Acetylcysteine adalah salah satu obat yang berfungsi untuk mengencerkan dahak pada penyakit atau gangguan pada sistem pernapasan yang biasanya terdapat banyak lendir atau dahak. Obat ini juga sering digunakan sebagai bahan terapi pada orang-orang dengan kondisi paru-paru seperti cystic fibrosis, emfisema, bronkitis, pneumonia, dan tuberkulosis. Selain itu Obat ini adalah agen mukolitik yang sering juga dikenal sebagai N-acetylcysteine atau N-acetyl-L-cysteine (NAC). Biasanya, Obat Ini tersedia dalam bentuk intravena, oral (misalnya tablet), dan nebulasi/inhalasi.
Obat ini bisa juga dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kasus toksisitas paracetamol. Oleh karena hal tersebut, Acetylcysteine bekerja dengan cara bertindak sebagai bagian dari agen hepatoprotektif. Caranya adalah dengan mengembalikan glutathione hati, kemudian sebagai pengganti glutathione, lalu meningkatkan konjugasi sulfat beracun dari paracetamol.
Indikasi
Fungsi Acetylcysteine untuk pengobatan ketika dalam keadaan kondisi-kondisi berikut ini :
- Mengobati Emfisema – Emfisema adalah suatu gejala ketika kondisinya seperti sesak nafas yang berlebihan dan secara terus menerus. Faktor utama gejala emfisema ini adalah ketika sedang melakukan pekerjaan atau aktivitas yang membutuhkan tenaga yang besar. Selain itu, penyakit ini juga disertai dengan munculnya rasa letih dan juga tidak adanya semangat.
- Mengobati Radang paru-paru kronis – Radang paru-paru adalah penyakit ketika kondisinya terjadi pada bagian paru-paru. Penyakit ini juga dapat terjadi karena terjadinya komplikasi dari sebuah kondisi yang menyebabkan masalah pada saluran pernafasan terutama pada paru-paru. Radang paru-paru ini dapat terjadi pada siapa saja. Anak-anak, orang dewasa dan bahkan orang lanjut usia. Pada umumnya penderita asma paling sering mengalami komplikasi radang paru-paru.
- Mengobati Bronkiektasis – Bronkiektasis adalah suatu penyakit pada saluran napas kronik. Penyakit ini ditandai dengan dilatasi abnormal yang permanen disertai rusaknya dinding bronkus. Pada umumnya, daerah tersebut ditemukan perubahan yang bervariasi. Variasi itu antara lain inflamasi transmural, edema mukosa (BE silindris), ulserasi (BE kistik) dengan neovaskularisasi dan timbul obstruksi berulang. Karena terjadi perubahan di daerah bagian arsitektur dinding bronkus serta fungsinya, maka terjadilah infeksi.
Infeksi yang sering menginduksi terjadinya BE antara lain kegagalan drainase sekret, obstruksi saluran napas dan gangguan mekanisme pertahanan individu. - Mengobati Eksaserbasi bronkitis kronis dan akut – jika dilihat berdasarkan waktu berlangsungnya, penyakit bronkitis akut berlangsung kurang dari 6 minggu dengan rata-rata 10 sampai 14 hari. Sebaliknya, bronkitis kronis justru berlangsung lebih dari 6 minggu. Pada umumnya, tanda – tanda bronkitis baik itu kronis maupun akut hampir sama keluhannya. Akan tetapi keluhan pada bronkitis kronis biasanya cenderung lebih berat dan lebih lama. Hal ini disebabkan pada bronkitis kronis terjadi penebalan atau hipertrofi pada otot-otot polos dan kelenjar. Selain itu juga terdapat berbagai perubahan pada saluran pernapasan.
- Mengobati Bronkitis asmatik, – Bronkitis asmatis adalah kondisi yang mengacu kepada bronkitis akut pada seseorang yang telah lama memiliki penyakit asma. Penyakit ini terjadi karena adanya peradangan pada bronkus, yaitu saluran yang digunakan masuk dan keluarnya udara dari paru-paru. Peradangan ini dapat menyebabkan berhentinya proses pernapasan dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
- Mengobati Asma bronkial – Asma bronkial atau asma bronkiale adalah suatu penyakit kronis yang menyerang pada saluran nafas manusia. Gejala asma yang sering timbul dapat berupa penyumbatan jalan napas yang luas maupun bervariasi. Selain itu juga bersifat reversibel atau dapat kembali dengan atau tanpa pengobatan dengan bronkodilator. Serangan asma selalu bervariasi. Mulai dari serangan yang ringan dan tidak mengganggu aktivitas manusia hingga dapat menjadi penyakit yang berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari serta kualitas hidup penderita.
