9 Cara Pengobatan Anemia Gravis Paling Efektif dan Cepat

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Anemia gravis merupakan tingkatan paling kronis dari penyakit anemia, yang biasanya dipicu oleh penyakit-penyakit lainnya yang menyebabkan terjadinya komplikasi pada sel darah merah.

Pada saat anemia sudah mencapai tingkatan akut atau kronis ini, tentunya penderita akan lebih memiliki risiko yang fatal dan bahkan mematikan, yang diakibatkan oleh bahaya anemia kronis tersebut. Tetapi itu bukan berarti pengoobatan anemia gravis tidak dapat dilakukan.

Beberapa cara pengobatan anemia gravis yang umum diterapkan, baik secara medis maupun dengan menambah asupan makanan serta zat tertentu adalah sebagai berikut:

1. Transfusi Darah

Pengobatan anemia gravis yang pertama adalah dengan melakukan transfusi darah, dimana transfusi  harus  dilakukan  pada  pasien  yang  secara  aktif  mengalami pendarahan dan untuk pasien dengan anemia gravis, transfusi adalah paliatif dan tidak boleh digunakan sebagai  pengganti untuk terapi  tertentu.

Pada penyakit kronis yang berhubungan dengan anemia gravis, erythropoietin (produk biofarmasi berupa stimulan untuk memperbaiki sumsum tilang) dapat membantu dalam mencegah atau mengurangi transfusi darah.

Transfusi darah ini tidak bisa dilakukan sembarangan, terutama pada saat melakukan transfusi darah pada anak, yang harus mengikuti prosedur terkait cara transfusi darah pada manusia.

2. Transplantasi Sumsum Tulang dan Stem Sel

Kedua  metode  ini  telah  dipakai  oleh  pasien  dengan  leukimia,  lymphoma, Hodgkin  disease,  multiple  myeloma,  myelofibrosis  dan  juga sebagai metode pengobatan anemia  aplastik.

Alogenik transplantasi  sumsum  tulang  berhasil memperbaiki ekspresifenotipik dari penyakit anemia sel sabit dan talasemia, dan  meningkatkan harapan hidup pada pasien dan membaiknya kelainan hematologi, untuk yang berhasil menemukan donor yang tepat untuk melakukan transplantasi sumsum tulang.

Pengobatan anemia gravis juga dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan nutrisi dan mengatur pola makan dengan cara mengkonsumsi:

3. Protein

Protein merupakan suatu zat gizi utama dan memiliki peran penting bagi tubuh untuk melakukan aktivitas kehidupan. Asupan protein yang berkualitas sangat penting untuk mengatur fungsi dan kesehatan organ-organ pada tubuh manusia dengan menyediakan 20–24 jenis asam amino sebagai precursor molekul esensial yang merupakan komponen dari semua sel dalam tubuh.

Protein juga berperan penting sebagai zat pendukung transportasi zat besi di dalam tubuh. Oleh karena itu, kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat  besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi zat besi.

4. Zat Besi

Zat Besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh manusia, dan juga merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah.

Jumlah zat besi yang disimpan dalam tubuh manusia minimal berjumlah sekitar 4 g, dan  2/3 dari total zat besi dalam tubuh terikat dalam hemoglobin, yang berfungsi khusus untuk mengangkut oksigen dan mendistribusikannya ke jaringan-jaringan tubuh. [AdSense-B]

Zat besi (Fe) banyak terdapat pada produk hewani, kacang-kacangan, sayuran  berwarna hijau tua, dan terutama daging merah dan hati sapi adalah sumber zat besi terbaik dibanding yang lainnya.

5. Asam Folat

Asam folat merupakan senyawa berwarna kuning, stabil dan larut dalam  air  yang  terdiri  dari  bagian-bagian pteridin, asam para-aminobenzoat dan asam glutamat.

Sumber makanan asam folat banyak terdapat pada hewan, buah-buahan, gandum, dan sayur-sayuran terutama sayur-sayuran berwarna hijau. Kebutuhan harian tubuh akan asam folat  adalah 25-200  mcg.

Asam folat merupakan salah satu zat yang berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan juga pada pembentukan myelin,  yang berperan penting dalam mematurasi inti sel dalam sintesis DNA sel-sel eritroblast.

Akibat yang ditimbulkan dari defisiensi asam folat adalah gangguan sintesis DNA pada inti eritroblas sehingga maturasi inti menjadi lebih lambat, yang mengakibatkan kromatin  menjadi lebih longgar dan sel menjadi lebih  besar (megaloblast).

