Mikrosefalus merupakan salah satu gangguan atau kelainan yang bisa terjadi pada bayi dan anak. Gangguan mikrosefalus ini sebenarnya termasuk langka. Berikut ini kami berikan sedikit ulasan mengenai mikrosefalus yang beresiko terjadi pada bayi dan anak.
Definisi Mikrosefalus
Pada dasarnya mikrosefalus merupakan suatu kelainan otak dengan kondisi ukuran kepala yang lebih kecil daripada ukuran kepala normal. Kelainan berupa mikrosefalus seringkali terjadi sebagai akibat dari adanya kegagalan pertumbuhan otak pada kecepatan yang normal. Pertumbuhan otak seolah lambat serta diikuti dengan pertumbuhan bagian lainnya yang juga melambat.
Pada kasus mikrosefalus diketahui bahwa otak beserta jaringan yang ada di dalamnya tidak dapat tumbuh dengan baik dan sempurna seperti halnya pada bayi normal. Karena itulah otak pada bayi penderita mikrosefalus memiliki bentuk dan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran yang seharusnya. Sebenarnya mikrosefalus merupakan gangguan akibat penyempitan saraf sehingga menyebabkan kepala bayi menjadi lebih kecil dan tidak sepenuhnya berkembang.
Gejala dari kelainan jenis ini juga bisa dilihat dengan jelas melalui bentuk kepala anak yang tampak berbeda dengan anak lainnya karena pertumbuhannya tidak normal. Kondisi ketidaknormalan ini pun sebenarnya bisa dijadikan sebagai pertanda bahwa jaringan otak serta saraf pada anak juga turut mengalami ketidaknormalan.
Jenis-jenis Mikrosefalus
Kelainan mikrosefalus pada bayi atau anak dibagi menjadi dua jenis yaitu:
- Mikrosefalus jenis primer, pada kasus mikrosefalus primer tentunya ukuran kepala anak yang cenderung kecil tersebut ada sejak bayi lahir. Umumnya bayi mengalami kondisi ini karena faktor genetika atau keturunan. Mikrosefalus primer cenderung terjadi karena adanya pola pewarisan gen yang mengakibatkan terjadinya kelainan tersebut. Gen kelainan diwariskan oleh orang tua kepada anaknya dan akan diturunkan lagi kepada keturunan selanjutnya.
- Mikrosefalus jenis sekunder, sedangkan pada kasus mikrosefalus sekunder ternyata ukuran kepala bayi atau anak yang kecil dan tidak berkembang itu terjadi beberapa lama setelah kelahiran. Tentu saja kondisi ini dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti halnya virus atau faktor lainnya yang cukup berbahaya dan berdampak bagi perkembangan otak bayi dan anak.
Kedua jenis mikrosefalus ini memiliki persamaan dalam hal ukuran kepala yang sama-sama kecil. Dengan kata lain ciri dari mikrosefalus primer dan sekunder adalah sama yaitu pertumbuhan otak yang tidak normal. Namun timbulnya gejala dari kedua jenis mikrosefalus ini tidaklah sama.
Ciri-ciri Mikrosefalus
Anak-anak yang mengalami kasus mikrosefalus dengan tingkat keparahan yang tergolong ringan umumnya hanya memiliki ukuran kepala yang lebih kecil saja. Kondisi ini biasanya tidak disertai dengan timbulnya gangguan lain pada kesehatan anak. Anak dengan mikrosefalus ringan bahkan memiliki kecerdasan yang normal walaupun terkadang mengalami beberapa masalah dalam belajar.
Anak yang mengalami mikrosefalus ringan umumnya memiliki kepala yang juga akan bertumbuh sampai anak itu besar. Namun pertumbuhan kepalanya tetaplah tidak maksimal dan ukuran kepalanya tetap lebih kecil daripada ukuran kepala yang dianggap normal. Beberapa ciri lain yang mungkin saja muncul pada penderita mikrosefalus antara lain adanya keterlambatan perkembangan anak misalnya pada saat bayi belajar duduk dan berdiri serta berjalan. [AdSense-B]
Ada pula anak yang mengalami macam-macam penyakit saraf dalam hal pendengaran dan penglihatan serta mengalami gangguan bicara. Selain itu beberapa anak penderita mikrosefalus memiliki postur tubuh yang terbilang cukup pendek. Terkadang bahkan anak tersebut menjadi hiperaktif dan sulit memusatkan fokus atau perhatiannya pada suatu hal.