- Mengobati kasus toksisitas. – Toksisitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan racun (molekul) untuk menimbulkan kerusakan jika masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ yang rentan terhadapnya. Toksin atau racun tersebut adalah zat yang dalam dosis kecil dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan hidup. Yang dimaksud dengan racun atau toksin disini dapat berupa zat kimia, fisis, dan biologis. Toksisitas sangat beragam bagi berbagai organisme, tergantung dari berbagai faktor seperti spesies uji, cara racun memasuki tubuh, frekuensi dan lamanya pemaparan, konsentrasi zat pemapar, dan kerentanan berbagai spesies terhadap pencemar
- Mengobati Mata kering – Mata kering adalah suatu kondisi ketika mata mengalami kekurangan cairan akibat air mata yang mudah menguap atau produksi air mata yang terlalu sedikit.
Dosis & Cara Penggunaan
Acetylcysteine sebaiknya diberikan dengan dosis sebagai berikut ini :
Dalam bentuk Oral (sebagai obat Mucolytic)
- Untuk dosis dewasa : tablet hisap, granul, atau tablet effervescent, 600 mg/hari sebagai dosis tunggal atau dibagi 3 dosis.
- Untuk dosis anak usia 1 bulan sampai 2 tahun : 2 x sehari sebanyak 100 mg.
- Untuk dosis anak usia 2 sampai 7 tahun : 2 x sehari sebanyak 200 mg.
- Untuk dosis anak usia lebih dari 7 tahun : Sama seperti dosis untuk dewasa.
Dalam bentuk Oral (jika terjadi kasus keracunan paracetamol)
- Untuk dosis dewasa : Larutan sebanyak 5% : Awalnya, 140 mg / kg kemudian dilanjutkan dengan 70 mg / kg setiap 4 jam.
- Untuk dosis anak-anak : Sama seperti pada dosis dewasa.
Jika menggunakan infus (untuk menangani kasus keracunan paracetamol)
- Untuk dosis dewasa : pertama-tama berikan 150 mg / kg (maksimal sampai 16.5 g) dalam 200 mL pengencer selama kurang lebih 60 menit. Kemudian dilanjutkan dengan 50 mg / kg (maksimal sampai 5.5 g) dalam 500 mL pengencer selama 4 jam berikutnya. Lalu 100 mg / kg ( maksimal sampai 11 g) dilarutkan dalam 1 L pengencer selama 16 jam berikutnya.
- Untuk dosis anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : pertama-tama berikan 150 mg / kg ke dalam 3 mL / kg pengencer selama kurang lebih 60 menit. Setelah itu, lanjutkan dengan 50 mg / kg yang dilarutkan ke dalam 7 mL / kg pengencer selama 4 jam. Kemudian lanjutkan dengan 100 mg / kg dalam 14 mL / kg pengencer selama kurang lebih 16 jam.
- Untuk dosis anak dengan berat badan sekitar 20-40 kg : pertama-tama berikan 150 mg / kg ke dalam 100 mL pengencer selama 60 menit. Setelah itu dilanjutkan dengan 50 mg / kg ke dalam 250 mL pengencer selama 4 jam. Kemudian masukan 100 mg / kg ke dalam 500 mL pengencer selama 16 jam.
- Untuk dosis anak dengan berat badan lebih dari 40 kg : Sama seperti pada dosis dewasa.
Jika menggunakan Endotracheal (sebagai obat Mucolytic)
- Untuk dosis dewasa : buat larutan sebanyak 10 % atau 20 % kemudian berikan sekitar 1-2 mL setiap jam.
- Untuk dosis anak : Sama seperti pada dosis dewasa.
Jika menggunakan Inhalasi (sebagai obat Mucolytic)
- Untuk dosis dewasa : Buat larutan sebanyak 10 % kemudian gunakan sebanyak 3-4 x sehari dalam 6-10 mL. Penggunaannya bisa ditingkatkan sampai 2-20 mL setiap 2-6 jam. Jika dibuat larutan 20 %, gunakan sebanyak 3-4 x sehari dalam 3-5 m. Penggunaannya pun bisa ditingkatkan sampai 1-10 mL setiap 2-6 jam.