6. Vitamin B12

Vitamin B12 termasuk vitamin yang larut dalam air dan merupakan bagian terbesar dari vitamin B komplek, dengan berat molekul lebih dari 1000. Bentuk umum dari vitamin B12 adalah cyanocobalamin (CN-Cbl); keberadaannya dalam tubuh sangat sedikit dan jumlahnya tidak tentu. Selain cyanocobalamin, terdapat 2 bentuk lain dari vitamin B12 yaitu hydroxycobalamin dan aquacobalamin, dimana keduanya masing-masing terikat pada cobal.

Di dalam tubuh vitamin B12 berperan sebagai kofaktor untuk dua reaksi enzim agar membentuk Succinyl-CoA yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin yang  merupakan pigmen pada sel darah merah sebagai penghantar oksigen keseluruh jaringan tubuh.

Salah satu fungsi utama vitamin B12 adalah dalam pembentukan sel-sel  darah  merah; sebagai sistesis DNA selama pembelahan sel dapat berlangsung secara cepat pada  jaringan sum-sum tulang yang bertanggungjawab untuk pembentukan sel darah merah.

Apabila terjadi defisiensi vitamin B12, pembentukan DNA akan menjadi tidak sempurna dan sel-sel darah merah yang dihasilkan akan tidak normal. Vitamin B12 banyak ditemukan dalam produk hewani seperti daging, susu, telur, ikan, kerang dan lain sebagainya. [AdSense-A]

7. Vitamin A

Memenuhi asupan vitamin A dalam tubuh dapat membantu mobilisasi zat besi dari tempat  penyimpanan ke sumsum tulang untuk membantu proses pembentukan hemoglobin dalam darah.

Menurut penelitian, dengan mengkonsumsi vitamin A sebanyak 200.000 UI dan 60 mg ferrous sulfate selama 12  minggu  dapat meningkatkan konsentrasi hemoglobin sebanyak 7 g/L dan juga dapat menurunkan prevalensi anemia dari 54% menjadi 38%.

Rendahnya vitamin A dalam tubuh akan membuat simpanan besi tidak dapat dimanfaatkan untuk  proses  eritropoesis. Selain itu, gabungan vitamin A dan β-karoten dapat membantu zat besi tetap larut dalam lumen usus sehingga zat besi dapat terserap dengan baik.

Sumber vitamin A pada makanan sebagian besar bersal dari sumber makanan hewani seperti susu, keju, telur, ikan dan lain sebagainya. Vitamin A juga dapat ditemui pada buah-buahan dan sayuran seperti papaya, mangga, jeruk, dan wortel.

8. Vitamin C

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat korelasi positif antara vitamin C dan hemoglobin, dimana semakin tinggi asupan vitamin C maka kadar hemoglobin dalam sel darah merah akan semakin tinggi pula.

Hal ini dapat berarti bahwa dengan mengkonsumsi vitamin C, maka akan dapat membantu meringankan gejala anemia. yang berarti kejadian anemia semakin  rendah.

Vitamin C diketahui memiliki fungsi yang dapat menghambat pembentukan hemosiderin (Protein menyimpan sejumlah kecil zat besi untuk memasok jaringan tubuh dan menjaga kadar zat besi yang stabil di dalam tubuh) yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan zat besi jika diperlukan.

Vitamin C secara alami banyak ditemukan pada buah sitrus seperti jeruk, lemon,  blackcurrant , dsb, dan juga pada sayuran hijau.

9. Pembatasan Aktivitas

Pengobatan anemia gravis yang terakhir adalah dengan cara membatasi aktivitas penderita, terutama aktivitas berat seperti olahraga.

Seseorang yang mengidap anemia bukan tidak boleh sama sekali melakukan olahraga, karena bagaimana pun juga, olahraga bagus untuk jantung; dan jantung yang kuat akan membantu distribusi darah merah dan oksigen akan berjalan lancar, namun ada baiknya dilakukan secara ringan saja.

Semoga beberapa metode pengobatan anemia gravis yang kami jabarkan di atas dapat menambah wawasan serta pengetahuan anda mengenai penyakit anemia gravis tersebut sehingga akan lebih memahami tindakan apa saja yang bisa dilakukan apabila anda atau kerabat anda terkena penyakit tersebut.

fbWhatsappTwitterLinkedIn