khasiat dari terapi pengobatan ini adalah untuk mengurangi Cholangitis atau penyumbatan empedu secara bertahap, memperbaiki berat badan pasien anak, dan melancarkan saluran empedu. Dosis penggunaan asam ursodeoksiholik ini sendiri memiliki batas penggunaan antara 10 – 30 mg/dL. [AdSense-B]
4. Terapi Methylprednisolone
Penggunaan hormon steroid methylprednisolone atau yang dijual dengan nama depo-medrol. Steroid ini berfungsi untuk menekan kemungkinan terjadinya inflamasi serta menidurkan fungsi imun tubuh yang menyerang sistem sendiri.
Meskipun demikian pemilihan terapi untuk menyembuhkan atresia bilier dengan metode ini dapat membawa efek samping seperti gangguan mental (sulit untuk mendeteksi kelainan saraf pada bayi dengan kasat mata). Disarankan untuk mempertimbangkan betul efek sampingnya sebelum memilih metode ini
5. Remedial nutrisi
Cara termudah untuk mendorong perbaikan kondisi penderita atresia bilier adalah dengan melakukan remedi pada asupan nutrisi sang anak. Remedi nutrisi pada anak dapat dilakukan dengan mendorong asupan susu ASI atau susu formula dengan tambahan suplemen seperti polimer glukosa, trigliserida rantai sedang.
Dianjurkan untuk memberikan asupan dari jenis susu yang untuk penderita liver yang aman. Selain itu pemanfaatan tabung nasogastrik dapat dimaksimalkan untuk mencegah pemburukan gizi pada anak penderita atresia bilier. [AdSense-A]
6. Injeksi Vitamin yang Larut Dalam Lemak
Pengoptimalisasian pemberian makanan yang kaya akan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A,D,E,K. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi defisiensi vitamin-vitamin tersebut pada penderita atresia bilier. Salah satu urgensi untuk memperbaiki asupan vitamin vitamin ini adalah untuk memperbaiki kemampuan fisiologis penderita seperti kemampuan koagulasi atau pembekuan pada darah.
Selain itu vitamin vitamin ini memang langsung mengarah ke hati untuk disimpan di sana. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan vitamin A yang dianjurkan adalah Terapi Apel. Terapi Apel untuk penderita batu empedu terbukti mampu mengoptimalkan fungsi empedu bagi pasiennya . Diharapkan dengan adanya penambahan vitamin ini akan membantu mengoptimalkan kemampuan optimalisasi hati.
7. Antibiotik Prophylaxis
Penggunaan antibiotik prophylaxis ini bertujuan untuk mencegah penyumbatan empedu berubah menjadi permanen. Antibiotik ini sebenarnya disiapkan untuk menyiapkan pasien dalam menjalani operasi bedah. Namun dalam penanganan atresia bilier, antibiotik dimanfaatkan untuk mengurangi kemungkinan pembentukan senyawa senyawa yang dapat menghalangi saluran empedu.
8. Transplantasi Hati
Alternatif melakukan transplantasi hati merupakan solusi final manakala metode-metode yang tidak melibatkan operasi besar tidak mampu memperbaiki problem yang muncul akibat daripada atresia bilier. Transplantasi merupakan tindakan yang mengiringi operasi Kasai jika problem penyumbatan masih terjadi selama 2 bulan usai dilakukan.
Biasanya dokter hanya akan menyarankan transplantasi hati dari keluarga terdekat untuk mencegah resistensi organ. Transplantasi hati sejauh ini merupakan pilihan akhir untuk menyelesaikan masalah terkait organ hati misalnya seperti pengobatan sirosis hati
9. Sclerotherapy
Sclerotherapy digunakan untuk memperbaiki komplikasi komplikasi yang terjadi karena Atresia Bilier. Salah satu komplikasi yang dihasilkan oleh Atresia Bilier adalah adanya hipertensi vena yaitu penyumbatan pembuluh darah pada empedu yang terganggu.
Cara kerja sclerotherapy adalah dengan memasukkan obat ke dalam pembuluh darah yang tersumbat dengan dipandu oleh alat ultrasonografi. Setelah mendapat penyinaran dari ultrasonografi, diharapkan pembuluh darah dapat kembali normal sehingga meminimalkan resiko septik. Metode ini ditemukan pada tahun 1682 oleh dokter Zolikoffer dari Swiss.
10. Bedah Enterostomy
Bedah Enterostomy adalah prosedur bedah yang hampir mirip dengan prosedur operasi Kasai dengan membuka lubang atau stoma pada organ yang rusak. Stoma inilah yang akan digunakan untuk mengalirkan hasil sekresi empedu berupa bilirubin untuk kemudian dialirkan kepada rektum untuk membentuk feses atau tinja.
Atresia Bilier merupakan salah satu penyebab kematian dini pada bayi karena tergolong penyakit berat untuk bayi yang rentan terhadap gangguan kesehatan. Sangat disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter yang memiliki relevansi dengan penyakit ini, termasuk dokter spesialis empedu. Itulah Cara menyembuhkan penyakit Atresia Bilier yang dapat anda ketahui agar dapat menangani atresia bilier dengan tepat.