- Dosis anak : Sama seperti dosis dewasa.
Jika digunakan untuk mata kering
- Untuk dosis dewasa : Buat larutan sebanyak 5% kemudian tetes 1 atau 2 kali ke bagian mata yang terkena. Lakukan hal tersebut selama 3 – 4 kali sehari.
Kontraindikasi
Tidak diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat alergi atau hipersensitivitas terhadap Acetylcysteine.
Efek Samping
Berikut ini adalah beberapa efek samping yang pada umumnya terjadi saat mengonsumsi Acetylcysteine :
- Adanya gangguan pencernaan.
- Efek samping jarang muncul tapi cukup serius, misalnya bronkospasme, angioedema, ruam, pruritus, hipotensi, kulit kemerahan, bengkak- bengkak pada wajah, dispnea, sesak nafas, sinkop, berkeringat, arthralgia, penglihatan kabur, gangguan pada fungsi hati, asidosis, kejang-kejang, dan kadang-kadang demam.
- Jika menggunakan inhalasi, efek samping yang biasanya terjadi antara lain emoptisis, rhinorrhoea, dan stomatitis.
- Jika digunakan sebagai obat tetes mata, biasanya efek samping yang muncul adalah gatal, iritasi, dan mata menjadi kemerahan.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan pasien selama menggunakan obat Acetylcysteine adalah sebagai berikut ini :
- Pada pasien penderita gastritis, obat ini harus diberikan setelah makan.
- Obat ini tidak dianjurkan untuk pasien yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, kecuali kadar glukosanya ada di tingkat normal.
- Untuk pasien yang menderita penyakit asma bronkial harus dipantau karena kemungkinan besar dapat munculnya bronkospasme. Jika bronkospasme sampai terjadi, pengobatan harus dihentikan.
- Dapat memperburuk batuk pada pasien yang menderita asma bronkial akut jika dibuat dalam bentuk aerosol.
- Pada awal pengobatan dapat mencairkan sekresi bronkus dan juga secara bersamaan dapat meningkatkan volumenya. Apabila pasien tidak mampu meludah, saluran udaranya harus dibersihkan dengan drainase postural atau menggunakan bronchosuction untuk menghindari retensi sekresi.
- Jika menderita asma ditambah diabetes, harap untuk berhati-hati selama mengonsumsi obat ini.
- Untuk wanita hamil dan menyusui, lebih baik berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
- Karena dapat menyebabkan rasa kantuk, sebaiknya hindarilah mengemudi atau mengerjakan hal-hal berat selama mengonsumsi atau menggunakan obat ini.
- Untuk anak-anak, sebaiknya tanyakan dosis yang lebih rinci dengan dokter.
- Jangan lupa untuk baca keterangan pada kemasan dan anjuran dari dokter selama mengonsumsi obat ini.
- Berikan jarak minimal dua jam sebelum atau sesudah mengonsumsi obat ini.
- Selama memakai Acetylcysteine sebaiknya hindari penggunaan antitusif atau pereda batuk karena dapat berpotensi terjadinya penumpukan dahak.
- Untuk memaksimalisasi efeknya, sebaiknya konsumsi Acetylcysteine pada jam yang sama setiap hari.
- Jika lupa mengonsumsi Acetylcysteine, disarankan untuk segera meminumnya. Jangan pula menggandakan dosisnya tanpa anjuran dokter.
- Hubungi dokter jika terjadi alergi dan overdosis.
Interaksi Obat
Berikut ini adalah petunjuk jika bersamaan dengan obat-obatan lainnya :
- Dalam bentuk oral : jika penggunaan bersamaan dengan antitusif, dapat menyebabkan stasis lendir. Hal ini dikarenakan obat-obat yang memiliki efek antitusif menekan refleks batuk. Oleh sebab itu, kombinasi ini harus digunakan secara hati-hati.
- Jika bersamaan dengan antibiotik tetracycline, berikanlah jarak minimal 2 jam.
- Jika bersamaan dengan gliserol trinitrat atau nitrogliserin, dapat menyebabkan peningkatan pada vasodilatasi dan aliran darah.
- Jika menggunakan intravena, Acetylcysteine bisa diberikan secara bersamaan dengan bronkodilator umum maupun vasokonstriktor.