Penyebab Mikrosefalus
Beberapa kasus mikrosefalus disebabkan oleh adanya faktor genetik dan DNA. Hal ini umumnya digolongkan sebagai mikrosefalus primer yang akan dialami oleh anak sejak ia lahir. Keseimbangan DNA juga bisa terganggu karena adanya keracunan darah yang diakibatkan oleh toksin. Toksin bisa saja terserap oleh janin sehingga keseimbangan DNA janin menjadi terganggu.
Di samping itu mikrosefalus juga bisa saja dialami oleh anak sebagai akibat dari serangan beberapa virus penyebab meningitis. Beberapa jenis virus yang cukup berbahaya dan perlu diwaspadai antara lain rubella, zika, cytomelovirus, varicella, dan serangan virus ganas lainnya. Serangan virus tersebut bisa saja mengganggu kondisi pertumbuhan sel otak. Virus-virus tersebut dapat mengganggu pembentukan sel-sel di dalam otak janin dan berpengaruh terhadap proses pembentukan tempurung kepala.
Selain faktor genetik dan serangan virus ternyata gangguan mikrosefalus juga bisa terjadi karena adanya kerusakan jaringan di dalam otak yang dapat mengganggu pertumbuhan serta pembentukan jaringan otak. Kondisi ini menyebabkan otak yang semula bertumbuh secara normal mengalami hambatan sehingga terbentuklah otak dengan ukuran yang lebih kecil. [AdSense-A]
Pengobatan Mikrosefalus
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh dokter untuk cara mengobati penyakit mikrosefalus antara lain dengan memberikan resep obat berjenis antibiotik. Obat jenis ini dapat membantu mempercepat pemulihan dengan cara mengembalikan ukuran otak pada ukuran normal. Dokter umumnya juga memberikan resep obat berjenis antivirus karena umumnya gangguan saraf mikrosefalus diakibatkan oleh beberapa macam virus.
Obat antivirus diketahui dapat memutus nutrisi pada virus sehingga membantu kondisi anak menjadi normal kembali. Selain obat tentunya pemberian vitamin juga akan dilakukan oleh dokter. Terutama vitamin A dan vitamin D yang dapat mengurangi efek kurang baik yang ditimbulkan oleh gangguan mikrosefalus. Vitamin dapat membantu proses tumbuh kembang anak menjadi maksimal.
Anak yang mengalami mikrosefalus juga seringkali dianjurkan untuk menjalani terapi fisik yang berguna untuk melatih kemampuan anak agar dapat berkembang dengan normal. Anak juga boleh saja mengikuti terapi okupasi sebab terapi ini dapat membantu anak membangun rasa optimis dan kepercayaan dirinya di tengah keterbatasan yang ia miliki.
Pencegahan Mikrosefalus
Deteksi dini yang disertai dengan pencegahan sudah seharusnya dilakukan pada anak yang beresiko mengalami mikrosefalus. Terutama jika telah diketahui dengan jelas bahwa anak memiliki riwayat keturunan dengan kondisi mikrosefalus. Setidaknya saat anak masih berupa janin di dalam kandungan tentunya ibu hamil bisa melakukan pencegahan dengan cara menjaga kesehatan kandungannya, antara lain dengan:
- rutin melakukan pemeriksaan kehamilan.
- selain itu ibu hamil harus mengonsumsi makanan yang baik untuk penderita syaraf kejepit serta vitamin penunjang lainnya yang diresepkan oleh dokter agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan baik.
- ibu hamil juga sudah seharusnya menghindari kontak dengan bahan kimia serta dengan berbagai macam hewan baik hewan peliharaan maupun hewan seperti nyamuk.
- namun jika anak telah lahir maka salah satu cara pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan memberikan imunisasi pada anak.
- selain itu pengukuran kepala juga perlu dilakukan secara rutin untuk melakukan deteksi dini.
Mikrosefalus merupakan suatu bentuk kelainan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan anak. Oleh karena itu kondisi ini perlu dicegah sedini mungkin. Dengan melakukan deteksi dini maka pencegahan mikrosefalus juga dapat dilakukan sedini mungkin sehingga kemungkinan bagi anak untuk mengalami mikrosefalus dapat ditekan dan diminimalkan.